Waduk Bajulmati
Waduk Bajulmati | |
---|---|
Lokasi | Situbondo dan Banyuwangi, Jawa Timur |
Koordinat | 7°54′48″S 114°21′24″E / 7.913444°S 114.356611°E |
Kegunaan | Irigasi |
Status | Digunakan |
Mulai dibangun | 2006 |
Mulai dioperasikan | 2016 |
Biaya konstruksi | Rp 422 Miliar |
Pemilik | Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat |
Bendungan dan saluran pelimpah | |
Tipe bendungan | Urugan |
Tinggi | 56,80 m |
Panjang | 250 m |
Lebar puncak | 6 m |
Membendung | Sungai Bajulmati |
Waduk | |
Kapasitas normal | 10.000.000 m3 |
Luas tangkapan | 98,43 km2 |
Luas genangan | 91,93 hektar |
Waduk Bajulmati adalah sebuah waduk yang terletak di perbatasan antara Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Banyuwangi di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Waduk yang terletak di antara Gunung Baluran dan Pegunungan Ijen ini dibentuk dengan cara membendung Sungai Bajulmati. Luas daerah tangkapan air (DTA) dari waduk ini mencapai 98,43 km2. Waduk dengan luas genangan 91,93 hektar ini mampu menampung air dengan kapasitas maksimal 10 juta m3.
Waduk ini tepatnya terletak di perbatasan antara Desa Watukebo, Kecamatan Wongsorejo di Kabupaten Banyuwangi dan Desa Wonorejo, Kecamatan Banyuputih di Kabupaten Situbondo. Waduk ini terletak di tepi Jalan Nasional Rute 1 ruas Kabupaten Situbondo - Kabupaten Banyuwangi.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Pada tahun 1980, pemerintah Indonesia telah mulai melakukan survei untuk menentukan lokasi pembangunan waduk ini, dan empat tahun kemudian, pemerintah mulai melakukan studi kelayakan pembangunan waduk ini. Pada tahun 2004, pemerintah mulai melakukan analisis mengenai dampak lingkungan dan dampak sosial ekonomi dari pembangunan waduk ini, serta mulai melakukan pembebasan lahan secara bertahap. Dua tahun kemudian, setelah pembebasan lahan selesai, pembangunan waduk ini dimulai dengan pembangunan terowongan pengelak untuk mengalihkan sementara aliran Sungai Bajulmati selama proses pembangunan bendungan. Pemerintah juga merehabilitasi saluran irigasi primer sepanjang 4 kilometer.[1]
Pada tahun 2008, mulai dilakukan penggalian dan pembuatan pondasi bendungan. Pada tahun 2010, pembangunan waduk ini dihentikan sementara, karena adanya rembesan di fondasi yang telah selesai dibangun, sehingga desain fondasi perlu direvisi terlebih dahulu. Setahun kemudian, pembangunan waduk ini kembali dilanjutkan dan akhirnya dapat diselesaikan pada tahun 2015. Pada tanggal 1 Desember 2015, bendungan mulai dioperasikan dengan ditutupnya pintu terowongan pengelak.[2] Pada bulan Juli 2016, waduk ini resmi dibuka untuk umum. Pada tanggal 3 Januari 2016, air yang tertampung di waduk ini berhasil mencapai ketinggian maksimumnya.
Pemanfaatan
[sunting | sunting sumber]Irigasi
[sunting | sunting sumber]Waduk ini terutama difungsikan untuk menjamin pasokan air irigasi ke lahan pertanian seluas 1.800 hektar di Kabupaten Banyuwangi, yang mana 600 hektar di antaranya merupakan lahan pertanian baru di Kecamatan Wongsorejo. Air dari waduk ini dialirkan ke Bendung Bajulmati untuk kemudian diteruskan ke saluran-saluran irigasi tersier guna mengairi lahan-lahan pertanian.
Sebelum waduk ini dibangun, Bendung Bajulmati hanya dapat mengalirkan air irigasi sebanyak 1,2 m3 per detik. Dengan adanya waduk ini, Bendung Bajulmati diharapkan dapat mengalirkan air irigasi sebanyak 1,8 m3 per detik. Lahan pertanian yang selama ini hanya 2 kali tanam per tahun pun diharapkan dapat menjadi 3 kali tanam per tahun.[3]
Pariwisata
[sunting | sunting sumber]Waduk ini menjadi salah satu tujuan wisata baru bagi wisatawan, karena terletak tidak jauh dari Taman Nasional Baluran. Berbeda dengan pemandangan di waduk lain, pemandangan di waduk ini mirip seperti Pulau Misool di Raja Ampat. Bukit-bukit kecil yang mengelilingi waduk ini juga membuat suasana semakin sejuk.[4]
Penyediaan air baku
[sunting | sunting sumber]Waduk ini dimanfaatkan untuk menyediakan air baku sebanyak 110 liter per detik, yang mana sebanyak 50 liter per detik di antaranya sebagai air bersih bagi 18.000 keluarga di Kecamatan Wongsorejo, sedangkan 60 liter per detik sisanya dipasok ke Pelabuhan Tanjung Wangi dan industri di Banyuwangi.[5]
Perikanan
[sunting | sunting sumber]Waduk ini dimanfaatkan sebagai sarana konservasi air dan sarana perikanan keramba. Waduk ini juga menjadi tujuan wisata memancing bagi masyarakat sekitar maupun masyarakat dari luar kota. Untuk saat ini, wisatawan tidak diperbolehkan untuk memancing di dekat bendungan dan saluran pelimpah, sehingga harus berputar mengelilingi waduk untuk memancing di sisi selatan waduk.[6]
Potensi
[sunting | sunting sumber]Waduk ini diharapkan juga dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik. Potensi listrik yang dapat dibangkitkan oleh waduk ini diperkirakan mencapai 0,34 MW. Listrik tersebut dapat digunakan memenuhi kebutuhan listrik dari waduk ini maupun dijual ke PLN. Walaupun begitu, pembangunan PLTMH di waduk ini masih dalam proses kajian mengenai bentuk kerja sama yang akan dijalin antara pemerintah dan pihak swasta.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Joga, Nirwono dan Soetomo, Agus (2020). 75 Bendungan Sumber Kehidupan dan Kesejahteraan Rakyat (dalam bahasa Indonesia). Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. hlm. 30–33. ISBN 978-623-94752-4-6.
- ^ Waduk Bajulmati Rp 420 Miliar Segera Beroperasi
- ^ Waduk Bajulmati Banyuwangi Siap Aliri 1.800 Hektar Sawah
- ^ Jernihnya Air Waduk Bajulmati, Laksana Cermin Raksasa
- ^ Novrianto, R., dan Waluyo, D., ed. (April 2016). Membangun Infrastruktur dari Pinggiran: Rahasia Satu Tahun Membangun Infrastruktur Indonesia (PDF). Pustaka Spirit. hlm. 43. ISBN 978-602-1118-66-5.
- ^ Waduk Bajulmati Situbondo Jadi Lokasi Wisata Memancing
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- (Indonesia) Bendungan Bajulmati Diarsipkan 2017-08-10 di Wayback Machine.