Takfiri

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Takfiri (Arab: تكفيري takfīrī, bahasa Ibrani : תקפירי taqbiri) adalah sebutan bagi seorang Muslim yang memvonis Muslim lainya (atau kadang juga mencakup penganut ajaran Agama Samawi lain) sebagai kafir dan murtad atau mengeluarkan manusia dari keimanannya kepada tuhan, sama halnya dengan tahrimi yang memvonis sesuatu atau aktivitas sebagai haram dan takzimi yang memvonis aktivitas sebagai maksiat.[1] Tuduhan itu sendiri disebut takfir, berasal dari kata kafir (kaum tidak beriman), dan disebutkan sebagai "orang yang mengaku seorang Muslim tetapi dinyatakan tidak murni Islamnya dan diragukan keimanannya."[2] Tindakan menuduh orang lain sebagai "kafir" telah menjadi suatu bentuk penghinaan sektarian, yaitu seorang Muslim menuduh Muslim sekte atau aliran lainnya sebagai kafir. Tindak kekerasan yang berawal dari tuduhan mengkafirkan Muslim lain kian marak dengan merebaknya ketegangan antara Sunni dan Syiah di Timur Tengah, khususnya setelah pecahnya Perang Saudara Suriah pada 2011.[3][4][5]

Di media massa[sunting | sunting sumber]

Istilah takfiri kian terkenal secara global setelah wartawan liputan investigasi BBC, Peter Taylor, menyebutkannya dalam serial televisi BBC tahun 2005 bertajuk The New Al Qaeda.[6]

Lihat juga[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ https://fas.org/irp/crs/RS21745.pdf
  2. ^ Kepel, Gilles; Jihad: the Trail of Political Islam, London: I.B. Tauris, 2002, page 31
  3. ^ Zelin, Aaron Y.; Smyth, Phillip. "The vocabulary of sectarianism". Foreign Policy. Diakses tanggal 17 September 2014. Another popular term used by Shiite jihadis for their Sunni enemies has been "takfiri" 
  4. ^ "Lebanon's Hizbollah Turns Eastward to Syria" (PDF). International Crisis Group. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2014-10-21. Diakses tanggal 15 September 2014. By framing its fight as a preemptive attack on takfiris – those who declare other Muslims to be apostates – Hizbollah has tarred all shades of the opposition, and indeed sometimes all Sunnis, with the same radicalising brush. It has exaggerated, and thereby exacerbated, the sectarianism of the Syrian opposition as well as its own domestic opponents 
  5. ^ Miller, Johnathan. "Inside Hezbollah: fighting and dying for a confused cause". Channel Four News. Diakses tanggal 18 September 2014. those they provocatively and [pejoratively] brand “the Takfiris” 
  6. ^ The New Al Qaeda BBC News

Bacaan lebih lanjut[sunting | sunting sumber]

  • AbdulHaq al-Ashanti and Abu Ameenah AbdurRahman as-Salafi, A Critical Study of the Multiple Identities and Disguises of 'al-Muhajiroun': Exposing the Antics of the Cult Followers of Omar Bakri Muhammad Fustuq, Jamiah Media, 2009
  • AbdulHaq al-Ashanti and Abu Ameenah AbdurRahman as-Salafi, Abdullah El-Faisal Al-Jamayki: A Critical Study of His Statements, Errors and Extremism in Takfeer, Jamiah Media, 2011
  • Reza Aslan (2009), Global Jihadism as a Transnational Movement: A Theoretical Framework, PhD dissertation, University of California Santa Barbara.
  • Jason Burke, Al Qaeda: The True Story of Radical Islam, Penguin, 2004
  • John L. Esposito, Unholy War: Terror in the name of Islam, Oxford University Press, 2002
  • Gilles Kepel, Jihad: The Trail of Political Islam, I.B. Tauris, 2003
  • Vincenzo Oliveti, Terror's Source: The Ideology of Wahhabi-Salafism and its Consequences, Amadeus Books, 2002
  • Sahih al-Bukhari 4.574