Rohita

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Rohita
रोहित
Rohita
Tokoh dalam mitologi Hindu
NamaRohita
Ejaan Dewanagariरोहित
Ejaan IASTRohita
Nama lainRohitaswa
Kitab referensiPurana
AsalAyodhya, Kerajaan Kosala
KediamanAyodhya
KastaKsatriya
ProfesiRaja
DinastiSurya
AnakHarita

Dalam mitologi Hindu, Rohita (Sanskerta: रोहित; Rohita, kadang kala dieja Rohitaswa) adalah nama seorang raja India dari kalangan Dinasti Surya. Ia merupakan putra Hariscandra dan Taramati. Kisah mengenai raja ini dapat ditemukan dalam kitab Purana. Menurut Purana, Rohita merupakan leluhur Ramacandra, yaitu tokoh utama dalam wiracarita Ramayana. Rohita memerintah Kerajaan Kosala dengan pusat pemerintahan di Ayodhya.

Kelahiran[sunting | sunting sumber]

Menurut kitab Purana, Rohita merupakan pahala dari pelaksanaan upacara yang diselenggarakan oleh Hariscandra. Pada mulanya, Hariscandra tidak memiliki keturunan. Resi Narada berkata bahwa jika Hariscandra tidak memiliki keturunan, maka setelah wafat arwahnya akan menuju Neraka. Atas saran Narada, Hariscandra melakukan upacara memuja Baruna, dewa air dan lautan. Dalam upacara tersebut Hariscandra berjanji bahwa bila ia memiliki putera, ia akan melakukan upacara suci dan mengorbankan putranya kepada Baruna. Kemudian permaisuri Hariscandra melahirkan Rohita. Putera ini amat disayangi oleh kedua orangtuanya.

Janji Hariscandra[sunting | sunting sumber]

Dalam kitab Brahmapurana diceritakan bahwa Hariscandra berjanji untuk mengorbankan anaknya pada Baruna. Saat Rohita lahir, Baruna datang untuk menjemput anak tersebut. Dengan berat hati, Hariscandra berjanji bahwa ia akan mengorbankan Rohita bila anak tersebut sudah berusia sepuluh hari. Pada hari yang kesepuluh, Baruna datang kembali untuk menjemput Rohita. Hariscandra yang masih berat hati berjanji untuk memberikan Rohita apabila anak tersebut sudah memiliki gigi. Ketika gigi Rohita sudah tumbuh, Baruna datang kembali untuk menjemput Rohita. Kali ini Hariscandra berjanji bahwa ia akan meyerahkan anak tersebut apabila Rohita sudah cukup dewasa.

Akhirnya, Rohita tumbuh menjadi seorang pangeran yang menguasai ilmu senjata, dan telah menjadi seorang kesatria yang seutuhnya. Pada usia enam belas tahun, Rohita diangkat menjadi calon pewaris tahta kerajaan (Yuwaraja). Ketika Baruna datang untuk menagih janji Hariscandra, tanpa disadari Rohita menguping pembicaraan mereka berdua. Kemudian Rohita menyela pembicaraan Baruna dan ayahnya. Ia berkata bahwa ia akan pergi ke hutan untuk melakukan sebuah pengorbanan kepada Dewa Wisnu. Setelah pengorbanan itu dilakukan, barulah ia bersedia dijadikan korban dalam upacara ayahnya. Akhirnya, Rohita pergi ke hutan demi menunaikan cita-citanya.

Karena upacara yang dijanjikan oleh Hariscandra tak pernah terlaksana, maka Baruna merasa telah dipermainkan. Ia mengutuk Hariscandra agar menderita sakit perut yang dahsyat. Berita mengenai penderitaan Hariscandra diketahui oleh Rohita yang sednag berada di hutan. Di dalam hutan, Rohita bertemu dengan keluarga Ajigarta, seorang brahmana miskin yang memiliki tiga putra. Sunahsepa, putera kedua brahmana tersebut, dibeli dengan harga seribu sapi. Anak tersebut dipakai sebagai pengganti Rohita, dan dipersembahkan kepada Baruna.

Menurut versi Purana lain, seperti misalnya Bhagawatapurana, dikisahkan bahwa Sunahsepa dibeli oleh Hariscandra sendiri dengan harga seratus sapi. Dan juga tidak diceritakan bahwa Rohita melakukan upacara pengorbanan kepada Wisnu. Diceritakan pula bahwa dalam perjalanan menuju lokasi upacara, Sunahsepa bertemu dengan Resi Wiswamitra. Sang resi memberitahu Sunahsepa mengenai mantra yang dapat membuat Baruna terkesima, sehingga mengurungkan niatnya untuk mengambil nyawa Sunahsepa. Kemudian, Sunahsepa diangkat sebagai anak oleh Wiswamitra.

Hidup dalam pembuangan[sunting | sunting sumber]

Lukisan Hariscandra dan Taramati dalam masa pembuangan, meratapi jenazah Rohita. Lukisan karya M.V. Dhurandhar.

Saat Hariscandra hidup dalam masa pembuangan karena terikat dengan sebuah janji, Rohita hidup bersama ibunya sebagai pembantu di rumah brahmana (pendeta). Pada suatu ketika, Rohita tewas karena dipatuk ular. Taramati, ibunya, membawa jenazahya menuju krematorium. Di sana, Taramati bertemu dengan Hariscandra yang bekerja sebagai tukang pembakar jenazah. Karena Taramati tidak memiliki uang sebagai modal upacara pembakaran jenazah anaknya, ia menyerahkan hartanya yang paling berharga pada saat itu, yaitu kain sari-nya, kepada Hariscandra. Karena ketulusan hati Taramati tersebut, para dewa menjadi terharu sehingga mereka menghentikan sandiwara kehidupan tersebut. Rohita dihidupkan kembali dan mereka berkumpul bersama lagi. Kemudian, para dewa mengajak Hariscandra beserta Taramati untuk menghuni surga. Setelah kejadian tersebut, untuk memulihkan jalannya pemerintahan, Rohita diangkat menjadi raja oleh Wiswamitra.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

Didahului oleh:
Hariscandra
Raja Ayodhya Diteruskan oleh:
Harita