Umat Kristen Arab

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Orang Kristen Arab)
Umat Kristen Arab
ﺍﻟْﻤَﺴِﻴﺤِﻴُّﻮﻥ ﺍﻟْﻌَﺮَﺏ
Perayaan Paskah Ortodoks Yunani di Suwayda, Suriah
Jumlah populasi
10–15 juta jiwa[1]
Daerah dengan populasi signifikan
Asia Barat
Suriah803.000 jiwa[2]
Lebanon500.000–600.000 jiwa[3][4]
belum termasuk 1 juta jiwa umat Kristen Maruniyah
Yordania250.000 jiwa[5]
Israel133.130 jiwa[6]
Palestina50.000 jiwa[7]
belum termasuk yang berdiam di daerah-daerah sengketa
Irak50.000 jiwa[4]
belum termasuk umat Kristen Asyuri[8]
Turki18.000 jiwa[9]
Bahrain1.000 jiwa[10]
Yaman400 jiwa[11]
Kuwait259–400 jiwa[12]
Afrika Utara
(termasuk orang Arab-Berber)
Aljazair45.000–380.000 jiwa[13]
termasuk umat Kristen Berber
Mesir10.000[14]–350.000 jiwa[4]
belum termasuk 9–15 juta jiwa umat Kristen Kubti
Maroko40.000[15]–150.000 jiwa[16]
termasuk umat Kristen Berber
Sudan100.000 jiwa[17]
termasuk umat Kristen Arab Sudan
Tunisia23.500 jiwa[18]
termasuk umat Kristen Berber
Libya1.500 jiwa[19]
Bahasa
Bahasa Arab
Bahasa liturgi: Yunani Koine, Latin, Suryani, Arab Klasik
Agama
Gereja Ortodoks Yunani
Gereja Katolik
Gereja Ortodoks Oriental
Kristen Protestan
Kelompok etnik terkait
[20][21]

Umat Kristen Arab (Arab: ﺍﻟْﻤَﺴِﻴﺤِﻴُّﻮﻥ ﺍﻟْﻌَﺮَﺏ, translit: Almasihiyunul Arab) adalah orang Arab, warga negara-negara Arab, atau penutur bahasa Arab yang memeluk agama Kristen. Jumlah umat Kristen Arab yang bermukim di Timur Tengah diperkirakan berkisar di antara 10 sampai 15 juta jiwa.[1] Komunitas-komunitas umat Kristen Arab dapat dijumpai di seantero Dunia Arab, tetapi terkonsentrasi di Kawasan Timur Laut Tengah, yaitu di Syam dan Mesir, sementara komunitas-komunitas yang lebih kecil terdapat di seluruh Jazirah Arab dan Afrika Utara.

Sejarah umat Kristen Arab bertumpang tindih dengan sejarah Kristen Timur dan sejarah Bahasa Arab. Komunitas-komunitas umat Kristen Arab terbentuk dari komunitas-komunitas umat Kristen yang kemudian hari mengadopsi bahasa Arab maupun dari komunitas-komunitas penutur bahasa Arab yang kemudian hari memeluk agama Kristen. Mayoritas penduduk di wilayah kewenangan tiga dari lima kebatrikan Pentarki (Aleksandria, Antiokhia, dan Yerusalem) menjadi penutur bahasa Arab seusai aksi-aksi penaklukan perdana kaum Muslim. Seiring bergulirnya waktu, banyak warga dari ketiga kebatrikan tersebut mengadopsi bahasa dan budaya Arab.[22] Di luar itu, ada beberapa kabilah dan kerajaan perdana bangsa Arab yang masuk Kristen, antara lain Kaum Anbat, Bani Lahm, Kaum Salih, Bani Tanukh, Kaum Ibad di Alhira, dan Bani Ghasan.

Orang Arab Kristen bukanlah satu-satunya kelompok umat Kristen di Timur Tengah, karena ada cukup banyak komunitas umat Kristen pribumi non-Arab, antara lain umat Kristen Asyur, umat Kristen Aram, umat Kristen Armenia, dan umat Kristen Kasdim. Meskipun kadang-kadang digolongkan sebagai "umat Kristen Arab", umat Kristen Maronit dan umat Kristen Koptik, yang merupakan kelompok-kelompok umat Kristen terbesar di Timur Tengah, kerap menganggap diri mereka bukan orang Arab. Sebagian umat Kristen Maronit membanggakan diri sebagai keturunan bangsa Fenisia kuno, sementara umat Kristen Koptik lebih bangga menjadi keturunan bangsa Mesir kuno daripada bangsa Arab.[23]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Zaman Kuno[sunting | sunting sumber]

Gereja al-Jubail adalah reruntuhan gedung gereja dari abad ke-4 di dekat kota al-Jubail, Arab Saudi, salah satu gedung gereja tertua di dunia. Gedung ini dulunya milik Gereja Persia, Gereja Timur yang bermazhab Nestorian.[24]

Orang Arab Kristen sudah lama menjadi bagian dari masyarakat pribumi Asia Barat sebelum Pasukan Arab Islam mulai melancarkan aksi-aksi penaklukan di kawasan Bulan Sabit Subur pada abad ke-7. Banyak suku Arab sudah memeluk agama Kristen sejak abad pertama tarikh Masehi, antara lain kabilah Anbat dan Bani Gasan.[25]

Kemungkinan besar kabilah Anbat adalah suku Arab pertama yang bermigrasi ke kawasan selatan negeri Syam menjelang akhir milenium pertama Pramasehi. Mula-mula kabilah Anbat menyembah berhala, tetapi kemudian memeluk agama Kristen pada zaman Kekaisaran Romawi Timur sekitar abad ke-4 Masehi.[26] Suku-suku Arab berikutnya yang berpindah ke kawasan selatan negeri Syam mendapati sisa-sisa kabilah Anbat sudah bertransformasi menjadi masyarakat tani. Lahan-lahan mereka dirampas dan dibagi-bagikan di antara kerajaan-kerajaan Bani Qahtan di kawasan utara Jazirah Arab yang menginduk kepada Kekaisaran Romawi Timur, yakni Kerajaan Bani Gasan, Kerajaan Bani Himyar, dan Kerajaan Bani Kindah.

Banyak warga Bani Taʾi, Bani Abdul Qais, dan Bani Taglib juga diketahui memeluk agama Kristen pada masa-masa pra-Islam. Kota Najran, pusat syiar Kristen di Jazirah Arab, terkenal sebagai lokasi penganiayaan umat Kristen oleh Zunuwas, Raja Yaman yang beragama Yahudi. Pemimpin umat Kristen Najran pada masa penganiayaan Zunuwas adalah Alharits, tokoh yang dihormati Gereja Katolik sebagai orang kudus dengan nama Santo Aretas. Beberapa sejarawan modern menduga bahwa Filipus orang Arab adalah Kaisar Romawi pertama yang memeluk agama Kristen.[27] Pada abad ke-4, ada sejumlah besar umat Kristen yang mendiami Jazirah Sinai, Mesopotamia, dan Jazirah Arab.

Kitab Suci Perjanjian Baru memuat keterangan tentang orang-orang Arab yang menerima agama Kristen pada awal sejarah Kekristenan. Diriwayatkan di dalam Kitab Kisah Para Rasul bahwa ketika Santo Petrus berkhotbah di Yerusalem, khalayak ramai bertanya-tanya, "bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita? ... baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah." (Kisah Para Rasul 2:8–11). Dengan demikian, umat Kristen Arab adalah salah satu komunitas Kristen tertua.

Keterangan tentang keberadaan umat Kristen di Jazirah Arab pertama kali mengemuka di dalam Kitab Suci Perjanjian Baru. Rasul Paulus mengaku berangkat ke Arab sesudah memeluk agama Kristen (Galatia 1:15–17). Kemudian hari, Esebius menyebut-nyebut tentang seorang uskup bernama Berilus, pemimpin umat Kristen di Bostra (Busra Syam), tempat diselenggarakannya sebuah sinode sekitar tahun 240, dan dua kali konsili Arab. Setidaknya umat Kristen sudah hadir di tanah Arab sejak abad ke-3.[27]

Selain itu, syiar Kristen juga datang dari Etiopia, khususnya jelang kemunculan Islam. Menurut beberapa sumber, sejumlah warga Hijaz sudah memeluk agama Kristen, antara lain salah seorang sepupu Khadijah binti Khuwailid, istri Muhammad, dan sejumlah orang Kristen Etiopia juga pernah berdiam di Mekah.[28]

Zaman Islam[sunting | sunting sumber]

Abu Tiflisi, martir Kristen Arab, santo pelindung kota Tbilisi

Sesudah banyak daerah di wilayah Kekaisaran Romawi Timur maupun Kekaisaran Persia Sasani jatuh ke tangan Pasukan Muslim Arab, sekian banyak umat Kristen pribumi di daerah-daerah tersebut terpaksa harus tunduk kepada pemerintah Islam. Sepanjang sejarah, ada banyak sempalan Kristen yang dibidatkan dan ditindas pemerintah Kekaisaran Romawi Timur, misalnya golongan Nonkalsedon. Ketika meluaskan wilayah kedaulatannya ke berbagai pelosok Asia, kawasan utara Afrika, dan kawasan selatan Eropa, para panglima Pasukan Muslim menuntut musuh-musuhnya untuk memeluk agama Islam, atau membayar jizya setiap tahun, jika tidak mau diperangi sampai mati. Pihak-pihak yang tidak mau berperang dan tidak bersedia memeluk agama Islam terpaksa harus bersedia menbayar jizya.[29][30] Sudah umum disepakati bahwa sejak agama Islam disebarluaskan pada abad ke-7, banyak orang Kristen memutuskan untuk tidak memeluk agama Islam. Banyak pakar dan cendekiawan semisal Edward Said yakin bahwa umat Kristen di Dunia Arab banyak berkontribusi bagi kemajuan peradaban Arab semenjak abad ke-7 sampai sekarang. Dari masa ke masa, muncul sejumlah penyair ulung dari kalangan umat Kristen Arab, dan banyak orang Kristen Arab (maupun non-Arab) yang berprofesi sebagai tabib, pujangga, pamong praja, dan ahli sastra.

Di bawah daulat Arab Muslim, umat Kristen dilindungi dan jauh lebih bebas mengamalkan keyakinannya ketimbang di bawah daulat Romawi Timur (Kristen Ortodoks Timur), tetapi sekaligus menjadi sasaran empuk aniaya. Selaku Ahlul Kitab (kaum berkitab suci, yakni hanya umat Kristen dan umat Yahudi), umat Kristen di bawah daulat Arab Muslim diberi hak-hak tertentu berdasarkan syariat Islam untuk mengamalkan ajaran agamanya, termasuk hak untuk menerapkan hukum Kristen dalam pembuatan putusan, penyelesaian perkara, maupun pemidanaan di mahkamah. Berbeda dari umat Muslim, yang wajib membayar zakat, umat Kristen wajib membayar jizya. Jizya tidak dipungut dari budak belian, perempuan, anak-anak, para rahib, kaum lansia, orang sakit,[31][32] para pertapa, dan fakir miskin.[33] Imbal balik pembayaran jizya adalah izin bagi kaum Ahlul Kitab untuk mengamalkan ajaran agamanya, hak swatantra terbatas, hak mendapatkan perlindungan negara terhadap agresi dari luar, pengecualian dari dinas militer, dan pengecualian dari kewajiban membayar zakat.[34][35][36]

Peranan dalam An Nahdah[sunting | sunting sumber]

An Nahdah, atau Renaisans Kebudayaan Arab, adalah gerakan kebangkitan budaya yang bermula pada penghujung abad ke-19 dan permulaan abad ke-20, sesudah Muhammad Ali Pasya angkat kaki dari Syam pada tahun 1840.[37] Beirut, Kairo, Damaskus, dan Aleppo merupakan pusat-pusat gerakan An Nahdah yang bermuara pada pendirian sekolah-sekolah, universitas-universitas, teater, dan media cetak berbahasa Arab. An Nahdah juga menghasilkan pembaharuan di bidang sastra, bahasa, dan puisi. Gerakan politik aktif, yang dikenal dengan nama "asosiasi", muncul bersamaan dengan gagasan kebangsaan Arab dan tuntutan terhadap Imperium Utsmaniyah untuk melakukan reformasi. Kemunculan gagasan kemerdekaan bangsa Arab dan reformasi bermuara pada seruan untuk mendirikan negara-negara modern meniru gaya Eropa. Pada kurun waktu inilah karya-karya tulis berbahasa Arab untuk pertama kalinya dicetak dengan huruf Arab.

May Ziade, salah seorang tokoh utama An Nahdah di bidang kesusastraan Arab. Ia dikenal sebagai salah seorang "feminis perdana" dan salah seorang "perintis feminisme timur."

Banyak umat Kristen non-Arab binasa akibat aksi genosida berlatarbelakang agama yang dilakukan Kekaisaran Turki Utsmaniyah beserta sekutu-sekutunya dalam peristiwa genosida Asiria dan bencana kelaparan dahsyat di Gunung Lebanon pada saat Perang Dunia I. Aksi pembinasaan ini dilakukan bersamaan dengan aksi genosida Armenia dan genosida Yunani.

Zaman Modern[sunting | sunting sumber]

Sejumlah tokoh gerakan kebangsaan Arab yang paling berpengaruh adalah orang Arab Kristen, misalnya Qustantin Zuraik, cendekiawan asal Suriah. Beberapa orang Arab Kristen adalah penyunting surat-surat kabar terkemuka di Wilayah Mandat Palestina, antara lain surat kabar Falastin, yang disunting oleh Isa Al Isa dan Yusuf Al Isa, serta surat kabar Al Karmil, yang disunting oleh Najib Nasar. Khalil As Sakakini, tokoh masyarakat Yerusalem, adalah orang Arab Kristen Ortodoks, demikian pula Jurj Habib Antunius, penulis buku The Arab Awakening.

Dalam Perang Arab–Israel 1948, sejumlah komunitas Arab Kristen Ortodoks Yunani juga terkena dampaknya, antara lain komunitas Al Bassa, Ramlah, Lod, Safed, Kafr Bir'im, Iqrit, Tarbikha, Eilabun. Perang ini juga mengakibatkan pengungsian orang-orang Arab Kristen seramai kira-kira 20.000 jiwa dari Haifa, 20.000 jiwa dari Yerusalem Barat, 700 jiwa dari Akko, dan 10.000 jiwa dari Jaffa. Kendati demikian, tokoh-tokoh Arab Kristen terkemuka seperti Taufik Toubi, Emil Touma, dan Emil Habibi tidak ikut hijrah, dan kelak menjadi pimpinan-pimpinan partai komunis di Israel. Jurj Habasy, pendiri Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina adalah seorang Arab Kristen.

Jul Yusuf Jamal, perwira militer Suriah yang meledakkan dirinya sambil menubruk sebuah kapal Prancis, juga adalah seorang Arab Kristen.

Banyak orang Kristen Palestina yang turut berperan aktif dalam pembentukan dan tata kelola Otoritas Nasional Palestina sejak tahun 1994.

Peristiwa-peristiwa yang terjadi selama Musim Dingin Arab benar-benar menyengsarakan komunitas Arab Kristen Suriah, sama seperti komunitas-komunitas Kristen lain di Suriah, baik selaku warga dari negara yang tengah diluluhlantakkan perang maupun selaku kaum minoritas yang menjadi bulan-bulanan laskar-laskar jihad. Banyak umat Kristen, termasuk orang-orang Kristen Arab, terpaksa mengungsi atau hijrah meninggalkan Suriah akibat Perang Saudara Suriah.

Baca juga[sunting | sunting sumber]

Rujukan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b Chapman, Colin (2012). "Christians in the Middle East – Past, Present and Future". Transformation: An International Journal of Holistic Mission Studies. 29 (2): 91–110. doi:10.1177/0265378812439955alt=Dapat diakses gratis. 
  2. ^ "Syria's beleaguered Christians". BBC News. 23 April 2013. 
  3. ^ "Minority Rights Group International : Lebanon : Lebanon Overview". www.minorityrights.org. 22 February 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 Februari 2014. 
  4. ^ a b c "Christians of the Middle East – Country by Country Facts and Figures on Christians of the Middle East". Middleeast.about.com. 9 May 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 November 2012. Diakses tanggal 6 Desember 2012. 
  5. ^ "Abouna.org : الأب د. حنا كلداني: نسبة الأردنيين المسيحيين المقيمين 3.68% - انفوجرافيك". www.abouna.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 Oktober 2016. Diakses tanggal 30 June 2022. 
  6. ^ "CBS data on Christian population in Israel (2016)" (dalam bahasa Ibrani). Cbs.gov.il. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 November 2018. Diakses tanggal 22 Oktober 2017. 
  7. ^ Chehata, Hanan (22 Maret 2016). "The plight and flight of Palestinian Christians" (PDF). Middle East Monitor. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 8 Juni 2012. Diakses tanggal 20 April 2016. 
  8. ^ lih. #Umat Kaldaya, #Umat Asyuri di bawah
  9. ^ Bundeszentrale für politische Bildung (12 June 2008). "Christen in der islamischen Welt". Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 Oktober 2017. Diakses tanggal 20 April 2016. 
  10. ^ "Bahraini Census 2010 - تعداد السكــان العام للبحريــن 2010". www.census2010.gov.bh. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 Maret 2012. Diakses tanggal 11 Januari 2022. 
  11. ^ Johnstone, Patrick; Miller, Duane A (2015). "Believers in Christ from a Muslim Background: a global census". IJRR. 11: 17. Diakses tanggal 18 November 2015. 
  12. ^ "التقارير الإحصائية". stat.paci.gov.kw. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 Agustus 2018. Diakses tanggal 11 Januari 2022. 
  13. ^ Duane Alexander Miller; Patrick Johnstone (2015). "Believers in Christ from a Muslim Background: A Global Census". Interdisciplinary Journal of Research on Religion. 11. 
  14. ^ "Who are Egypt's Christians?". BBC News. 26 February 2000. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 November 2018. Diakses tanggal 30 Juni 2011. 
  15. ^ "'House-Churches' and Silent Masses —The Converted Christians of Morocco Are Praying in Secret". Vice. 23 March 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 Juli 2018. Diakses tanggal 15 Agustus 2016. 
  16. ^ "Morocco: No more hiding for Christians". Evangelical Focus. 
  17. ^ Johnstone, Patrick; Miller, Duane (2015). "Believers in Christ from a Muslim Background: A Global Census". IJRR. 11: 14. Diakses tanggal 20 November 2015. 
  18. ^ "Tunisia – Open Doors USA – Open Doors USA". 
  19. ^ Miller, Duane A. "Believers in Christ from a Muslim Background: A Global Census". 
  20. ^ Haber, M; Platt, DE; Badro, DA; et al. (2011). "Influences of history, geography, and religion on genetic structure: the Maronites in Lebanon". European Journal of Human Genetics. 19 (3): 334–40. doi:10.1038/ejhg.2010.177. PMC 3062011alt=Dapat diakses gratis. PMID 21119711. 
  21. ^ Haber et al. 2013. Quote:1-"Kami tunjukkan bahwa ikatan keagamaan besar dampaknya terhadap genom masyarakat Syam. Pada khususnya, perpindahan agama masyarakat Syam ke Islam tampaknya telah menciptakan perombakan besar di dalam hubungan-hubungan populasi Syam melalui percampuran dengan populasi-populasi yang dekat dari segi budaya tetapi jauh dari segi geografi, sehingga bermuara kepada kesamaan genetis populasi-populasi yang saling berjauhan tempat tinggalnya, seperti populasi Yordania, Maroko, dan Yaman. Populasi-populasi lain, seperti populasi umat Kristen dan umat Darzi, justru menjadi terisolasi secara genetis di dalam lingkungan budaya yang baru itu. Kami merekonstruksi struktur genetis orang Syam dan mendapati bahwa orang Syam praekspansi Islam secara genetis lebih mirip dengan orang Eropa ketimbang orang Timur Tengah."
    2-"Populasi Muslim yang merupakan golongan mayoritas di Suriah, Palestina, dan Yordania menyerumpun dengan populasi-populasi Muslim lain sampai sejauh Maroko dan Yaman."
    3-Umat Kristen Libanon menyerumpun dengan semua umat Darzi, sementara umat Islam Libanon menyerumpun dengan populasi Suriah, Palestina, dan Yordania, yang dekat dengan populasi Arab Saudi dan Badawi."
  22. ^ Ellis, K.C. (2018). Secular Nationalism and Citizenship in Muslim Countries: Arab Christians in the Levant. Minorities in West Asia and North Africa. Springer International Publishing. hlm. 34. ISBN 978-3-319-71204-8. Diakses tanggal 18 November 2022. 
  23. ^ "Coptic assembly of America - Reactions in the Egyptian Press To a Lecture Delivered by a Coptic Bishop In Hudson Institute". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-14. Diakses tanggal 20 April 2016. 
  24. ^ Langfeldt, John A. (1994). "Recently discovered early Christian monuments in Northeastern Arabia". Arabian Archaeology and Epigraphy. 5: 32–60. doi:10.1111/j.1600-0471.1994.tb00054.x. 
  25. ^ Khoury, George (22 Januari 1997). "The Origins of Middle Eastern Arab Christianity". melkite.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 Februari 2001. 
  26. ^ Rimon, Ofra. "The Nabateans in the Negev". Hecht Museum. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 November 2018. Diakses tanggal 7 February 2011. 
  27. ^ a b Parry, Ken (1999). Melling, David, ed. The Blackwell Dictionary of Eastern Christianity. Malden, MA: Blackwell Publishing. hlm. 37. ISBN 978-0-631-23203-2. 
  28. ^ Philip K. Hitti, History of the Arabs, edisi ke-6. (Macmillan and St. Martin's Press, 1967, hlmn. 78-84 (mengenai Bani Ghassan dan Bani Lakhm) dan hlmn. 87-108 (mengenai Yaman dan Hijaz).
  29. ^ Sabet, Amr (2006), The American Journal of Islamic Social Sciences 24:4, Oxford; hlmn. 99–100
  30. ^ Khadduri, Majid (2010). War and Peace in the Law of Islam, Johns Hopkins University Press; hlmn. 162–224; ISBN 978-1-58477-695-6
  31. ^ Shahid Alam, Articulating Group Differences: A Variety of Autocentrisms, Journal of Science and Society, 2003
  32. ^ Seed, Patricia. Ceremonies of Possession in Europe's Conquest of the New World, 1492-1640, Cambridge University Press, 27 Oktober 1995, hlmn. 79-80.
  33. ^ Ali, Abdullah Yusuf (1991). The Holy Quran. Medina: King Fahd Holy Qur-an Printing Complex.
  34. ^ John Louis Esposito, Islam the Straight Path, Oxford University Press, 15 Januari 1998, hlm. 34.
  35. ^ Lewis (1984), hlmn. 10, 20
  36. ^ Ali, Abdullah Yusuf (1991). The Holy Quran. Medina: King Fahd Holy Qur-an Printing Complex, hlm. 507
  37. ^ Gran, Peter (Januari 2002). "Tahtawi in Paris". Al-Ahram Weekly Online (568). Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 Juni 2003. 

Kepustakaan[sunting | sunting sumber]

  • Sir Ronald Storrs, The Memoirs of Sir Ronald Storrs. Putnam, New York, 1937.
  • Itamar Katz and Ruth Kark, 'The Greek Orthodox Patriarchate of Jerusalem and its congregation: dissent over real estate' in The International Journal of Middle East Studies, Jld. 37, 2005.
  • Orthodox Shun Patriarch Irineos
  • Seth J. Frantzman, The Strength and the Weakness: The Arab Christians in Mandatory Palestine and the 1948 War, tesis M.A. di Universitas Ibrani Yerusalem, tidak diterbitkan.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]