Lompat ke isi

Bandar Udara Selaparang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Bandara Selaparang)
Pangkalan Udara TNI AU
Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid
Lambang Lanud
NegaraIndonesia Indonesia
CabangTNI Angkatan Udara
Tipe unitLanud Tipe B
PeranPangkalan Angkatan Udara
Bagian dariKomando Daerah Angkatan Udara II
LanudJakarta
PelindungTentara Nasional Indonesia
MotoKanya Bhakti Sakti Sejati Wara
Situs webwww.tni-au.mil.id
Infotaula de geografia políticaBandar Udara Selaparang
bandar udara Edit nilai pada Wikidata

Tempat
PetaKoordinat: 8°33′38″S 116°5′39″E / 8.56056°S 116.09417°E / -8.56056; 116.09417 
Negara berdaulatIndonesia
Provinsi di IndonesiaNusa Tenggara Barat
Kota di IndonesiaMataram Edit nilai pada Wikidata
NegaraIndonesia Edit nilai pada Wikidata
Geografi
Ketinggian17,3 m Edit nilai pada Wikidata
Informasi tambahan
Zona waktu
Lain-lain

Situs webLaman resmi


Bandar Udara Selaparang (IATA: AMIICAO: WADA) adalah bandar udara yang terletak di Jln. Adisutjipto Rembiga, Selaparang, Mataram, Nusa Tenggara Barat. Namun sejak 2011 Bandara Selaparang sudah tidak beroperasi lagi sehingga Bandar udara ini digunakan sebagai markas Pangkalan Udara TNI AU Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid (Lanud TGKH M ZAM) yang dahulu bernama Pangkalan Udara TNI AU Rembiga (Lanud Rembiga)

Pangkalan TNI Angkatan Udara Rembiga hadir di Nusa Tenggara Barat pada tahun 1959. Awal perkembangannya merupakan suatu Detasemen Perwakilan dari Kodau IV Surabaya, dan merupakan salah satu satuan pendukung operasi udara di wilayah Indonesia Bagian Timur. Pada saat itu Detasemen Rembiga dipimpin oleh seorang Komandan yaitu Letnan Dua CH. Chalil dengan dibantu oleh para staf diantaranya: Kepala Personel (Kadisbin), Bendaharawan ( Pekas ), Perminyakan, Sekkum dan Perhubungan. Keberadaan anggota pada saat itu didatangkan dari Lanud-Lanud terdekat seperti Lanud Eltari Kupang, Ambon dan sebagainya. Walaupun dengan keterbatasan anggota baik dari segi kualitas maupun kuantitas tidak membuat pelaksanaan tugas menjadi terhambat, tetapi sebaliknya semua tugas pokok dapat dilaksanakan dengan baik.

Lapangan terbang yang berada di Rembiga pada waktu itu berstatus milik sipil, dan baru pada bulan Mei 1959 diresmikan menjadi Bandara Selaparang oleh Perusahaan Angkasa Pura. Bandara Selaparang berada pada koordinat 08035’5”S – 116005’08”E, dengan dimensi panjang landasan 2100 x 40 m, elevasi 16 m, dan runway azimuth 09-27. Sampai dengan saat ini Bandara Selaparang masih berstatus In clove Militer.

Dua tahun setelah diresmikannya Bandara Selaparang, tepatnya pada tanggal 12 Agustus 1961 Detasemen Rembiga ditingkatkan statusnya menjadi Pangkalan TNI Angkatan Udara Rembiga yang bermarkas di jalan Adisutjipto Rembiga, dengan luas tanah 60.025 m2 serta Base ops yang berada di Bandara Selaparang dengan luas 5.000 m2. Kemudian pada tahun 1969 di wilayah Nusa Tenggara Barat didirikan Kodau IV yang bermarkas di Jalan Yos Sudarso Ampenan, Mataram dengan dipimpin oleh Komodor Udara Slamet Santoso, tetapi lima tahun kemudian Kodau IV tersebut dibubarkan seiring dengan terjadinya perampingan organisasi di tubuh TNI AU. Berdasarkan Surat Keputusan Pangkoopsau II Makassar Nomor: Skep/05/III/1986 tanggal 27 Maret 1986, Pangkalan TNI AU Rembiga merupakan Lanud Type “C” yang berada di bawah operasional Koopsau II Makassar. Nama Lanud Rembiga ini disesuaikan dengan posisi Pangkalan tersebut yang terletak di desa Rembiga yaitu suatu desa di Mataram Pulau Lombok atau yang dikenal dengan sebutan Bumi GORA (Pulau sejuta Mesjid). Dimana Pulau Lombok merupakan salah satu tujuan pariwisata internasional, dengan keindahan alam pantainya dan keramah tamahan penduduknya ditambah keunikan budaya dan tradisi suku Sasak yang terus dilestarikan. Selain Pulau Lombok, pulau besar lainnya adalah Pulau Sumbawa, komposisi penduduk yang beraneka ragam sudah tentu memerlukan perhatian yang cukup serius dari pihak Lanud Rembiga. Pendekatan secara personal maupun instansi kerap dilakukan untuk menumbuhkan rasa simpati masyarakat terhadap keberadaan Lanud Rembiga khususnya dan TNI AU pada umumnya.

Saat terjadi kerusuhan di NTB awal Januari 2000, Lanud Rembiga dengan dibantu satu Kompi Paskhas 464 Malang tampil dalam menjaga dan mengamankan Bandara Selaparang beserta aset-aset TNI AU yang ada. Markas Lanud pun menjadi tempat penampungan yang aman bagi para pengungsi dan korban kerusuhan. Dengan kesiapan dan koordinasi yang baik semua tindakan pengamanan dan penyelamatan dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya korban jiwa. Hal ini ternyata membuat TNI AU, khususnya lanud Rembiga semakin disegani dan diakui eksistensinya oleh masyarakat Lombok.

Nama Pangkalan Udara (Lanud) Rembiga diubah menjadi Lanud Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid. Perubahan nama Lanud tersebut diberikan langsung oleh Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Yuyu Sutisna, dengan Surat Keputusan KSAU Nomor KEP/708/VII/2018 yang ditandatangani pada 11 Juli 2018 pada 26 Juli 2018 saat berada di Biak, Papua.

Sebelumnya TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid (Maulana Syaikh) dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada tanggal 9 November 2017 berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 115/TK/Tahun 2017, yang diserahkan langsung oleh Presiden Joko Widodo kepada ahli warisnya, yaitu Hj. Sitti Rauhun dan Hj. Sitti Raihanun. Pemberian gelar ini merupakan pengakuan atas jasa-jasanya yang luar biasa dalam memimpin perjuangan bangsa, mengubah masyarakat NTB dari animisme dan dinamisme menuju masyarakat Islami, mendirikan organisasi Nahdlatul Wathan (NW), serta pengabdiannya sepanjang hayat demi kemajuan agama, nusa, dan bangsa.

  • Kolonel Pnb Khairun Aslam (2022)
  • Kolonel Pnb R. Endri Kargono, S.M., M.Han. (2022-2023)
  • Kolonel Pnb Erwin Sugiandi (2023-2024)
  • Kolonel Pnb Sonny Irawan, S.E., M.M. (2024-2025)
  • Kolonel Pnb Suryo Patmonobo, S.Sos., M.M. (2025-Sekarang)

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]