Kori Kamandungan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kori Kamandungan
Informasi umum
AlamatJalan Sasono Mulyo, Kelurahan Baluwarti, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta
NegaraIndonesia Indonesia

Kori Kamandungan adalah bagian terdepan dari istana Keraton Surakarta Hadiningrat. Kori Kamandungan ini memiliki tiga pintu, yaitu Kori Kamandungan bagian timur, bagian tengah, dan bagian barat. Kori Kamandungan bagian barat dan bagian timur mempunyai lengkung di atas daun pintu, dan masing-masing kori tersebut ukuran lebar yang berbeda-beda. Kori Kamandungan bagian timur memiliki ukuran 2,10 meter, Kori Kamandungan bagian tengah berukuran 2,67 meter, dan Kori Kamandungan bagian barat mempunyai ukuran 2,30 meter.[1]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Keberadaan bangunan ini sendiri sudah ada sejak masa Pakubuwana II. Kemudian dibangun kembali oleh Pakubuwana IV pada 10 Oktober 1819, namun tidak sampai selesai karena Pakubuwana IV wafat. Kemudian dilanjutkan kembali oleh Pakubuwana V dan disempurnakan oleh Pakubuwana X.[1][2]

Etimologi[sunting | sunting sumber]

Arti nama Kamandungan sendiri terdapat beberapa versi, ada yang berpendapat berasal dari kata minandung-an yang artinya cadangan. Adapula yang berpendapat dari kata mandhu yang berarti magang atau calon yang bisa dimaknai sebagai pengingat manusia sebagai pribadi calon orang mati. Namun jika ditilik dari Bausastra Jawa, kata mandung berarti tandhon atau penampungan.[2]

makna[sunting | sunting sumber]

Di Kori Kamandungan terdapat cermin besar untuk bercermin sebelum masuk kraton atau istana. Secara lahiriah, hal tersebut dimaksudkan agar siapapun yang akan masuk ke kraton berhenti sejenak untuk bercermin, atau mengoreksi apakah pakaian yang dikenakan sudah cukup pantas untuk masuk ke kraton. Secara batiniah, mengingatkan agar manusia hendaknya selalu bercermin akan tingkah laku dan perbuatan serta menjaga kesucian hati. Sikap yang demikian ini memunculkan ungkapan mulat sarira hangrasa wani, yang berarti tanggap diri apakah pantas, bersih, rapi bertatakrama dalam ‘berbusana’ (agama ageing aji) untuk menghadap Sang Pencipta, setibanya seseorang di Kori Kamandungan harus berhenti dahulu untuk mengingat-ingat atau mengoreksi perbuatan ata perilakunya sendiri. Jika merasa salah atau keliru perbuatannya, hendaknya harus segera minta ampun (bertaubat) dan bersyukur bila|menerima rahmat dari Sang Pencipta.[1]

Fungsi[sunting | sunting sumber]

Fungsi Kori Kamandungan sebagai pintu utama terdepan yang menghubungkan kraton dengan luar kraton, melalui ruang antara yaitu halaman Sri Manganti, dan sekaligus sebagai pintu penghubung bangsal sisi barat dan sisi timur halaman Sri Manganti dengan halaman Kamandungan. Selain itu, Kamandungan juga menjadi tempat para abdi dalem yang mandung (jaga, di luar dan di dalam), dan sekaligus sebagai tempat menghadapnya abdi dalem Jajar Mandung golongan Keparak. Kori ini mempunyai ukuran yang besar. Hal ini untuk menunjukkan kewibawaan raja, keagungan kraton, dan kemegahan kraton. Selain itu, juga untuk memunculkan rasa hormat kepada kraton.[1]

Renovasi[sunting | sunting sumber]

Bangunan ini sempat mengalami perbaikan dan pengecatan pada tahun 2013. Perbaikan dan pengecatan ini dilakukan sebagai langkah perawatan dan pelestarian benda cagar budaya.[3]

Referensi[sunting | sunting sumber]