Mamalia: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
RianHS (bicara | kontrib)
Tag: halaman dengan galat kutipan VisualEditor
RianHS (bicara | kontrib)
Tag: halaman dengan galat kutipan VisualEditor
Baris 255: Baris 255:


[[Aposematisme]], atau memperingatkan kemungkinan akan adanya pemangsa, adalah penjelasan yang paling mungkin dari bulu hitam-putih dari banyak mamalia yang mampu mempertahankan diri, seperti pada [[sigung]] yang berbau busuk dan [[ratel]] yang kuat dan agresif.<ref>{{cite journal|date=February 2009|title=Contrasting coloration in terrestrial mammals|journal=Philosophical Transactions of the Royal Society of London. Series B, Biological Sciences|volume=364|issue=1516|pages=537–48|doi=10.1098/rstb.2008.0221|pmc=2674080|pmid=18990666|vauthors=Caro T}}</ref> Warna mantel terkadang [[Dimorfisme seksual|dimorfik secara seksual]], seperti pada banyak spesies primata.<ref>{{cite journal|year=2001|title=Sexual dimorphism in primate evolution|journal=American Journal of Physical Anthropology|volume=Suppl 33|issue=33|pages=25–53|doi=10.1002/ajpa.10011|pmid=11786990|vauthors=Plavcan JM}}</ref> Perbedaan warna mantel hewan jantan dan betina dapat menunjukkan tingkat nutrisi dan hormon, yang penting dalam seleksi pasangan.<ref name="eva.mpg.de">{{cite journal|year=2012|title=Coat Color Variation and Pigmentation Gene Expression in Rhesus Macaques (Macaca Mulatta)|url=http://www.eva.mpg.de/pks/staff/widdig/pdf/Bradley_et_al_2012.pdf|journal=Journal of Mammalian Evolution|volume=20|issue=3|pages=263–270|doi=10.1007/s10914-012-9212-3|archive-url=https://web.archive.org/web/20150924004623/http://www.eva.mpg.de/pks/staff/widdig/pdf/Bradley_et_al_2012.pdf|archive-date=2015-09-24|vauthors=Bradley BJ, Gerald MS, Widdig A, Mundy NI|s2cid=13916535|url-status=dead}}</ref> Warna mantel dapat memengaruhi kemampuan menahan panas, tergantung pada seberapa banyak cahaya yang dipantulkan. Mamalia dengan mantel berwarna lebih gelap dapat menyerap lebih banyak panas dari radiasi matahari, dan tetap hangat, sedangkan beberapa mamalia yang lebih kecil, seperti [[vole]], memiliki rambut yang lebih gelap pada musim dingin. Bulu mamalia Arktik yang putih dan tidak berpigmen, seperti [[beruang kutub]], mungkin memantulkan lebih banyak radiasi matahari langsung ke kulit.<ref name="hair" />{{rp|166–167}}<ref name="dawson2014" /> Garis hitam-putih yang mempesona pada [[zebra]] tampaknya memberikan perlindungan dari gigitan lalat.<ref name="Caro">{{cite journal|date=April 2014|title=The function of zebra stripes|journal=Nature Communications|volume=5|pages=3535|bibcode=2014NatCo...5.3535C|doi=10.1038/ncomms4535|pmid=24691390|vauthors=Caro T, Izzo A, Reiner RC, Walker H, Stankowich T|author1-link=Tim Caro|s2cid=9849814|doi-access=free}}</ref>
[[Aposematisme]], atau memperingatkan kemungkinan akan adanya pemangsa, adalah penjelasan yang paling mungkin dari bulu hitam-putih dari banyak mamalia yang mampu mempertahankan diri, seperti pada [[sigung]] yang berbau busuk dan [[ratel]] yang kuat dan agresif.<ref>{{cite journal|date=February 2009|title=Contrasting coloration in terrestrial mammals|journal=Philosophical Transactions of the Royal Society of London. Series B, Biological Sciences|volume=364|issue=1516|pages=537–48|doi=10.1098/rstb.2008.0221|pmc=2674080|pmid=18990666|vauthors=Caro T}}</ref> Warna mantel terkadang [[Dimorfisme seksual|dimorfik secara seksual]], seperti pada banyak spesies primata.<ref>{{cite journal|year=2001|title=Sexual dimorphism in primate evolution|journal=American Journal of Physical Anthropology|volume=Suppl 33|issue=33|pages=25–53|doi=10.1002/ajpa.10011|pmid=11786990|vauthors=Plavcan JM}}</ref> Perbedaan warna mantel hewan jantan dan betina dapat menunjukkan tingkat nutrisi dan hormon, yang penting dalam seleksi pasangan.<ref name="eva.mpg.de">{{cite journal|year=2012|title=Coat Color Variation and Pigmentation Gene Expression in Rhesus Macaques (Macaca Mulatta)|url=http://www.eva.mpg.de/pks/staff/widdig/pdf/Bradley_et_al_2012.pdf|journal=Journal of Mammalian Evolution|volume=20|issue=3|pages=263–270|doi=10.1007/s10914-012-9212-3|archive-url=https://web.archive.org/web/20150924004623/http://www.eva.mpg.de/pks/staff/widdig/pdf/Bradley_et_al_2012.pdf|archive-date=2015-09-24|vauthors=Bradley BJ, Gerald MS, Widdig A, Mundy NI|s2cid=13916535|url-status=dead}}</ref> Warna mantel dapat memengaruhi kemampuan menahan panas, tergantung pada seberapa banyak cahaya yang dipantulkan. Mamalia dengan mantel berwarna lebih gelap dapat menyerap lebih banyak panas dari radiasi matahari, dan tetap hangat, sedangkan beberapa mamalia yang lebih kecil, seperti [[vole]], memiliki rambut yang lebih gelap pada musim dingin. Bulu mamalia Arktik yang putih dan tidak berpigmen, seperti [[beruang kutub]], mungkin memantulkan lebih banyak radiasi matahari langsung ke kulit.<ref name="hair" />{{rp|166–167}}<ref name="dawson2014" /> Garis hitam-putih yang mempesona pada [[zebra]] tampaknya memberikan perlindungan dari gigitan lalat.<ref name="Caro">{{cite journal|date=April 2014|title=The function of zebra stripes|journal=Nature Communications|volume=5|pages=3535|bibcode=2014NatCo...5.3535C|doi=10.1038/ncomms4535|pmid=24691390|vauthors=Caro T, Izzo A, Reiner RC, Walker H, Stankowich T|author1-link=Tim Caro|s2cid=9849814|doi-access=free}}</ref>

=== Sistem reproduksi ===
{{Main|Reproduksi mamalia}}
[[Berkas:Goat_family.jpg|ka|jmpl|Kambing hidup bersama induknya hingga mereka disapih]]
Mamalia sepenuhnya bersifat [[Gonokorisme|gonokorik]] (hewan yang dilahirkan dengan alat kelamin jantan atau betina; tidak [[hermafrodit]]).<ref>{{Cite book|vauthors=Kobayashi K, Kitano T, Iwao Y, Kondo M|date=2018-06-01|url=https://books.google.com/books?id=g4teDwAAQBAJ&q=mammal+gonochorism&pg=PA290|title=Reproductive and Developmental Strategies: The Continuity of Life|publisher=Springer|isbn=978-4-431-56609-0|pages=290|language=en}}</ref> Pada plasentalia jantan, [[penis]] digunakan untuk buang air kecil dan kopulasi. Tergantung pada spesiesnya, [[ereksi]] dapat dipicu oleh aliran darah ke jaringan spons yang vaskular atau oleh aksi otot. Penis mungkin berada di dalam [[kulup]] saat tidak ereksi, dan beberapa plasentalia juga memiliki tulang penis ([[baculum]]).<ref name="Lombardi1998">{{cite book|vauthors=Lombardi J|date=30 November 1998|url=https://books.google.com/books?id=cqQX9RMPAegC|title=Comparative Vertebrate Reproduction|publisher=Springer Science & Business Media|isbn=978-0-7923-8336-9}}</ref> Marsupialia biasanya memiliki penis bercabang,<ref name="Tyndale-BiscoeRenfree1987">{{cite book|vauthors=Tyndale-Biscoe H, Renfree M|date=30 January 1987|url=https://books.google.com/books?id=HpjovN0vXW4C|title=Reproductive Physiology of Marsupials|publisher=Cambridge University Press|isbn=978-0-521-33792-2}}</ref> sedangkan penis ekidna umumnya memiliki empat kepala, tetapi hanya dua yang berfungsi.<ref>{{Cite journal|year=2007|title=One‐Sided Ejaculation of Echidna Sperm Bundles|url=https://espace.library.uq.edu.au/view/UQ:130591/UQ130591_OA.pdf|journal=The American Naturalist|volume=170|issue=6|pages=E162–E164|doi=10.1086/522847|pmid=18171162|vauthors=Johnston SD, Smith B, Pyne M, Stenzel D, Holt WV|s2cid=40632746}}</ref> [[Tesis|Testis]] sebagian besar mamalia turun ke dalam [[skrotum]] yang biasanya berada di belakang penis, tetapi pada marsupialia sering kali di bagian depan. Mamalia betina umumnya memiliki [[klitoris]], [[labia mayor]] dan [[labia minor]] di bagian luar, sedangkan sistem internalnya mengandung pasangan [[tuba fallopi]], 1–2 [[rahim]], 1–2 [[serviks]], dan [[vagina]]. Marsupialia memiliki dua vagina lateral dan vagina medial. "Vagina" monotremata lebih baik dipahami sebagai "sinus urogenital". Sistem uterus mamalia berplasenta dapat bervariasi antara dupleks dengan dua uterus dan serviks yang membuka ke arah vagina, bipartit dengan dua tanduk rahim dan serviks tunggal yang terhubung ke vagina, bikornuata yang terdiri dari dua tanduk rahim yang terhubung secara distal tetapi terpisah secara medial menciptakan bentuk Y, dan simpleks yang memiliki satu rahim.<ref>{{cite book|vauthors=Maxwell KE|year=2013|url=https://books.google.com/books?id=dnf1BwAAQBAJ|title=The Sex Imperative: An Evolutionary Tale of Sexual Survival|publisher=Springer|isbn=978-1-4899-5988-1|pages=112–113}}</ref><ref>{{cite book|vauthors=Vaughan TA, Ryan JP, Czaplewski NJ|year=2011|title=Mammalogy|publisher=Jones & Bartlett Publishers|isbn=978-0-03-025034-7|page=387}}</ref><ref name="hair" />{{rp|220–221, 247}}


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==

Revisi per 8 November 2021 11.33

Mamalia
Periode Trias akhir–Sekarang
Mammalia

Keanekaragaman mamalia
Taksonomi
SuperkerajaanEukaryota
KerajaanAnimalia
FilumChordata
SuperkelasTetrapoda
KelasMammalia
Linnaeus, 1758
Subgrup yang masih hidup

Binatang menyusui atau mamalia (dari bahasa Latin mamma, 'payudara') adalah kelas hewan vertebrata yang dicirikan oleh adanya kelenjar susu, yang pada hewan betina menghasilkan susu sebagai sumber makanan anaknya; neokorteks (wilayah di otak); rambut; dan tiga tulang di telinga tengah. Karakteristik-karakteristik ini membedakan mereka dari reptil dan burung, yang divergensi genetiknya terjadi pada periode Karbon, lebih dari 300 juta tahun yang lalu. Sekitar 6.400 spesies mamalia yang masih sintas (bertahan hingga kini) telah dideskripsikan. Ordo terbesar dalam mamalia adalah Rodentia (hewan pengerat), Chiroptera (kelelawar), dan Eulipotyphla (landak susu, tikus tanah, celurut, dan sebagainya). Tiga ordo terbesar berikutnya adalah Primata (termasuk manusia, kera, monyet, dan lain-lain), Artiodactyla (hewan berkuku genap, termasuk Cetacea), dan Carnivora (kucing, anjing, anjing laut, dan lainnya).

Dalam kladistika, yang mencerminkan sejarah evolusi, mamalia adalah satu-satunya anggota Synapsida yang masih tersisa; klad ini, bersama dengan Sauropsida (reptil dan burung), tergolong dalam klad Amniota yang lebih besar. Leluhur mamalia Synapsida awal adalah pelycosauria sphenacodontia, kelompok yang juga mencakup Dimetrodon nonmamalia. Pada akhir periode Karbon sekitar 300 juta tahun yang lalu, mamalia bercabang dari garis Sauropsida yang mengarah ke reptil dan burung saat ini. Garis keturunan yang mengikuti kelompok batang sphenacodontia terpecah menjadi beberapa kelompok Synapsida nonmamalia yang beragam—kadang-kadang salah disebut sebagai reptil mirip mamalia—sebelum memunculkan Therapsida pada periode Permian Awal. Mamalia berasal dari Cynodontia, kelompok Therapsida tingkat lanjut, pada kala Trias Akhir. Ordo mamalia modern muncul pada periode Paleogen dan Neogen dari era Senozoikum, setelah kepunahan dinosaurus nonunggas. Mamalia telah menjadi kelompok hewan darat yang dominan sejak 66 juta tahun yang lalu hingga saat ini.

Tipe tubuh dasar mamalia adalah berkaki empat, dan kebanyakan mamalia menggunakan keempat ekstremitas mereka untuk pergerakan darat. Namun, ekstremitas pada sejumlah mamalia beradaptasi untuk kehidupan di laut, di udara, di pohon, di bawah tanah, atau untuk berjalan dengan dua kaki. Ukuran tubuh mamalia berkisar dari kelelawar berhidung babi Kitti yang besarnya 30–40 mm (1,2–1,6 inci) hingga paus biru yang besarnya 30 m (98 kaki)—mungkin hewan terbesar yang pernah hidup. Umur maksimum mamalia bervariasi dari dua tahun pada celurut sampai 211 tahun pada paus kepala busur. Semua mamalia modern melahirkan anak, kecuali lima spesies Monotremata yang merupakan mamalia bertelur. Placentalia merupakan kelompok mamalia yang banyak spesiesnya. Mereka memiliki plasenta untuk memberi makan janin selama masa gestasi.

Sebagian besar mamalia merupakan makhluk yang cerdas, dan sejumlah mamalia memiliki otak yang besar, kesadaran diri, dan mampu menggunakan alat. Mamalia dapat berkomunikasi dan bersuara dengan beberapa cara, termasuk menghasilkan ultrasonik, menandai aroma, memberi sinyal alarm, menyanyi, dan menggunakan ekolokasi. Mamalia dapat mengatur diri mereka sendiri ke dalam kelompok fisi-fusi, harem, dan hierarki—tetapi mereka juga bisa soliter dan teritorial. Kebanyakan mamalia merupakan poligini, tetapi beberapa mamalia dapat menjadi monogami atau poliandri.

Domestikasi berbagai jenis mamalia oleh manusia memainkan peran utama dalam Revolusi Neolitikum, yang menjadikan manusia mengubah sistem berburu dan meramu menjadi bertani untuk mendapatkan sumber makanan utama. Hal ini menyebabkan restrukturisasi besar masyarakat manusia dari nomaden ke menetap, dan membentuk lebih banyak kerja sama di antara kelompok yang lebih besar dan menjadi semakin besar, hingga akhirnya mengembangkan peradaban. Mamalia peliharaan menyediakan tenaga untuk transportasi dan pertanian, serta menjadi sumber makanan (daging dan produk susu), serta dimanfaatkan rambut dan kulitnya. Mamalia juga diburu dan dilombakan dalam olahraga, serta digunakan sebagai organisme model dalam sains. Mamalia telah digambarkan dalam seni sejak zaman Paleolitikum, dan muncul dalam sastra, film, mitologi, dan agama. Penurunan jumlah dan kepunahan banyak mamalia terutama didorong oleh perburuan liar, perusakan habitat, dan terutama deforestasi.

Klasifikasi

Ordo Rodentia (biru), Chiroptera (merah) dan Soricomorpha (kuning) jika digabung mencapai 70% spesies mamalia.
  Pilosa

Klasifikasi mamalia telah melalui beberapa revisi sejak Carolus Linnaeus pertama kali mendefinisikan kelas ini. Saat ini, tidak ada sistem klasifikasi yang diterima secara universal. McKenna & Bell (1997) serta Wilson & Reader (2005) memberikan ringkasan terbaru yang bermanfaat.[1] George Simpson (1945)[2] menyediakan sistematika asal-usul dan hubungan mamalia yang telah diajarkan secara universal hingga akhir abad ke-20. Namun, sejak 1945, sejumlah besar informasi baru dan lebih rinci ditemukan secara bertahap: Catatan paleontologi melalui fosil telah dikalibrasi ulang, dan pada tahun-tahun berikutnya ada banyak perdebatan dan kemajuan mengenai dasar-dasar teoretis dari sistematika itu sendiri, yang sebagian muncul karena konsep baru yang disebut kladistika. Meskipun temuan dari lapangan dan laboratorium semakin membuat klasifikasi Simpson ketinggalan zaman, tetapi usulannya tetap menjadi yang paling mendekati klasifikasi resmi mamalia, meskipun ada banyak masalah yang telah diketahui.[3]

Sebagian besar mamalia tergolong dalam kelompok mamalia berplasenta, termasuk enam ordo yang memiliki paling banyak spesies. Tiga ordo yang paling kaya akan spesies adalah Rodentia: mencit, tikus, landak, biwara, kapibara, dan mamalia lain yang mengerat; Chiroptera: kelelawar; dan Eulipotyphla: celurut, tikus tanah, dan solenodon. Tiga ordo terbesar berikutnya, tergantung pada skema klasifikasi biologis yang digunakan, adalah Primata: kera, monyet, dan lemur; Cetartiodactyla: paus dan hewan berkuku genap; dan Carnivora yang meliputi kucing, anjing, musang, beruang, anjing laut, dan sejenisnya.[4]

Menurut Mammal Species of the World (MSW), 5.416 spesies diidentifikasi pada tahun 2006, yang dikelompokkan ke dalam 1.229 genus, 153 famili, dan 29 ordo.[4] Pada tahun 2008, Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) menyelesaikan Penilaian Mamalia Global selama lima tahun untuk menyusun daftar merah IUCN, yang memuat 5.488 spesies.[5] Menurut penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Mammalogy pada tahun 2018, jumlah spesies mamalia yang diakui adalah 6.495, termasuk 96 yang baru saja punah.[6]

Definisi

Kata "mamalia" adalah istilah modern, yang diambil dari nama ilmiah Mammalia yang diciptakan oleh Carolus Linnaeus pada tahun 1758. Kata ini berasal dari bahasa Latin mamma ("puting"). Dalam sebuah publikasi tahun 1988 yang berpengaruh, Timothy Rowe mendefinisikan Mammalia secara filogenetik sebagai kelompok mahkota dari mamalia, sebuah klad yang terdiri dari leluhur bersama paling terkini dari Monotremata hidup (ekidna dan platipus) dan mamalia Theria (marsupialia dan plasentalia), serta semua keturunan dari leluhur tersebut.[7]

Karena leluhur ini hidup pada periode Jura, definisi Rowe mengecualikan semua hewan dari periode sebelumnya, Trias, meskipun terdapat fakta bahwa fosil Trias pada ordo Haramiyida telah digolongkan sebagai Mammalia sejak pertengahan abad ke-19.[8]

Jika Mammalia dianggap sebagai kelompok mahkota, asal-usulnya dapat diperkirakan secara kasar sebagai kemunculan hewan pertama yang diketahui berhubungan lebih dekat dengan beberapa mamalia yang masih sintas (bertahan hingga kini) dibandingkan yang lain. Genus Ambondro lebih dekat kekerabatannya dengan monotremata dibandingkan mamalia Theria, sementara genus Amphilestes dan Amphitherium lebih dekat kekerabatannya dengan Theria; karena fosil dari ketiga genus tersebut berumur sekitar 167 juta tahun yang lalu pada kala Jura Tengah, ini adalah perkiraan yang masuk akal untuk kemunculan kelompok mahkota.[9]

Dalam buku yang terbit pada tahun 2005, T.S. Kemp memberikan definisi yang lebih tradisional: "Synapsida yang memiliki artikulasi rahang dentale-skuamosal dan oklusi antara geraham atas dan bawah dengan komponen transversal untuk bergerak" atau dalam pandangan Kemp, klad yang berasal dari leluhur terakhir Sinoconodon dan mamalia sintas.[10]

Synapsida paling awal yang memenuhi definisi Kemp adalah Tikitherium, dari 225 juta tahun silam, sehingga kemunculan mamalia dalam pengertian yang lebih luas ini dapat disimpulkan pada Trias Akhir.[11][12]

Klasifikasi McKenna/Bell

Pada tahun 1997, mamalia secara komprehensif direvisi oleh Malcolm C. McKenna dan Susan K. Bell, yang menghasilkan klasifikasi McKenna/Bell. Keduanya bekerja sama sebagai ahli paleontologi di Museum Sejarah Alam Amerika. McKenna mewarisi proyek dari Simpson, sedangkan Bell membangun sistem hierarki yang benar-benar baru, yang mencakup taksa sintas dan punah, yang mencerminkan silsilah historis Mammalia.[3] Buku mereka tahun 1997, Klasifikasi Mamalia di atas Tingkat Spesies,[13] adalah karya komprehensif tentang sistematika, hubungan, dan kemunculan semua taksa mamalia, baik sintas dan punah, hingga peringkat genus, meskipun data genetik molekuler menantang beberapa pengelompokan tingkat yang lebih tinggi.

Pada daftar di bawah ini, kelompok yang telah punah diberi label dengan tanda dagger (†).

Kelas Mammalia

Ordo mamalia

Menurut MSW,[15] Sistem Informasi Taksonomi Terpadu (ITIS),[16] dan Catalogue of Life,[17] mamalia terdiri atas 29 ordo, yaitu:

Klasifikasi molekuler mamalia berplasenta

Pada awal abad ke-21, studi molekuler berdasarkan analisis DNA telah menyarankan hubungan baru di antara keluarga mamalia. Sebagian besar temuan ini telah divalidasi secara independen oleh data ada/tidaknya retrotransposon.[18]Sistem klasifikasi berdasarkan studi molekuler mengungkapkan tiga kelompok utama atau garis keturunan dari mamalia berplasenta, yaitu Afrotheria, Xenarthra, dan Boreoeutheria, yang bercabang pada Periode Kapur. Hubungan antara ketiga garis keturunan ini kontroversial, dan ada tiga hipotesis yang diajukan sehubungan dengan kelompok mana yang bersifat basal. Hipotesis-hipotesis tersebut adalah Atlantogenata (Boreoeutheria sebagai basal), Epitheria (Xenarthra sebagai basal) dan Exafroplacentalia (Afrotheria sebagai basal).[19] Boreoeutheria sendiri mengandung dua garis keturunan utama, yaitu Euarchontoglires dan Laurasiatheria.

Perkiraan waktu divergensi antara ketiga kelompok plasenta ini berkisar antara 105 hingga 120 juta tahun yang lalu, tergantung pada jenis DNA yang digunakan (seperti DNA inti atau mitokondria)[20] dan berbagai interpretasi data paleogeografis.[19]

Mammalia

Monotremata Ornithorhynchus anatinus

Theria

Marsupialia Macropodidæ

Placentalia
Atlantogenata

Afrotheria Elephas maximus Trichechus

Xenarthra Dasypus novemcinctus Myrmecophaga tridactyla

Boreoeutheria
Euarchontoglires

Euarchonta Cebus olivaceus Homo sapiens

Glires Rattus Lepus

Laurasiatheria

Eulipotyphla Talpidae

Scrotifera

Chiroptera Desmodontinae

Euungulata

Cetartiodactyla Capra walie Eubalaena glacialis

Perissodactyla Equus quagga Diceros bicornis

Ferae

Pholidota Manidae

Carnivora Acinonyx jubatus Zalophus californianus

Kladogram di atas didasarkan pada Tarver dkk. (2016).[21]

Anatomi

Karakteristik khusus

Spesies mamalia hidup dapat diidentifikasi dengan adanya kelenjar keringat, termasuk kelenjar yang terspesialisasi untuk memproduksi susu untuk memberi makan anaknya.[22] Dalam mengklasifikasikan fosil, karakteristik lain harus digunakan, karena kelenjar jaringan lunak dan banyak karakteristik lainnya tidak terlihat dalam fosil.[23]

Banyak karakteristik yang dimiliki oleh semua mamalia hidup, termasuk di antara para anggota mamalia paling awal dari mamalia, seperti:

Untuk sebagian besar kasus, karakteristik ini tidak ada pada leluhur mamalia pada Periode Trias.[30] Hampir semua mamalia memiliki tulang epipubis, kecuali mamalia berplasenta modern.[31]

Dimorfisme seksual

Orang utan sumatra jantan (kiri), betina (kanan), dan anak mereka (tengah); orang utan menunjukkan dimorfisme seksual yang cukup terlihat

Rata-rata, mamalia jantan lebih besar dari betina. Kebanyakan ordo pada mamalia juga menunjukkan dimorfisme seksual yang bias jantan, meskipun beberapa ordo tidak menunjukkan bias apa pun atau secara signifikan bias betina (Lagomorpha). Perbedaan ukuran tubuh hewan jantan dan betina akan semakin besar apabila ukuran tubuh hewan jantan semakin besar (aturan Rensch), yang menunjukkan bahwa ada tekanan seleksi secara paralel pada ukuran tubuh jantan dan betina. Dimorfisme yang bias jantan berhubungan dengan seleksi seksual pada hewan jantan, yakni melalui kompetisi di antara para pejantan untuk mendapatkan betina. Ada korelasi positif antara tingkat seleksi seksual, yang diindikasikan oleh sistem perkawinan, dengan tingkat dimorfisme ukuran yang bias jantan. Tekanan seleksi paralel pada massa tubuh betina juga diidentifikasi, bahwa usia penyapihan secara signifikan lebih tinggi pada spesies yang lebih poligini, bahkan ketika massa tubuh telah dikoreksi. Selain itu, tingkat reproduksi yang semakin rendah pada betina yang lebih besar menunjukkan bahwa seleksi fekunditas memilih betina yang lebih kecil. Meskipun pola-pola ini berlaku di seluruh mamalia secara keseluruhan, ada variasi yang cukup besar di seluruh ordo.[32]

Sistem biologis

Paru-paru rakun yang dikembangkan secara manual

Mayoritas mamalia memiliki tujuh vertebra serviks (tulang leher). Pengecualiannya adalah lembu laut dan kungkang berkuku dua, yang memiliki enam tulang leher, dan kungkang berkuku tiga yang memiliki sembilan tulang leher.[33] Semua otak mamalia memiliki neokorteks, wilayah otak yang unik untuk mamalia.[34] Otak mamalia berplasenta memiliki korpus kalosum, tidak seperti monotremata dan marsupialia.[35]

Paru-paru mamalia seperti spons dan sarang lebah. Pernapasan didukung oleh diafragma, yang memisahkan rongga dada dari rongga perut dan membentuk kubah cembung ke dada. Kontraksi diafragma akan meratakan kubah sehingga meningkatkan volume rongga paru-paru. Udara masuk melalui rongga mulut dan hidung, dan berjalan melalui laring, trakea, kemudian bronkus, dan memperluas alveolus. Relaksasi diafragma memiliki efek sebaliknya, mengurangi volume rongga paru-paru sehingga udara terdorong keluar dari paru-paru. Ketika mamalia beraktivitas fisik, dinding perut berkontraksi dan meningkatkan tekanan pada diafragma, yang memaksa udara keluar lebih cepat dan lebih kuat. Sangkar rusuk mampu mengembang dan mengempis melalui aksi otot-otot pernapasan lainnya. Akibatnya, udara diisap ke dalam atau dikeluarkan dari paru-paru, selalu mengikuti gradien tekanannya.[36][37] Karena kemiripannya dengan ubub, jenis paru-paru ini dikenal sebagai paru-paru ubub.[37]

Jantung mamalia memiliki empat ruang, yakni dua serambi di bagian atas sebagai ruang penerima dan dua bilik di bawah sebagai ruang pengeluaran.[38] Jantung memiliki empat katup, yang memisahkan biliknya dan memastikan darah mengalir ke arah yang benar (mencegah aliran balik). Setelah pertukaran gas di kapiler paru (pembuluh darah di paru-paru), darah yang kaya oksigen kembali ke serambi kiri melalui salah satu dari empat vena paru. Darah mengalir hampir terus-menerus kembali ke serambi, yang bertindak sebagai ruang penerima, dan dari sini darah mengalir melalui lubang ke bilik kiri. Sebagian besar darah mengalir secara pasif ke jantung saat serambi dan bilik berelaksasi, tetapi menjelang akhir diastol (periode relaksasi bilik), serambi kiri akan berkontraksi dan memompa darah ke dalam bilik. Seperti otot lainnya, jantung juga membutuhkan nutrisi dan oksigen yang ditemukan dalam darah, dan disuplai oleh arteri koroner.[39]

Model mainan edukasi jantung mamalia
Kulit mamalia: 1 — rambut, 2 — epidermis, 3 — kelenjar minyak, 4 — otot erektor rambut, 5 — dermis, 6 — folikel rambut, 7 — kelenjar keringat, 8 (tidak dilabel, di lapisan bawah)  — hipodermis, yang menunjukkan adiposit yang bulat

Sistem integumen (kulit) terdiri dari tiga lapisan: epidermis, dermis, dan hipodermis. Tebal epidermis biasanya 10 sampai 30 sel; fungsi utamanya adalah untuk memberikan lapisan kedap air. Sel-sel terluarnya terus-menerus hilang; sel-sel paling bawahnya terus membelah dan mendorong ke atas. Lapisan tengah, dermis, 15 sampai 40 kali lebih tebal dari epidermis. Dermis terdiri dari banyak komponen, seperti struktur tulang dan pembuluh darah. Hipodermis terdiri dari jaringan adiposa, yang menyimpan lipid dan menyediakan bantalan dan insulasi. Ketebalan lapisan ini sangat bervariasi dari satu spesies ke spesies lainnya;[40]:97mamalia laut membutuhkan hipodermis tebal untuk insulasi, dan paus sikat memiliki lemak paling tebal (20 inci atau 51 cm).[41] Meskipun hewan lain memiliki fitur seperti kumis, bulu, seta, atau silia, tidak ada hewan selain mamalia yang memiliki rambut. Ini adalah karakteristik definitif dari kelas mamalia, meskipun beberapa mamalia memiliki rambut yang sangat sedikit.[40]:61

Gigi karnasial (gigi di bagian paling belakang mulut) dari serigala bumi yang insektivor (kiri) vs. gigi serigala abu-abu (kanan) yang memakan vertebrata besar

Herbivor telah mengembangkan beragam struktur fisik untuk memfasilitasi mereka mengonsumsi tumbuhan. Untuk memecah jaringan tumbuhan utuh, mamalia telah mengembangkan struktur gigi yang mencerminkan preferensi makan mereka. Sebagai contoh, frugivor (hewan yang terutama memakan buah) dan herbivor yang memakan dedaunan lunak memiliki gigi bermahkota rendah yang khusus untuk menggiling dedaunan dan biji. Herbivor yang cenderung memakan rumput keras yang kaya silika memiliki gigi bermahkota tinggi yang mampu menggiling jaringan tumbuhan yang keras dan tidak cepat rusak seperti gigi bermahkota rendah.[42] Kebanyakan mamalia karnivor memiliki gigi karnasial (yang panjangnya bervariasi tergantung pada makanannya), taring yang panjang, dan pola penggantian gigi yang serupa.[43]

Lambung hewan berkuku genap (Artiodactyla) terbagi menjadi empat bagian: rumen, retikulum, omasum, dan abomasum (hanya ruminansia yang memiliki rumen). Setelah bahan tumbuhan ditelan, mereka dicampur dengan air liur di dalam rumen dan retikulum, lalu dipisahkan menjadi bahan padat dan cair. Padatan menyatu untuk membentuk bolus (atau mamahan), dan diregurgitasikan. Ketika bolus masuk ke mulut, cairannya diperas dengan lidah dan ditelan lagi. Makanan yang dicerna masuk ke rumen dan retikulum, tempat mikroorganisme selulolitik (bakteri, protozoa, dan fungi) menghasilkan selulase, enzim yang diperlukan untuk memecah selulosa pada tumbuhan.[44] Berbeda dengan ruminansia, hewan berkuku ganjil (Perissodactyla) menyimpan makanan yang telah dicerna dan telah meninggalkan lambung dalam sekum yang membesar, tempat makanan tersebut difermentasi oleh bakteri.[45] Dibandingkan dengan sistem pencernaan herbivor yang rumit, Carnivora memiliki lambung sederhana yang beradaptasi terutama untuk mencerna daging. Sekum mereka tidak ada atau pendek dan sederhana, dan usus besar mereka tidak berkantong atau tidak jauh lebih lebar dari usus kecil.[46]

Ginjal sapi

Sistem ekskresi mamalia melibatkan banyak komponen. Seperti kebanyakan hewan darat lainnya, mamalia tergolong ureotelik, mengubah amonia menjadi urea di hati sebagai bagian dari siklus urea.[47] Bilirubin, produk limbah yang dihasilkan oleh sel-sel darah dibawa melalui empedu dan urine dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh hati.[48] Melintasnya bilirubin via empedu menuju usus menjadikan tinja mamalia berwarna cokelat.[49] Sifat khusus ginjal mamalia misalnya adanya pelvis ginjal dan piramid ginjal, serta korteks dan medula yang dapat dibedakan dengan jelas karena terdapatlengkung Henle yang memanjang. Hanya ginjal mamalia yang berbentuk seperti kacang, meskipun ada beberapa variasi, misalnya ginjal retikulat berlobus banyak pada anjing laut, setasea, dan beruang.[50][51] Sebagian besar mamalia berplasenta dewasa tidak memiliki sisa kloaka sama sekali. Pada embrio, kloaka embrionik terbagi menjadi bagian posterior yang menjadi bagian dari anus dan bagian anterior yang menjadi struktur berbeda, tergantung pada jenis kelamin individu tersebut: pada betina, bagian ini menjadi vestibula (ruang depan) yang membentuk uretra dan vagina, sedangkan pada jantan, bagian ini membentuk keseluruhan uretra kavernosa.[51] Meskipun demikian, Tenrecidae, Chrysochloridae, dan sejumlah celurut tetap mempertahankan kloaka ketika dewasa.[52] Pada marsupialia, saluran kelaminnya terpisah dari anus, tetapi sisa kloaka asli tetap ada di bagian luar tubuh.[51] Monotremata, yang berasal dari kata bahasa Yunani "lubang tunggal", memiliki kloaka sejati.[53]

Produksi suara

Diagram sinyal ultrasonik yang dipancarkan oleh kelelawar dan gema oleh objek di dekatnya

Seperti pada semua tetrapoda lainnya, mamalia memiliki laring yang dapat membuka dan menutup dengan cepat untuk menghasilkan suara, serta sebuah saluran vokal supralaringeal yang menyaring suara ini. Paru-paru dan otot-otot sekitarnya menyediakan aliran udara dan tekanan yang diperlukan untuk berfonasi (artikulasi). Laring mengendalikan tinggi nada dan volume suara, tetapi kekuatan paru-paru untuk menghembuskan napas juga berkontribusi pada volume. Mamalia yang lebih primitif, seperti landak semut, hanya dapat mendesis, karena suaranya diperoleh hanya dengan menghembuskan napas melalui laring yang tertutup sebagian. Mamalia lain berfonasi menggunakan pita suara. Pergerakan atau ketegangan pita suara dapat menghasilkan banyak suara seperti mendengkur dan menjerit. Mamalia dapat mengubah posisi laring, yang memungkinkan mereka bernapas melalui hidung dan menelan melalui mulut, serta membentuk suara mulut dan suara hidung; suara hidung, seperti rengekan anjing, pada umumnya lembut, sedangkan suara mulut, seperti gonggongan anjing, umumnya bervolume keras.[54]

Suara ekolokasi paus beluga

Beberapa mamalia memiliki laring yang besar sehingga nada suaranya rendah, seperti kelelawar kepala palu (Hypsignathus monstrosus) yang laringnya dapat memenuhi seluruh rongga dada sampai mendorong paru-paru, jantung, dan trakea ke dalam rongga perut.[55] Bantalan vokal yang besar juga dapat menurunkan nada, seperti pada auman kucing besar bernada rendah.[56] Produksi infrasonik dimungkinkan pada beberapa mamalia seperti gajah afrika (Loxodonta spp.) dan paus balin.[57][58] Mamalia kecil dengan laring kecil memiliki kemampuan untuk menghasilkan ultrasonik, yang dapat dideteksi dengan modifikasi pada telinga tengah dan koklea. Ultrasonik tidak terdengar oleh burung dan reptil, yang mungkin penting selama Era Mesozoikum, ketika burung dan reptil menjadi predator dominan. Saluran suara pribadi ini digunakan oleh beberapa hewan pengerat, misalnya, komunikasi ibu-ke-anak, dan oleh kelelawar saat melakukan ekolokasi. Paus bergigi juga menggunakan ekolokasi menggunakan melon, yang cara kerjanya berbeda. Beberapa primata memiliki kantung udara yang menempel pada laring dan dapat berfungsi untuk menurunkan resonansi atau meningkatkan volume suara.[54]

Sistem produksi vokal dikendalikan oleh inti saraf kranial di otak dan disuplai oleh saraf laring rekuren dan saraf laring superior, yang merupakan cabang dari saraf vagus. Sistem vokal disuplai oleh saraf hipoglossus dan saraf fasialis. Stimulasi listrik dari wilayah periaqueductal gray (PEG) pada otak tengah mamalia menimbulkan vokalisasi. Kemampuan untuk mempelajari vokalisasi baru hanya dicontohkan pada manusia, anjing laut, setasea, gajah, dan mungkin kelelawar; pada manusia, kemampuan ini merupakan hasil dari hubungan langsung antara korteks motorik yang mengontrol gerakan dan neuron motorik di sumsum tulang belakang.[54]

Rambut

Landak menggunakan rambut durinya untuk mempertahankan diri

Fungsi utama rambut mamalia adalah termoregulasi. Fungsi lainnya yaitu untuk perlindungan, alat sensoris, antiair, dan kamuflase.[59] Berbagai jenis bulu memiliki tujuan yang berbeda:[40]:99

  • Definitif – yang dapat dilepaskan setelah mencapai panjang tertentu
  • Vibrissae – rambut sensorik, paling sering berupa misai
  • Pelage – rambut pelindung, rambut bagian bawah, dan rambut bertugi
  • Rambut duri – rambut pelindung kaku yang digunakan untuk pertahanan (seperti pada landak)
  • Rambut kejur – rambut panjang yang biasanya digunakan dalam sinyal visual (seperti surai singa)
  • Vellus – sering disebut "rambut halus" yang melindungi mamalia yang baru lahir
  • Wol – panjang, lembut, dan sering kali keriting

Termoregulasi

Panjang rambut bukan merupakan faktor dalam termoregulasi: misalnya, beberapa mamalia tropis seperti kungkang memiliki panjang bulu yang sama dengan beberapa mamalia Arktik, tetapi dengan insulasi yang lebih sedikit; dan, sebaliknya, mamalia tropis lainnya dengan rambut pendek memiliki nilai insulasi yang sama dengan mamalia Arktik. Kepadatan bulu dapat meningkatkan nilai insulasi hewan, dan mamalia Arktik memiliki rambut yang lebat; sebagai contoh, muskox memiliki rambut pelindung yang panjangnya 30 cm (12 in.) serta rambut bawah yang lebat, yang membentuk mantel kedap udara dan memungkinkan mereka untuk bertahan hidup pada suhu 40 °C (−40 °F).[40]:162–163 Beberapa mamalia gurun, seperti unta, menggunakan rambut lebat untuk mencegah panas matahari mencapai kulit mereka sehingga mereka tetap merasa sejuk; suhu rambut unta dapat mencapai 70 °C (158 °F) pada musim panas, tetapi kulitnya tetap pada suhu 40 °C (104 °F).[40]:188 Sebaliknya. mamalia akuatik menjebak udara di bulu mereka untuk melindungi panas dengan menjaga kulit tetap kering.[40]:162–163

Warna

Mantel seekor macan tutul memberi kamuflase disruptif bagi predator penyergap ini

Mantel mamalia memiliki beragam warna karena berbagai alasan. Tekanan selektif yang utama di antaranya kamuflase, seleksi seksual, komunikasi, dan termoregulasi. Warna pada rambut dan kulit mamalia terutama ditentukan oleh jenis dan jumlah melanin; eumelanin untuk warna coklat dan hitam, serta feomelanin untuk berbagai warna kekuningan hingga kemerahan, sehingga memberi mamalia warna tanah.[60][61] Beberapa mamalia memiliki warna yang lebih cerah; monyet dukun memiliki tonjolan biru cerah di moncongnya yang dihasilkan oleh difraksi serat kolagen wajah.[62] Banyak kungkang tampak hijau karena bulunya mengandung alga hijau, yang mungkin merupakan hubungan simbiosis yang memberi kamuflase bagi kungkang.[63]

Kamuflase memberi pengaruh kuat pada sejumlah besar mamalia karena membantu menyembunyikan individu dari predator atau pemangsa.[64] Pada mamalia Arktik dan subarktik seperti rubah arktik (Alopex lagopus), lemming berkerah (Dicrostonyx groenlandicus), cerpelai ekor pendek (Mustela erminea), dan terwelu sepatu salju (Lepus americanus), perubahan warna musiman antara cokelat pada musim panas dan putih pada musim dingin sebagian besar didorong oleh kamuflase.[65] Beberapa mamalia arboreal, terutama primata dan marsupialia, memiliki warna kulit ungu, hijau, atau biru di bagian-bagian tubuh mereka, yang memberikan beberapa keuntungan berbeda di sebagian besar habitat arboreal karena evolusi konvergen.[62]

Aposematisme, atau memperingatkan kemungkinan akan adanya pemangsa, adalah penjelasan yang paling mungkin dari bulu hitam-putih dari banyak mamalia yang mampu mempertahankan diri, seperti pada sigung yang berbau busuk dan ratel yang kuat dan agresif.[66] Warna mantel terkadang dimorfik secara seksual, seperti pada banyak spesies primata.[67] Perbedaan warna mantel hewan jantan dan betina dapat menunjukkan tingkat nutrisi dan hormon, yang penting dalam seleksi pasangan.[68] Warna mantel dapat memengaruhi kemampuan menahan panas, tergantung pada seberapa banyak cahaya yang dipantulkan. Mamalia dengan mantel berwarna lebih gelap dapat menyerap lebih banyak panas dari radiasi matahari, dan tetap hangat, sedangkan beberapa mamalia yang lebih kecil, seperti vole, memiliki rambut yang lebih gelap pada musim dingin. Bulu mamalia Arktik yang putih dan tidak berpigmen, seperti beruang kutub, mungkin memantulkan lebih banyak radiasi matahari langsung ke kulit.[40]:166–167[59] Garis hitam-putih yang mempesona pada zebra tampaknya memberikan perlindungan dari gigitan lalat.[69]

Sistem reproduksi

Kambing hidup bersama induknya hingga mereka disapih

Mamalia sepenuhnya bersifat gonokorik (hewan yang dilahirkan dengan alat kelamin jantan atau betina; tidak hermafrodit).[70] Pada plasentalia jantan, penis digunakan untuk buang air kecil dan kopulasi. Tergantung pada spesiesnya, ereksi dapat dipicu oleh aliran darah ke jaringan spons yang vaskular atau oleh aksi otot. Penis mungkin berada di dalam kulup saat tidak ereksi, dan beberapa plasentalia juga memiliki tulang penis (baculum).[71] Marsupialia biasanya memiliki penis bercabang,[72] sedangkan penis ekidna umumnya memiliki empat kepala, tetapi hanya dua yang berfungsi.[73] Testis sebagian besar mamalia turun ke dalam skrotum yang biasanya berada di belakang penis, tetapi pada marsupialia sering kali di bagian depan. Mamalia betina umumnya memiliki klitoris, labia mayor dan labia minor di bagian luar, sedangkan sistem internalnya mengandung pasangan tuba fallopi, 1–2 rahim, 1–2 serviks, dan vagina. Marsupialia memiliki dua vagina lateral dan vagina medial. "Vagina" monotremata lebih baik dipahami sebagai "sinus urogenital". Sistem uterus mamalia berplasenta dapat bervariasi antara dupleks dengan dua uterus dan serviks yang membuka ke arah vagina, bipartit dengan dua tanduk rahim dan serviks tunggal yang terhubung ke vagina, bikornuata yang terdiri dari dua tanduk rahim yang terhubung secara distal tetapi terpisah secara medial menciptakan bentuk Y, dan simpleks yang memiliki satu rahim.[74][75][40]:220–221, 247

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Vaughan TA, Ryan JM, Czaplewski NJ (2013). "Classification of Mammals". Mammalogy (edisi ke-6). Jones and Bartlett Learning. ISBN 978-1-284-03209-3. 
  2. ^ Simpson GG (1945). "Principles of classification, and a classification of mammals". American Museum of Natural History. 85. 
  3. ^ a b Szalay FS (1999). "Classification of mammals above the species level: Review". Journal of Vertebrate Paleontology. 19 (1): 191–195. doi:10.1080/02724634.1999.10011133. JSTOR 4523980. 
  4. ^ a b Wilson, D. E.; Reeder, D. M., ed. (2005). "Preface and introductory material". Mammal Species of the World: A Taxonomic and Geographic Reference (edisi ke-3rd). Johns Hopkins University Press. hlm. xxvi. ISBN 978-0-8018-8221-0. OCLC 62265494. 
  5. ^ "Mammals". The IUCN Red List of Threatened Species. International Union for Conservation of Nature (IUCN). April 2010. Diakses tanggal 23 August 2016. 
  6. ^ Burgin CJ, Colella JP, Kahn PL, Upham NS (1 February 2018). "How many species of mammals are there?". Journal of Mammalogy. 99 (1): 1–14. doi:10.1093/jmammal/gyx147alt=Dapat diakses gratis. 
  7. ^ Rowe T (1988). "Definition, diagnosis, and origin of Mammalia" (PDF). Journal of Vertebrate Paleontology. 8 (3): 241–264. doi:10.1080/02724634.1988.10011708. 
  8. ^ Lyell C (1871). The Student's Elements of Geology. London, UK: John Murray. hlm. 347. ISBN 978-1-345-18248-4. 
  9. ^ Cifelli RL, Davis BM (December 2003). "Paleontology. Marsupial origins". Science. 302 (5652): 1899–900. doi:10.1126/science.1092272. PMID 14671280. 
  10. ^ Kemp TS (2005). The Origin and Evolution of Mammals (PDF). United Kingdom: Oxford University Press. hlm. 3. ISBN 978-0-19-850760-4. OCLC 232311794. 
  11. ^ Datta PM (2005). "Earliest mammal with transversely expanded upper molar from the Late Triassic (Carnian) Tiki Formation, South Rewa Gondwana Basin, India". Journal of Vertebrate Paleontology. 25 (1): 200–207. doi:10.1671/0272-4634(2005)025[0200:EMWTEU]2.0.CO;2. 
  12. ^ Luo ZX, Martin T (2007). "Analysis of Molar Structure and Phylogeny of Docodont Genera" (PDF). Bulletin of Carnegie Museum of Natural History. 39: 27–47. doi:10.2992/0145-9058(2007)39[27:AOMSAP]2.0.CO;2. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 3 March 2016. Diakses tanggal 8 April 2013. 
  13. ^ McKenna MC, Bell SG (1997). Classification of Mammals above the Species Level. New York, NY: Columbia University Press. ISBN 978-0-231-11013-6. OCLC 37345734. 
  14. ^ Nilsson MA, Churakov G, Sommer M, Tran NV, Zemann A, Brosius J, Schmitz J (July 2010). "Tracking marsupial evolution using archaic genomic retroposon insertions". PLOS Biology. 8 (7): e1000436. doi:10.1371/journal.pbio.1000436. PMC 2910653alt=Dapat diakses gratis. PMID 20668664. 
  15. ^ "Mammal Species of the World". departments.bucknell.edu. Diakses tanggal 21 Desember 2019. 
  16. ^ "Mammalia". ITIS. Diakses tanggal 21 Desember 2019. 
  17. ^ "Catalogue of Life: 2019 Annual Checklist". Catalogue of Life. Diakses tanggal 21 Desember 2019. 
  18. ^ Kriegs JO, Churakov G, Kiefmann M, Jordan U, Brosius J, Schmitz J (April 2006). "Retroposed elements as archives for the evolutionary history of placental mammals". PLOS Biology. 4 (4): e91. doi:10.1371/journal.pbio.0040091. PMC 1395351alt=Dapat diakses gratis. PMID 16515367. 
  19. ^ a b Nishihara H, Maruyama S, Okada N (March 2009). "Retroposon analysis and recent geological data suggest near-simultaneous divergence of the three superorders of mammals". Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America. 106 (13): 5235–40. Bibcode:2009PNAS..106.5235N. doi:10.1073/pnas.0809297106alt=Dapat diakses gratis. PMC 2655268alt=Dapat diakses gratis. PMID 19286970. 
  20. ^ Springer MS, Murphy WJ, Eizirik E, O'Brien SJ (February 2003). "Placental mammal diversification and the Cretaceous-Tertiary boundary". Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America. 100 (3): 1056–61. Bibcode:2003PNAS..100.1056S. doi:10.1073/pnas.0334222100alt=Dapat diakses gratis. PMC 298725alt=Dapat diakses gratis. PMID 12552136. 
  21. ^ Tarver JE, Dos Reis M, Mirarab S, Moran RJ, Parker S, O'Reilly JE, et al. (January 2016). "The Interrelationships of Placental Mammals and the Limits of Phylogenetic Inference". Genome Biology and Evolution. 8 (2): 330–44. doi:10.1093/gbe/evv261. hdl:1983/64d6e437-3320-480d-a16c-2e5b2e6b61d4. PMC 4779606alt=Dapat diakses gratis. PMID 26733575. 
  22. ^ Romer SA, Parsons TS (1977). The Vertebrate Body. Philadelphia: Holt-Saunders International. hlm. 129–145. ISBN 978-0-03-910284-5. OCLC 60007175. 
  23. ^ Purves WK, Sadava DE, Orians GH, Helle HC (2001). Life: The Science of Biology (edisi ke-6). New York: Sinauer Associates, Inc. hlm. 593. ISBN 978-0-7167-3873-2. OCLC 874883911. 
  24. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama jawbone2006
  25. ^ Anthwal N, Joshi L, Tucker AS (January 2013). "Evolution of the mammalian middle ear and jaw: adaptations and novel structures". Journal of Anatomy. 222 (1): 147–60. doi:10.1111/j.1469-7580.2012.01526.x. PMC 3552421alt=Dapat diakses gratis. PMID 22686855. 
  26. ^ van Nievelt AF, Smith KK (2005). "To replace or not to replace: the significance of reduced functional tooth replacement in marsupial and placental mammals". Paleobiology. 31 (2): 324–346. doi:10.1666/0094-8373(2005)031[0324:trontr]2.0.co;2. 
  27. ^ Libertini G, Ferrara N (April 2016). "Aging of perennial cells and organ parts according to the programmed aging paradigm". Age. 38 (2): 35. doi:10.1007/s11357-016-9895-0. PMC 5005898alt=Dapat diakses gratis. PMID 26957493. 
  28. ^ Mao F, Wang Y, Meng J (2015). "A Systematic Study on Tooth Enamel Microstructures of Lambdopsalis bulla (Multituberculate, Mammalia)--Implications for Multituberculate Biology and Phylogeny". PLOS ONE. 10 (5): e0128243. Bibcode:2015PLoSO..1028243M. doi:10.1371/journal.pone.0128243alt=Dapat diakses gratis. PMC 4447277alt=Dapat diakses gratis. PMID 26020958. 
  29. ^ Osborn HF (1900). "Origin of the Mammalia, III. Occipital Condyles of Reptilian Tripartite Type". The American Naturalist. 34 (408): 943–947. doi:10.1086/277821alt=Dapat diakses gratis. JSTOR 2453526. 
  30. ^ Crompton AW, Jenkins Jr FA (1973). "Mammals from Reptiles: A Review of Mammalian Origins". Annual Review of Earth and Planetary Sciences. 1: 131–155. Bibcode:1973AREPS...1..131C. doi:10.1146/annurev.ea.01.050173.001023. 
  31. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama schulkin
  32. ^ Lindenfors P, Gittleman JL, Jones KE (2007). Sex, Size and Gender Roles: Evolutionary Studies of Sexual Size Dimorphism. Oxford: Oxford University Press. hlm. 16–26. ISBN 978-0-19-920878-4. 
  33. ^ Dierauf LA, Gulland FM (2001). CRC Handbook of Marine Mammal Medicine: Health, Disease, and Rehabilitation (edisi ke-2). Boca Raton: CRC Press. hlm. 154. ISBN 978-1-4200-4163-7. OCLC 166505919. 
  34. ^ Lui JH, Hansen DV, Kriegstein AR (July 2011). "Development and evolution of the human neocortex". Cell. 146 (1): 18–36. doi:10.1016/j.cell.2011.06.030. PMC 3610574alt=Dapat diakses gratis. PMID 21729779. 
  35. ^ Keeler CE (June 1933). "Absence of the Corpus Callosum as a Mendelizing Character in the House Mouse". Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America. 19 (6): 609–11. Bibcode:1933PNAS...19..609K. doi:10.1073/pnas.19.6.609alt=Dapat diakses gratis. JSTOR 86284. PMC 1086100alt=Dapat diakses gratis. PMID 16587795. 
  36. ^ Levitzky MG (2013). "Mechanics of Breathing". Pulmonary physiology (edisi ke-8). New York: McGraw-Hill Medical. ISBN 978-0-07-179313-1. OCLC 940633137. 
  37. ^ a b Umesh KB (2011). "Pulmonary Anatomy and Physiology". Handbook of Mechanical Ventilation (edisi ke-1). New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishing. hlm. 12. ISBN 978-93-80704-74-6. OCLC 945076700. 
  38. ^ Standring S, Borley NR (2008). Gray's anatomy: the anatomical basis of clinical practice (edisi ke-40). London: Churchill Livingstone. hlm. 960–962. ISBN 978-0-8089-2371-8. OCLC 213447727. 
  39. ^ Betts JF, Desaix P, Johnson E, Johnson JE, Korol O, Kruse D, et al. (2013). Anatomy & physiology. Houston: Rice University Press. hlm. 787–846. ISBN 978-1-938168-13-0. OCLC 898069394. 
  40. ^ a b c d e f g h Feldhamer GA, Drickamer LC, Vessey SH, Merritt JF, Krajewski C (2007). Mammalogy: Adaptation, Diversity, Ecology (edisi ke-3). Baltimore: Johns Hopkins University Press. ISBN 978-0-8018-8695-9. OCLC 124031907. 
  41. ^ Tinker SW (1988). Whales of the World. Brill Archive. hlm. 51. ISBN 978-0-935848-47-2. 
  42. ^ Romer AS (1959). The vertebrate storyPerlu mendaftar (gratis) (edisi ke-4). Chicago: University of Chicago Press. ISBN 978-0-226-72490-4. 
  43. ^ de Muizon C, Lange-Badré B (1997). "Carnivorous dental adaptations in tribosphenic mammals and phylogenetic reconstruction". Lethaia. 30 (4): 353–366. doi:10.1111/j.1502-3931.1997.tb00481.x. 
  44. ^ Langer P (July 1984). "Comparative anatomy of the stomach in mammalian herbivores". Quarterly Journal of Experimental Physiology. 69 (3): 615–25. doi:10.1113/expphysiol.1984.sp002848. PMID 6473699. 
  45. ^ Vaughan TA, Ryan JM, Czaplewski NJ (2011). "Perissodactyla". Mammalogy (edisi ke-5). Jones and Bartlett. hlm. 322. ISBN 978-0-7637-6299-5. OCLC 437300511. 
  46. ^ Flower WH, Lydekker R (1946). An Introduction to the Study of Mammals Living and Extinct. London: Adam and Charles Black. hlm. 496. ISBN 978-1-110-76857-8. 
  47. ^ Sreekumar S (2010). Basic Physiology. PHI Learning Pvt. Ltd. hlm. 180–181. ISBN 978-81-203-4107-4. 
  48. ^ Cheifetz AS (2010). Oxford American Handbook of Gastroenterology and Hepatology. Oxford: Oxford University Press, US. hlm. 165. ISBN 978-0-19-983012-1. 
  49. ^ Kuntz E (2008). Hepatology: Textbook and Atlas. Germany: Springer. hlm. 38. ISBN 978-3-540-76838-8. 
  50. ^ Ortiz RM (June 2001). "Osmoregulation in marine mammals". The Journal of Experimental Biology. 204 (Pt 11): 1831–44. doi:10.1242/jeb.204.11.1831. PMID 11441026. 
  51. ^ a b c Roman AS, Parsons TS (1977). The Vertebrate Body. Philadelphia: Holt-Saunders International. hlm. 396–399. ISBN 978-0-03-910284-5. 
  52. ^ Biological Reviews – Cambridge Journals
  53. ^ Dawkins R, Wong Y (2016). The Ancestor's Tale: A Pilgrimage to the Dawn of Evolution (edisi ke-2nd). Boston: Mariner Books. hlm. 281. ISBN 978-0-544-85993-7. 
  54. ^ a b c Fitch WT (2006). "Production of Vocalizations in Mammals" (PDF). Dalam Brown K. Encyclopedia of Language and Linguistics. Oxford: Elsevier. hlm. 115–121. 
  55. ^ Langevin P, Barclay RM (1990). "Hypsignathus monstrosus". Mammalian Species. 357 (357): 1–4. doi:10.2307/3504110. JSTOR 3504110. 
  56. ^ Weissengruber GE, Forstenpointner G, Peters G, Kübber-Heiss A, Fitch WT (September 2002). "Hyoid apparatus and pharynx in the lion (Panthera leo), jaguar (Panthera onca), tiger (Panthera tigris), cheetah (Acinonyxjubatus) and domestic cat (Felis silvestris f. catus)". Journal of Anatomy. 201 (3): 195–209. doi:10.1046/j.1469-7580.2002.00088.x. PMC 1570911alt=Dapat diakses gratis. PMID 12363272. 
  57. ^ Stoeger AS, Heilmann G, Zeppelzauer M, Ganswindt A, Hensman S, Charlton BD (2012). "Visualizing sound emission of elephant vocalizations: evidence for two rumble production types". PLOS ONE. 7 (11): e48907. Bibcode:2012PLoSO...748907S. doi:10.1371/journal.pone.0048907alt=Dapat diakses gratis. PMC 3498347alt=Dapat diakses gratis. PMID 23155427. 
  58. ^ Clark CW (2004). "Baleen whale infrasonic sounds: Natural variability and function". Journal of the Acoustical Society of America. 115 (5): 2554. Bibcode:2004ASAJ..115.2554C. doi:10.1121/1.4783845. 
  59. ^ a b Dawson TJ, Webster KN, Maloney SK (February 2014). "The fur of mammals in exposed environments; do crypsis and thermal needs necessarily conflict? The polar bear and marsupial koala compared". Journal of Comparative Physiology B. 184 (2): 273–84. doi:10.1007/s00360-013-0794-8. PMID 24366474. 
  60. ^ Slominski A, Tobin DJ, Shibahara S, Wortsman J (October 2004). "Melanin pigmentation in mammalian skin and its hormonal regulation". Physiological Reviews. 84 (4): 1155–228. doi:10.1152/physrev.00044.2003. PMID 15383650. 
  61. ^ Hilton Jr B (1996). "South Carolina Wildlife". Animal Colors. Hilton Pond Center. 43 (4): 10–15. Diakses tanggal 26 November 2011. 
  62. ^ a b Prum RO, Torres RH (May 2004). "Structural colouration of mammalian skin: convergent evolution of coherently scattering dermal collagen arrays" (PDF). The Journal of Experimental Biology. 207 (Pt 12): 2157–72. doi:10.1242/jeb.00989. hdl:1808/1599. PMID 15143148. 
  63. ^ Suutari M, Majaneva M, Fewer DP, Voirin B, Aiello A, Friedl T, et al. (March 2010). "Molecular evidence for a diverse green algal community growing in the hair of sloths and a specific association with Trichophilus welckeri (Chlorophyta, Ulvophyceae)". BMC Evolutionary Biology. 10 (86): 86. doi:10.1186/1471-2148-10-86. PMC 2858742alt=Dapat diakses gratis. PMID 20353556. 
  64. ^ Caro T (2005). "The Adaptive Significance of Coloration in Mammals". BioScience. 55 (2): 125–136. doi:10.1641/0006-3568(2005)055[0125:tasoci]2.0.co;2alt=Dapat diakses gratis. 
  65. ^ Mills LS, Zimova M, Oyler J, Running S, Abatzoglou JT, Lukacs PM (April 2013). "Camouflage mismatch in seasonal coat color due to decreased snow duration". Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America. 110 (18): 7360–5. Bibcode:2013PNAS..110.7360M. doi:10.1073/pnas.1222724110alt=Dapat diakses gratis. PMC 3645584alt=Dapat diakses gratis. PMID 23589881. 
  66. ^ Caro T (February 2009). "Contrasting coloration in terrestrial mammals". Philosophical Transactions of the Royal Society of London. Series B, Biological Sciences. 364 (1516): 537–48. doi:10.1098/rstb.2008.0221. PMC 2674080alt=Dapat diakses gratis. PMID 18990666. 
  67. ^ Plavcan JM (2001). "Sexual dimorphism in primate evolution". American Journal of Physical Anthropology. Suppl 33 (33): 25–53. doi:10.1002/ajpa.10011. PMID 11786990. 
  68. ^ Bradley BJ, Gerald MS, Widdig A, Mundy NI (2012). "Coat Color Variation and Pigmentation Gene Expression in Rhesus Macaques (Macaca Mulatta)" (PDF). Journal of Mammalian Evolution. 20 (3): 263–270. doi:10.1007/s10914-012-9212-3. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2015-09-24. 
  69. ^ Caro T, Izzo A, Reiner RC, Walker H, Stankowich T (April 2014). "The function of zebra stripes". Nature Communications. 5: 3535. Bibcode:2014NatCo...5.3535C. doi:10.1038/ncomms4535alt=Dapat diakses gratis. PMID 24691390. 
  70. ^ Kobayashi K, Kitano T, Iwao Y, Kondo M (2018-06-01). Reproductive and Developmental Strategies: The Continuity of Life (dalam bahasa Inggris). Springer. hlm. 290. ISBN 978-4-431-56609-0. 
  71. ^ Lombardi J (30 November 1998). Comparative Vertebrate Reproduction. Springer Science & Business Media. ISBN 978-0-7923-8336-9. 
  72. ^ Tyndale-Biscoe H, Renfree M (30 January 1987). Reproductive Physiology of Marsupials. Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-33792-2. 
  73. ^ Johnston SD, Smith B, Pyne M, Stenzel D, Holt WV (2007). "One‐Sided Ejaculation of Echidna Sperm Bundles" (PDF). The American Naturalist. 170 (6): E162–E164. doi:10.1086/522847. PMID 18171162. 
  74. ^ Maxwell KE (2013). The Sex Imperative: An Evolutionary Tale of Sexual Survival. Springer. hlm. 112–113. ISBN 978-1-4899-5988-1. 
  75. ^ Vaughan TA, Ryan JP, Czaplewski NJ (2011). Mammalogy. Jones & Bartlett Publishers. hlm. 387. ISBN 978-0-03-025034-7.