Sunita

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Dalam mitologi Hindu, Sunita (Sanskerta: सुनीथा; Sunīthā) adalah putri Mertyu. Kisah mengenai Sunita dapat ditemukan dalam berbagai kitab purana, tetapi riwayatnya kurang dituturkan secara detail. Kitab Padmapurana menceritakan riwayat Sunita lebih detail, tetapi versi yang dituturkan agak berbeda dengan Purana lainnya. Kitab Padmapurana menyatakan bahwa Sunita adalah putri Yama, karena Mertyu (bhs. Sanskerta; mṛtyu = kematian) diidentikkan dengan Yama, dewa kematian, padahal dalam purana lainnya Mertyu tidak diidentikkan dengan Yama. Purana lainnya menyebutkan bahwa Mertyu adalah tokoh yang bersifat jahat.

Kutukan Susangka[sunting | sunting sumber]

Menurut kitab Padmapurana, Sunita gemar pergi ke tengah hutan bersama teman-temannya. Pada suatu hari, saat sedang berada di tengah hutan, Sunita melihat seorang bidadara (gandarwa) sedang bermeditasi, namanya Susangka. Kemudian timbulah keinginan Sunita untuk menggoda Susangka. Namun, Susangka tidak marah saat Sunita menggodanya. Ia hanya ingin agar gadis itu menjauh. Karena merasa angkuh sebagai putri Yama, Sunita enggan meninggalkan Susangka. Akhirnya Susangka tidak mampu bersabar lebih lama, lalu ia mengutuk bahwa kelak anak Sunita akan menjadi orang yang bersifat jahat. Kemudian, Sunita pergi menghadap ayahnya untuk menceritakan kutukan yang baru saja ditimpakan kepadanya. Yama menyalahkan Sunita, kemudian ia menyuruh Sunita pergi bermeditasi ke tengah hutan agar kutukan tersebut bisa diperingan. Meskipun kutukan yang diterima Sunita bisa diperingan, tetapi tidak ada laki-laki yang mau menikahinya setelah Sunita dikenal sebagai wanita yang akan melahirkan anak yang bersifat jahat.

Menikahi Raja Angga[sunting | sunting sumber]

Sunita memiliki beberapa teman yang memiliki ilmu menarik perhatian lelaki. Mereka mengetahui bahwa seorang raja bernama Angga menerima anugrah dari dewa Wisnu bahwa kelak anaknya akan menjadi orang yang baik. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, Sunita yakin bahwa dengan menikahi Angga, maka kutukan yang diterimanya dapat diterima. Maka dari itu, Sunita mencari Angga dan menarik perhatiannya. Strategi Sunita berhasil sehingga Angga jatuh cinta padanya, kemudian sang raja menikahinya. Dari hubungan mereka, lahirlah seorang putra yang diberi nama Wena. Setelah Angga tua, Wena diangkat menjadi raja.

Menurut kitab Padmapurana, Wena adalah orang yang berhati baik, sampai seseorang yang tidak mengakui Weda datang kepadanya dan mengajarkan agama baru. Akhirnya, Wena tidak lagi mengakui ajaran dalam kitab Weda dan melarang segala praktik keagamaan yang dianjurkan dalam kitab Weda. Karena kecewa dengan perubahan pada putranya, Angga dan Sunita berusaha mendidik Wena agar kembali pada jalan yang benar. Namun usaha tersebut tidak berhasil sama sekali. Karena dilanda rasa kecewa yang besar, Angga dan Sunita memutuskan untuk pergi ke hutan. Kemudian tidak diketahui bagaimana nasib mereka.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]