Kitab Obaja: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Stepanus (bicara | kontrib)
Stepanus (bicara | kontrib)
Baris 18: Baris 18:


== Muatan Teologi ==
== Muatan Teologi ==
Teologi kitab Obaja sangat berkaitan dengan kenyataan historis yang mempunyai ciri khas seperti pelayanan nabi-nabi.<ref name="Pagan"/>Setelah umat Israel mengalami kehancuran, teologi kitab Obaja sangat memperhatikan keadaan politik, sosial, dan spiritual dari umat Israel.<ref name="Pagan"/> Ini berguna untuk merespons harapan-harapan teologis dari umat Israel.<ref name="Pagan"/> Semua itu merupakan dampak dari pembuangan, sehingga umat Israel harus berjuang untuk hidup dan untuk memahami persoalan teologis di baliki pembuangan umat Israel ke Babilonia.<ref name="Pagan"/>
Teologi kitab Obaja sangat berkaitan dengan kenyataan historis yang mempunyai ciri khas seperti pelayanan nabi-nabi.<ref name="Pagan"/>Setelah umat Israel mengalami kehancuran, teologi kitab Obaja sangat memperhatikan keadaan politik, sosial, dan spiritual dari umat Israel.<ref name="Pagan"/> Ini berguna untuk merespons harapan-harapan teologis dari umat Israel.<ref name="Pagan"/> Semua itu merupakan dampak dari pembuangan, sehingga umat Israel harus berjuang untuk hidup dan untuk memahami persoalan teologis di balik pembuangan umat Israel ke Babilonia.<ref name="Pagan"/>


=== Hari Tuhan ===
=== Hari Tuhan ===
Kitab Obaja menyoroti tema [[teologi]] yang juga ditemukan di dalam kitab nabi-nabi lainnya yaitu, [[hari Tuhan]].<ref name="Veitch"/> Hari Tuhan merupakan suatu konsep yang tak menyenangkan dalam pemikiran nubuat.<ref name="Bullock"> C. Hassell Bullock. 2002. Kitab Nabi-nabi Perjanjian Lama. Malang: Gandum Mas.</ref> Hari Tuhan dalam kitab [[Obaja]] digambarkan sebagai suatu hari di mana [[Tuhan]] akan muncul untuk menghukum musuh-musuh [[Israel]].<ref name="Veitch"/> Hari ini juga berarti bahwa Tuhan memberikan kehancuran kepada musuh-musuh Israel serta memberi kemenangan dan keselamatan kepada Israel.<ref name="Pagan"/> Allah mampu dan mau bercampur tangan langsung untuk mengalahkan musuh-musuh dari umat Israel.<ref name="Pagan"/> [[Tema]] mengenai hari Tuhan dalam kitab [[Obaja]] merupakan suatu perkembangan lebih lanjut dari [[kitab Ratapan]] 1:21.<ref name="Allen"/> [[Kitab Yoel]] juga turut mengembangkan tema mengenai hari Tuhan dengan mengadopsi dari kitab Obaja.<ref name="Allen"/> Kitab [[Obaja]] tidak memberitahukan kapan hari Tuhan itu datang.<ref name="Veitch"/> Kitab ini hanya memberitahukan bahwa hari Tuhan itu pasti datang namun tidak diketahui kapan.<ref name="Veitch"/> Kepastian akan datangnya hari Tuhan ini ditunjukkan dengan penggunaan kata 'dekat' (Ibrani: קָר֯וב) yang terdapat dalam ayat 15.<ref name="Allen"/> Pesan mengenai hari Tuhan ini juga berkaitan dengan pertobatan bagi orang-orang atau bangsa-bangsa yang menjadi musuh [[Israel]].<ref name="Veitch"/> Hari Tuhan dalam kitab Obaja ingin menunjukkan bahwa [[Tuhan]] adalah penguasa langit dan bumi.<ref name="Lasor"> W.S.Lasor. 1994. Pengantar Perjanjian Lama 2: Sastra dan Nubuat. Jakarta: BPK Gunung Mulia.</ref> ia mampu untuk menghukum segala bangsa termasuk bangsa [[Edom]].<ref name="Lasor"/> Hal tersebut masih berkaitan dengan [[perjanjian]] [[Allah]] dengan [[Abraham]] bahwa berkat dari [[Allah]] akan turun kepada segala bangsa melalui keturunan Abraham.<ref name="Lasor"/> Dalam [[kitab Ratapan]] 1:21 dan 2:21-22 terdapat dua tahap penting dalam mengejawantahkan [[hari Tuhan]] selama 587=586 SM.<ref name="Pagan"/> Tahap pertama ketika [[Yerusalem jatuh]], Kehancuran bangsa [[Yehuda]], dan kehancuran [[bait Allah]].<ref name="Pagan"/> Tahap kedua meliputi pembantaian dari musuh-musuh kepada orang-orang Yehuda.<ref name="Pagan"/> Kedua tahap ini kemudian diambil oleh penulis kitab Obaja untuk dijadikan motif dan dipersatukan dengan pesan yang hendak ia sampaikan.<ref name="Pagan"/>
Kitab Obaja menyoroti tema [[teologi]] yang juga ditemukan di dalam kitab nabi-nabi lainnya yaitu, [[hari Tuhan]].<ref name="Veitch"/> Hari Tuhan merupakan suatu konsep yang tak menyenangkan dalam pemikiran nubuat.<ref name="Bullock"> C. Hassell Bullock. 2002. Kitab Nabi-nabi Perjanjian Lama. Malang: Gandum Mas.</ref> Hari Tuhan dalam kitab [[Obaja]] digambarkan sebagai suatu hari di mana [[Tuhan]] akan muncul untuk menghukum musuh-musuh [[Israel]].<ref name="Veitch"/> Hari ini juga berarti bahwa Tuhan memberikan kehancuran kepada musuh-musuh Israel serta memberi kemenangan dan keselamatan kepada Israel.<ref name="Pagan"/> Allah mampu dan mau bercampur tangan langsung untuk mengalahkan musuh-musuh dari umat Israel.<ref name="Pagan"/> [[Tema]] mengenai hari Tuhan dalam kitab [[Obaja]] merupakan suatu perkembangan lebih lanjut dari [[kitab Ratapan]] 1:21.<ref name="Allen"/> [[Kitab Yoel]] juga turut mengembangkan tema mengenai hari Tuhan dengan mengadopsi dari kitab Obaja.<ref name="Allen"/> Kitab [[Obaja]] tidak memberitahukan kapan hari Tuhan itu datang.<ref name="Veitch"/> Kitab ini hanya memberitahukan bahwa hari Tuhan itu pasti datang namun tidak diketahui kapan.<ref name="Veitch"/> Kepastian akan datangnya hari Tuhan ini ditunjukkan dengan penggunaan kata 'dekat' (Ibrani: קָר֯וב) yang terdapat dalam ayat 15.<ref name="Allen"/> Pesan mengenai hari Tuhan ini juga berkaitan dengan pertobatan bagi orang-orang atau bangsa-bangsa yang menjadi musuh [[Israel]].<ref name="Veitch"/> Hari Tuhan dalam kitab Obaja ingin menunjukkan bahwa [[Tuhan]] adalah penguasa langit dan bumi.<ref name="Lasor"> W.S.Lasor. 1994. Pengantar Perjanjian Lama 2: Sastra dan Nubuat. Jakarta: BPK Gunung Mulia.</ref> Ia mampu untuk menghukum segala bangsa termasuk bangsa [[Edom]].<ref name="Lasor"/> Hal tersebut masih berkaitan dengan [[perjanjian]] [[Allah]] dengan [[Abraham]] bahwa berkat dari [[Allah]] akan turun kepada segala bangsa melalui keturunan Abraham.<ref name="Lasor"/> Dalam [[kitab Ratapan]] 1:21 dan 2:21-22 terdapat dua tahap penting dalam mengejawantahkan [[hari Tuhan]] selama 587=586 SM.<ref name="Pagan"/> Tahap pertama ketika [[Yerusalem jatuh]], Kehancuran bangsa [[Yehuda]], dan kehancuran [[bait Allah]].<ref name="Pagan"/> Tahap kedua meliputi pembantaian dari musuh-musuh kepada orang-orang Yehuda.<ref name="Pagan"/> Kedua tahap ini kemudian diambil oleh penulis kitab Obaja untuk dijadikan motif dan dipersatukan dengan pesan yang hendak ia sampaikan.<ref name="Pagan"/>


=== Kerajaan Allah ===
=== Kerajaan Allah ===
Baris 33: Baris 33:


=== Keadilan Allah ===
=== Keadilan Allah ===
Salah satu tema teologis yang diangkat dalam kitab Obaja adalah keadilan Allah.<ref name="Bullock"/> Setelah kehancuran Yerusalem pada 587-586 SM, Tuhan menunjukkan keadilannya melawan Edom.<ref name="Pagan"/> Untuk mengimbangkan krisis teologis yang terjadi akibat kehancuran Yerusalem maka Obaja menggunakan dan mengembangkan teologi keadilan Allah.<ref name="Pagan"/> Kehancuran Yerusalem mempunyai dampak yang besar bagi Israel karena tempat itu merupakan pusat keagamaan dan politik dari bangsa Israel.<ref name="Pagan"/> Dalam [[kitab Habakuk]], kita melihat bahwa keadilah Allah datang kepada bangsa Yehuda melalui orang [[Kasdim]].<ref name="Bullock"/> Tetapi dalam kitab Obaja, bangsa Edom tidak dipakai oleh Tuhan untuk menunjukkan keadilannya kepada Yehuda dan mereka menjarah bangsa Yehuda atas keinginan mereka sendiri.<ref name="Bullock"/> Hal ini menyebabkan Tuhan akan menunjukkan keadilannya pada bangsa Edom.<ref name="Bullock"/> Bangsa Edom dianggap tidak mempunyai belas kasihan ketika saudara yaitu bangsa Yehuda terkena kesusahan.<ref name="Bullock"/> Keadilan Allah merujuk kepada pemberian hukum yang setimpal yang berbunyi,"seperti engkau lakukan, demikianlah dilakukan kepadamu, perbuatanmu akan kembali menimpa kepalamu sendiri".<ref name="Bullock"/> Keadilan Tuhan akan terlihat dalam hari Tuhan untuk Edom dan bangsa-bangsa yang menyerang bangsa Yehuda.<ref name="Bullock"/>
Salah satu tema teologis yang diangkat dalam kitab Obaja adalah keadilan Allah.<ref name="Bullock"/> Setelah kehancuran Yerusalem pada 587-586 SM, Tuhan menunjukkan keadilannya melawan Edom.<ref name="Pagan"/> Untuk mengimbangkan krisis teologis yang terjadi akibat kehancuran Yerusalem maka Obaja menggunakan dan mengembangkan teologi keadilan Allah.<ref name="Pagan"/> Kehancuran Yerusalem mempunyai dampak yang besar bagi Israel karena tempat itu merupakan pusat keagamaan dan politik dari bangsa Israel.<ref name="Pagan"/> Dalam [[kitab Habakuk]], kita melihat bahwa keadilah Allah datang kepada bangsa Yehuda melalui orang [[Kasdim]].<ref name="Bullock"/> Tetapi dalam kitab Obaja, bangsa Edom tidak dipakai oleh Tuhan untuk menunjukkan keadilannya kepada Yehuda dan mereka menjarah bangsa Yehuda atas keinginan mereka sendiri.<ref name="Bullock"/> Hal ini menyebabkan Tuhan akan menunjukkan keadilannya pada bangsa Edom.<ref name="Bullock"/> Bangsa Edom dianggap tidak mempunyai belas kasihan ketika saudara mereka yaitu bangsa Yehuda terkena kesusahan.<ref name="Bullock"/> Keadilan Allah merujuk kepada pemberian hukum yang setimpal yang berbunyi,"seperti engkau lakukan, demikianlah dilakukan kepadamu, perbuatanmu akan kembali menimpa kepalamu sendiri".<ref name="Bullock"/> Keadilan Tuhan akan terlihat dalam hari Tuhan untuk Edom dan bangsa-bangsa yang menyerang bangsa Yehuda.<ref name="Bullock"/>


== Isi ==
== Isi ==

Revisi per 13 Mei 2011 04.21

Kitab Obaja (Ibrani: עבַדְיָה) adalah kitab yang menceritakan mengenai relasi Israel dengan Edom dan mengenai Hari Tuhan.[1] Secara garis besar, kitab Obaja menyampaikan pesan mengenai pembalasan Allah kepada bangsa Edom atas apa yang telah mereka lakukan terhadap orang Yehuda.[2][3] Dalam kitab Obaja terdapat tema-tema yang juga ada dalam kitab nabi-nabi lainnya seperti penghukuman Allah bagi musuh-musuh Israel, hari Tuhan, kerajaan Allah, teologi Sion, kepemilikan tanah Israel, dan hukum pembalasan Allah.[4] Dengan demikian, tema utama dari kitab ini adalah pembalasan kepada bangsa Edom.[2] Tema seperti ini juga terdapat dalam kitab Amos, Yesaya, Yeremia, Yehezkiel.[2]

Kitab ini merupakan kitab terpendek dari seluruh kitab di dalam Alkitab Perjanjian Lama.[1][4][5] Kitab ini juga merupakan kitab keempat dari kitab nabi-nabi kecil di dalam Perjanjian Lama.[6]

Waktu Penulisan

Kitab ini ditulis sesudah kota Yerusalem jatuh, sekitar tahun 586-587 SM.[2] Ini ditunjukkan dalam ayat 11 sampai ayat 14.[2] Bagian ini menunjuk pada kitab Ezra 4:45 yang menunjukkan bahwa bangsa Edom membakar tempat ibadah orang Yehuda ketika bangsa Kasdim menyerang bangsa Yehuda.[2]

Latar Belakang

Latar belakang kitab Obaja adalah permusuhan bangsa Edom dengan bangsa Yehuda.[7] Menurut kisah dalam Alkitab, permusuhan ini dimulai dari jaman Esau sebagai nenek moyang bangsa Edom dengan adiknya Yakub sebagai nenek moyang dari bangsa Yehuda.[7] Permusuhan ini berawal dari penipuan yang dilakukan Yakub terhadap Esau mengenai hak kesulungan.[7] Permusuhan ini terus berlanjut dan menimbulkan dendam antara bangsa Edom dengan bangsa Yehuda.[7] Bangsa Edom selalu mencari kesempatan untuk bersekutu dengan bangsa-bangsa yang hendak menghancurkan Yehuda, seperti Moab dan Amon.[7] Secara historis, tradisi Yahudi dalam Talmud menempatkan kitab Obaja dalam masa pemerintahan raja Ahab.[5] Pada masa ini bangsa Edom juga menyerang Yehuda.[5]

Tujuan Penulisan

Secara garis besar, kitab Obaja bertujuan untuk mengatakan bahwa Allah tidak melupakan umat Israel.[2] Obaja hendak meyakinkan bangsa Israel bahwa Tuhan akan memperbaiki keadaan mereka.[2] Obaja juga bermaksud memperingatkan Edom bahwa Tuhan akan menghukum mereka beserta dengan bangsa-bangsa yang bersekutu dengan mereka.[2] Tuhan menghukum Edom dan bangsa-bangsa sekutu seperti bangsa Moab dan Amon karena turut menjadi bagian dari kejatuhan Yerusalem.[2] Tuhan akan menyatukan kembali bangsa Israel dan menepati apa yang pernah ia janjikan mengenai kepemilikan tanah Israel.[2]

Berkas:Obadja tissot.jpg
Obaja

Kepengarangan

Penulis kitab Obaja sendiri kurang diketahui pasti siapakah nama pengarangnya.[2] Hal ini disebabkan data-data yang terbatas mengenai nama pengarang kitab ini.[2] Data diri mengenai pengarang dan waktu penulisan kitab Obaja masih belum diketahui dengan pasti.[8] Beberapa teks seperti teks Masoret, Septuaginta, dan Vulgata mempunyai bentuk penyebutan yang berbeda-beda akan pengarang kitab Obaja.[2] Teks Masoret menyebut nama pengarang kitab tersebut sebagai Obadya sedangkan Septuaginta menyebutnya dengan Abdiou dan Vulgata menyebutnya dengan Abdias.[2]. Dalam tradisi talmud Babilonia, nama pengarang ini dikaitkan dengan seorang pelayan laki-laki Ahab yang terdapat dalam kitab 1 Raja-raja 18:3-16.[2] Dalam tradisi Pseudo-Epifanus, ia dianggap salah seorang pemimpin pasukan Ahazia.[8] Dalam Alkitab ada banyak keterangan yang menunjuk kepada Obaja seperti kitab 1 Tawarikh 7:3; 12:9; 27:19; 8:38.[6] Kemungkinan besar nama 'Obaja' sebenarnya bukan nama seorang nabi melainkan hanya sebagai simbol saja.[2] Namun demikian, Obaja merupakan nabi kultis.[2] Ini ditunjukkan melalui komposisi dalam teks yang merupakan suatu komposisi kultis.[2]

Muatan Teologi

Teologi kitab Obaja sangat berkaitan dengan kenyataan historis yang mempunyai ciri khas seperti pelayanan nabi-nabi.[3]Setelah umat Israel mengalami kehancuran, teologi kitab Obaja sangat memperhatikan keadaan politik, sosial, dan spiritual dari umat Israel.[3] Ini berguna untuk merespons harapan-harapan teologis dari umat Israel.[3] Semua itu merupakan dampak dari pembuangan, sehingga umat Israel harus berjuang untuk hidup dan untuk memahami persoalan teologis di balik pembuangan umat Israel ke Babilonia.[3]

Hari Tuhan

Kitab Obaja menyoroti tema teologi yang juga ditemukan di dalam kitab nabi-nabi lainnya yaitu, hari Tuhan.[1] Hari Tuhan merupakan suatu konsep yang tak menyenangkan dalam pemikiran nubuat.[9] Hari Tuhan dalam kitab Obaja digambarkan sebagai suatu hari di mana Tuhan akan muncul untuk menghukum musuh-musuh Israel.[1] Hari ini juga berarti bahwa Tuhan memberikan kehancuran kepada musuh-musuh Israel serta memberi kemenangan dan keselamatan kepada Israel.[3] Allah mampu dan mau bercampur tangan langsung untuk mengalahkan musuh-musuh dari umat Israel.[3] Tema mengenai hari Tuhan dalam kitab Obaja merupakan suatu perkembangan lebih lanjut dari kitab Ratapan 1:21.[2] Kitab Yoel juga turut mengembangkan tema mengenai hari Tuhan dengan mengadopsi dari kitab Obaja.[2] Kitab Obaja tidak memberitahukan kapan hari Tuhan itu datang.[1] Kitab ini hanya memberitahukan bahwa hari Tuhan itu pasti datang namun tidak diketahui kapan.[1] Kepastian akan datangnya hari Tuhan ini ditunjukkan dengan penggunaan kata 'dekat' (Ibrani: קָר֯וב) yang terdapat dalam ayat 15.[2] Pesan mengenai hari Tuhan ini juga berkaitan dengan pertobatan bagi orang-orang atau bangsa-bangsa yang menjadi musuh Israel.[1] Hari Tuhan dalam kitab Obaja ingin menunjukkan bahwa Tuhan adalah penguasa langit dan bumi.[8] Ia mampu untuk menghukum segala bangsa termasuk bangsa Edom.[8] Hal tersebut masih berkaitan dengan perjanjian Allah dengan Abraham bahwa berkat dari Allah akan turun kepada segala bangsa melalui keturunan Abraham.[8] Dalam kitab Ratapan 1:21 dan 2:21-22 terdapat dua tahap penting dalam mengejawantahkan hari Tuhan selama 587=586 SM.[3] Tahap pertama ketika Yerusalem jatuh, Kehancuran bangsa Yehuda, dan kehancuran bait Allah.[3] Tahap kedua meliputi pembantaian dari musuh-musuh kepada orang-orang Yehuda.[3] Kedua tahap ini kemudian diambil oleh penulis kitab Obaja untuk dijadikan motif dan dipersatukan dengan pesan yang hendak ia sampaikan.[3]

Kerajaan Allah

Tema teologis lain yang juga diangkat dalam kitab Obaja adalah kerajaan Allah.[2] tema ini juga menjadi tujuan akhir dari kitab Obaja.[5] Tujuan akhir ini merupakan pesan terakhir dari kitab Obaja yang memperhatikan masa depan dari umat Israel.[3] Tema ini terdapat dalam ayat 21.[2] Kerajaan Allah dalam kitab Obaja hendak menggambarkan bahwa Allah yang menentukan masa depan bangsa Israel.[2] Kerajaan Allah dalam ayat 21 juga menunjukkan bahwa Allah mempunyai kekuasaan tertinggi yang terletak pada gunung Sion.[2] Kerajaan Allah juga menandai adanya pembebasan dan kekudusan yang kemudian ditekankan dalam Perjanjian baru.[5] Kerajaan Allah juga menunjukkan bahwa masa depan dari umat Yehuda akan diubah setelah penderitaan yang mereka alami.[3]

Penghukuman Allah

Bagian utama yang menjadi pesan dari kitab ini adalah penghukuman Allah.[5] Penghukuman Allah ini ditujukan kepada bangsa-bangsa terutama kepada bangsa Edom.[5] Penghukuman Allah kepada Edom dikarenakan tindakan Edom yang kejam kepada Israel.[5] Namun demikian, pada akhirnya hukuman Allah akan dijatuhkan pada segala bangsa.[5] Penghukuman Allah ini dijatuhkan pada saat hari Tuhan.[5]

Allah sejarah

Teologi Obaja menyinggung mengenai kemampuan Allah untuk turut campur tangan dalam sejarah untuk melawan orang-orang dari bangsa Edom.[3] Dalam kepercayaan kuno, jika suatu bangsa berperang maka mereka percaya bahwa Allah mereka akan hadir di tengah peperangan.[3] Berdasarkan pemahaman itu, orang Yehuda ketakutan ketika Allah mereka tidak bisa mengalahkan Allah dari Babilonia dan Edom.[3] Pemikiran ini muncul karena Allah Israel sama sekali tidak memberikan perlawanan terhadap bangsa Edom.[3] Namun demikian, Teologi kitab Obaja menekankan bahwa Allah Israel tidak bisa dikalahkan dan akan menunjukkan kekuatanNya dalam sejarah.[3] Allah Israel akan menghukum bangsa-bangsa yang mencoba mengambil keuntungan dari kekalahan bangsa Israel dengan cara merampok dan mencoba untuk menguasai daerah Israel.[3] Penekanan bahwa Allah merupakan penguasa sejarah sangat bertentangan dengan pemikiran orang Edom sendiri.[3]

Keadilan Allah

Salah satu tema teologis yang diangkat dalam kitab Obaja adalah keadilan Allah.[9] Setelah kehancuran Yerusalem pada 587-586 SM, Tuhan menunjukkan keadilannya melawan Edom.[3] Untuk mengimbangkan krisis teologis yang terjadi akibat kehancuran Yerusalem maka Obaja menggunakan dan mengembangkan teologi keadilan Allah.[3] Kehancuran Yerusalem mempunyai dampak yang besar bagi Israel karena tempat itu merupakan pusat keagamaan dan politik dari bangsa Israel.[3] Dalam kitab Habakuk, kita melihat bahwa keadilah Allah datang kepada bangsa Yehuda melalui orang Kasdim.[9] Tetapi dalam kitab Obaja, bangsa Edom tidak dipakai oleh Tuhan untuk menunjukkan keadilannya kepada Yehuda dan mereka menjarah bangsa Yehuda atas keinginan mereka sendiri.[9] Hal ini menyebabkan Tuhan akan menunjukkan keadilannya pada bangsa Edom.[9] Bangsa Edom dianggap tidak mempunyai belas kasihan ketika saudara mereka yaitu bangsa Yehuda terkena kesusahan.[9] Keadilan Allah merujuk kepada pemberian hukum yang setimpal yang berbunyi,"seperti engkau lakukan, demikianlah dilakukan kepadamu, perbuatanmu akan kembali menimpa kepalamu sendiri".[9] Keadilan Tuhan akan terlihat dalam hari Tuhan untuk Edom dan bangsa-bangsa yang menyerang bangsa Yehuda.[9]

Isi

Secara garis besar isi dari kitab Obaja terdiri atas tiga bagian.[5]

Bagian Pertama

Bagian pertama dari kitab Obaja yaitu ayat 1 sampai 14 menceritakan mengenai penghukuman terhadap Edom.[5] Bagian pertama kitab Obaja terbagi atas beberapa bagian.[5]

  • Dalam ayat 1 merupakan judul dari penghukuman Edom.[5] Ayat ini merupakan suatu pengantar yang sangat singkat karena di dalamnya tidak diletakkan data apapun mengenai kitab ini atau penulis kitab ini.[3] ayat 1 ini mengatakan bahwa Tuhan telah memberikan Obaja sebuah pesan yang harus ia beritahukan kepada orang-orang.[3]
  • Ayat 2 sampai 4 menceritakan mengenai sebuah peringatan kepada bangsa Edom.[5] Peringatan ini sebagai sebuah tanda kejatuhan dari Edom.[3] Bagian ini menyatakan pesan dari nabi yang disusun seolah-olah dialamatkan langsung ke Edom.[3] Cara ini disampaikan agar orang Israel mengetahui bahwa Allah akan menghukum musuh tradisional mereka.[3]
  • ayat 5-7 menceritakan mengenai bangsa Edom yang akan diserang dan ditinggalkan oleh bangsa-bangsa sekutunya.[3] ayat 5-6 menggambarkan kehancuran total dari banga Edom.[3] Ayat 7 menggambarkan bagaimana bangsa Edom akan dikhianati oleh bangsa-bangsa sekutu.[3] Dalam ayat ini ada 3 ide dasar yaitu menipu, sekutu, dan "seorang yang memakan rotimu".[3]
  • ayat 8-9 menceritakan mengenai kekalahan dari orang-orang bijak dan para pahlawan.[3] Ayat 8-9 masih berada dalam kerangka nubuat mengenai hukuman Edom.[3] Bagian ini juga menunjukkan bahwa kehancuran Edom pasti akan terjadi.[3]
  • ayat 10 sampai ayat 14 menceritakan mengenai kehancuran total terhadap bangsa Edom.[5] ayat 10 dan 11 menggambarkan mengenai kurangnya solidaritas.[3] Ayat 12 sampai 14 masuk dala tema besar mengenai hari Tuhan.[3] hal ini juga masih terkait erat dengan ayat 15b.[3]

Bagian Kedua

Bagian kedua dari kitab Obaja yaitu ayat 15 sampai 16 menceritakan mengenai penghukuman Allah yang bersifat universal.[5] Penghukuman dalam bagian ini tidak terbatas pada bangsa Edom tetapi pada bangsa-bangsa yang menyerang Israel seperti Babilonia.[5] Hal ini ditunjukkan melalui perkataan yang diumumkan oleh sang nabi yaitu "terhadap semua bangsa".[3]

Bagian Ketiga

Bagian ketiga dari kitab Obaja yaitu ayat 17 sampai 21 menceritakan mengenai pemulihan bangsa Israel.[5] pada ayat 17 digambarkan mengenai suatu tindakan Allah sebagai bukti akan janjinya.[3] Janji itu akan dibuktikan melalui pemulihan serta pembebasan yang diberikan Allah kepada bangsa Israel.[3] Berbeda dengan bagian sebelumnya yaitu ayat 16 di mana sang nabi menyatakan penghukuman bagi bangsa-bangsa, dalam bagian ini sang nabi mengungkapkan maksud Tuhan kepada umat Israel.[3] ayat 18 merupakan suatu kontinuitas dari ide keselamatan yang terdapat dalam ayat 17.[3] Ayat 19-21 merupakan penegasan dari sang nabi mengenai pemulihan bangsa Yehuda termasuk janji Allah mengenai penetapan kembali wilayah dari Israel.[3]

Hubungan Dengan kitab-kitab lainnya

Nubuatan yang terdapat dalam kitab Obaja juga berhubungan dengan nubuatan beberapa kitab seperti kitab Yeremia, kitab Amos, kitab Ratapan, kitab Yoel, kitab Yehezkiel, dan kitab Yesaya.[5] Hubungan antara kitab Obaja dengan kitab-kitab lainya, secara khusus, kitab Yeremia telah menjadi fokus bagi banyak penelitian.[3] Dalam kitab Obaja 1:1-9 terdapat suatu frasa yang sama dengan kitab Yeremia 49:7-22.[5] Baik Yeremia maupun Obaja sama-sama menyampaikan sebuah nubuatan ilahi yang menentang Edom.[5] beberapa frasa dalam kitab Obaja juga berkaitan dengan kitab Yoel.[5] Hal ini ditunjukkan pada beberapa bagian dari kitab Obaja berkaitan dengan kitab Yoel yaitu Obaja 1:10 dengan Yoel 3:19, Obaja 1:11 dengan Yoel 3:3, Obaja 1:15 dengan Yoel 1:15; 2:1; 3:4; 3;7, dan Obaja 1: 18 dengan Yoel 3:8.[5] Perbandingan antara kitab Obaja, Yeremia, dan Yoel menunjukkan adanya indikasi bahwa para nabi tersebut menggunakan nubuatan melawan Edom yang berbentuk tulisan maupun oral untuk mengembangkan pesan mereka sendiri.[3] Penelitian dari kitab Obaja juga menunjukkan adanya hubungan tema dan sastra dengan beberapa nabi yaitu Amos dan Yehezkiel.[3] Kesamaan dan paralel antara Obaja dan kedua kitab tersebut terlihat dari isi nubuatan Obaja yang menentang bangsa lain.[3] Hal ini biasa beredar dalam kelompok kenabian dan ibadat di Yerusalem.[3]

Referensi

  1. ^ a b c d e f g J. Veitch. 1976. Tafsiran Alkitab: Obaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z Leslie C. Allen. 1976. The New International Commentary on the Old Testament: The books of Joel, Obadiah, Jonah, and Micha. Grand Rapid, Michigan: Wm B. Eerdmans.
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai aj ak al am an ao ap aq ar as at au av aw Samuel Pagan, et.all. 1996. The New Interpreter's Bible: Volume VII. Nashville: Abingdon.
  4. ^ a b Paul R. Raabe. 1996. The Anchor Bible: Obadiah. United States: Doubleday.
  5. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x J.D. Douglas, et.all. 1982. New Bible Dictionary. England: Intervaristy.
  6. ^ a b J. D. Davis. 1924. A Dictionary the Bible. Grand Rapids, Michigan: Baker Book House.
  7. ^ a b c d e Frank M. Boyd. 2006. Kitab Nabi-nabi Kecil. Jawa Timur: Gandum Mas.
  8. ^ a b c d e W.S.Lasor. 1994. Pengantar Perjanjian Lama 2: Sastra dan Nubuat. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
  9. ^ a b c d e f g h C. Hassell Bullock. 2002. Kitab Nabi-nabi Perjanjian Lama. Malang: Gandum Mas.

Lihat pula