Bendungan Wlingi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bendungan Wlingi
NegaraIndonesia
LokasiWlingi, Blitar, Jawa Timur
KegunaanSerbaguna
StatusBeroperasi
Mulai dibangunMei 1972
Mulai dioperasikanNovember 1979
Biaya konstruksi¥ 18,650 milyar
PemilikKementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Kontraktor
PerancangNippon Koei
Bendungan dan saluran pelimpah
Tipe bendunganUrugan
Tinggi47 m
Panjang675 m
Lebar puncak8 m[1]
Volume bendungan630.000 m3
Ketinggian di puncak166,5 m
MembendungSungai Brantas
Jumlah pelimpah1
Tipe pelimpahPintu
Kapasitas pelimpah2.840 m3 / detik
Waduk
NamaWaduk Wlingi
Kapasitas normal24.000.000 m3
Kapasitas aktif5.200.000 m3
Kapasitas nonaktif18.800.000 m3
Luas tangkapan2.890 km2
Luas genangan3,8 km2
PLTA Wlingi
PengelolaPLN Nusantara Power
Mulai dioperasikanJanuari 1978
JenisKonvensional
Kepala hidraulik21,5 m
Jumlah turbin2
Kapasitas terpasang54 MW
Produksi tahunan164.980 MWh[2]

Bendungan Wlingi adalah sebuah bendungan yang dibangun di Wlingi, Blitar, Jawa Timur terutama untuk membendung lahar Gunung Kelud yang terbawa oleh tiga anak Sungai Brantas, yakni Sungai Lekso, Sungai Jari, dan Sungai Putih. Bendungan ini mulai dibangun pada tahun 1972 dan selesai dibangun pada tahun 1979 dengan biaya sebesar ¥ 18,650 milyar. Bendungan ini kini dikelola oleh Jasa Tirta I.

Peta

Akibat terjadinya sedimentasi, pada tahun 2013, total kapasitas dari waduk yang terbentuk akibat dibangunnya bendungan ini diperkirakan tinggal 4,8 juta meter kubik, dengan kapasitas aktif sebesar 2 juta meter kubik dan kapasitas nonaktif sebesar 2,8 juta meter kubik.[3]

Kegunaan[sunting | sunting sumber]

Bendungan ini awalnya dirancang sebagai bagian dari upaya untuk "central load relieving" (mengurangi beban di tengah), yakni membuang pasir yang mengendap di Sungai Brantas ke Samudra Hindia. Namun pada perkembangannya, pembangunan saluran pembuang endapan ke Samudera Hindia akhirnya ditunda, dan digantikan dengan pembangunan Terowongan Neyama 2 di Tulungagung untuk difungsikan sebagai pengendali banjir.[4] Pengerukan pun dilakukan secara rutin untuk membuang endapan yang terbendung oleh bendungan ini.

Air yang terbendung oleh bendungan ini dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik melalui sebuah PLTA berkapasitas 54 MW. Selain itu, air yang terbendung juga dimanfaatkan untuk mengairi lahan pertanian baru seluas sekitar 7.400 hektar.[4]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Penggalian pondasi bendungan ini dimulai pada bulan Oktober 1975, dan setahun kemudian, dilanjutkan dengan pembangunan badan bendungan. Pada tanggal 5 Oktober 1977, bendungan ini pun mulai dioperasikan.[5]

Untuk memanfaatkan air yang terbendung oleh bendungan ini, pada bulan November 1975, mulai dibangun PLTA Wlingi yang akhirnya dapat diselesaikan pada bulan Agustus 1978. Selain itu, pada bulan Januari 1976, juga mulai dibangun Saluran Irigasi Lodagung yang akhirnya dapat diselesaikan pada bulan September 1978.[5]

Saat bendungan ini sedang dibangun, sempat terjadi kebocoran yang cukup besar di sisi kiri bendungan yang menjadi makin besar setelah bendungan mulai dioperasikan pada tahun 1977. Untuk mengatasi kebocoran tersebut, kemudian dilakukan grouting dan pelapisan tanah liat di sisi kiri bendungan.[5]

Bendungan ini akhirnya diresmikan pada tanggal 12 November 1977, bersamaan dengan peresmian Bendungan Lahor dan perbaikan Kali Porong. Sementara Saluran Irigasi Lodagung menyusul diresmikan pada tanggal 12 Oktober 1978.[5]

Pada bulan November 1990, lahar dingin Gunung Kelud membuat air yang terbendung oleh bendungan ini hampir mencapai puncak bendungan, karena lahar dingin juga menghanyutkan kayu-kayu besar. Pengaliran air ke PLTA Wlingi dan Saluran Irigasi Lodagung pun dihentikan sementara. Untuk mengatasi hal tersebut, kemudian dilakukan pengangkatan endapan dengan menggunakan alat berat dan penggelontoran. Hingga tahun 1993, volume endapan yang berhasil diangkat mencapai 2 juta meter kubik.[5]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Badan Penelitian dan Pengembangan Pekerjaan Umum (1995). Bendungan Besar Di Indonesia (PDF). Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum. hlm. 192. 
  2. ^ Development of the Brantas River Basin (part 10) (PDF) (dalam bahasa Inggris). Tokyo: JICA. 1998. hlm. 198–199. 
  3. ^ "Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Brantas" (PDF). Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 20 Maret 2020. hlm. 145. Diakses tanggal 16 Januari 2023. 
  4. ^ a b Staf Proyek Brantas (1 April 1972). Uraian Singkat Mengenai Proyek Bendungan Serbaguna Karangkates (PDF) (Laporan). Proyek Induk Serbaguna Kali Brantas. Diakses tanggal 23 Januari 2022. 
  5. ^ a b c d e Sinaro, Radhi (2007). Menyimak Bendungan di Indonesia (1910-2006) (dalam bahasa Indonesia). Tangerang Selatan: Bentara Adhi Cipta. ISBN 978-979-3945-23-1.