Pengguna:Haikal FK 1705/Bak artikel: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 5: Baris 5:
|familycolor = Bahasa Austronesia
|familycolor = Bahasa Austronesia
|region = bagian barat pulau [[Jawa]]
|region = bagian barat pulau [[Jawa]]
|era = Berkembang menjadi [[Bahasa Sunda pada masa Kolonial Belanda|bahasa Sunda Modern Awal]] menjelang [[abad ke-19]].
|fam1 = [[rumpun bahasa Austronesia|Austronesia]]
|fam1 = [[rumpun bahasa Austronesia|Austronesia]]
|fam2 = [[Bahasa Melayu-Polinesia|Melayu-Polinesia]]
|fam2 = [[Bahasa Melayu-Polinesia|Melayu-Polinesia]]

Revisi per 27 April 2024 03.02

Bahasa Sunda Klasik
Basa Sunda Klasik
ᮘᮞ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ ᮊᮣᮞᮤᮊ᮪
Bahasa Sunda Peralihan
Basa Sunda Mangsa II
Edisi faksimil naskah Carita Waruga Guru, sebuah naskah Sunda pada periode transisi yang bernuansa Islam, ditulis dengan aksara Sunda Kuno
Wilayahbagian barat pulau Jawa
Penutur
Bentuk awal
Sunda Kuno  •  Pegon  •  Cacarakan  •  Latin
Kode bahasa
ISO 639-3
Linguasfer31-MFN-aa
Artikel ini mengandung simbol fonetik IPA. Tanpa bantuan render yang baik, Anda akan melihat tanda tanya, kotak, atau simbol lain, bukan karakter Unicode. Untuk pengenalan mengenai simbol IPA, lihat Bantuan:IPA.
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  +  Info templat


Bahasa Sunda Klasik[1][2] atau Bahasa Sunda Peralihan[1] (juga disebut sebagai Basa Sunda Mangsa II atau dapat dialihbahasakan menjadi Bahasa Sunda Masa II) adalah sebuah bentuk transisi bahasa Sunda antara bahasa Sunda Kuno dengan bahasa Sunda Modern. Bahasa Sunda Klasik mulai dipertuturkan dan digunakan dalam penulisan naskah-naskah pada abad ke-17 hingga abad ke-18 (sekitar 1600-1800 Masehi).[1]

Bahasa Sunda Zaman Klasik (Peralihan) merupakan tahapan lanjutan dari bahasa Sunda Kuno.[3] Hal ini dapat dilihat di antaranya dalam naskah Carita Waruga Guru. Kosakata yang digunakan dalam naskah tersebut bukanlah kosakata yang arkais (kuno) sebagaimana terdapat dalam bahasa Sunda Kuno. Bahasa Sunda Klasik sangat dipengaruhi oleh bahasa Arab sebagai akibat dari dominasi agama Islam pada masyarakat Sunda masa itu.[4]

Sejarah

Pra-Islam & Arab

Sebelum runtuhnya kerajaan Sunda (Pajajaran) pada tahun 1579, bahasa Sunda Buhun/Kuno merupakan bahasa yang digunakan oleh masyarakat maupun orang-orang di lingkungan kerajaan untuk berkomunikasi satu sama lain dan digunakan dalam berbagai bidang, mulai dari bidang kenegaraan, keagamaan, kesenian, serta komunikasi bagi kepentingan kehidupan sehari-hari.[5]

Pasca-Pajajaran

Setelah keruntuhan kerajaan Pajajaran, penggunaan bahasa Sunda Kuno mulai tergeser dan kosakatanya bertambah dengan kosakata bahasa Arab dan bahasa Jawa. Penggunaan bahasa Sunda kuno yang dikatakan masih bersih hanya dijumpai di lingkungan pedesaan yang masih setia menggunakan bahasa tersebut. Sementara itu, di lingkungan pesantren, bahasa Arab mulai tumbuh subur dan berkembang setelah berkuasanya kekuatan Islam, sedangkan bahasa Jawa sendiri tumbuh di lingkungan sekolah dan lingkungan yang cenderung feodal.[6]

Ciri-ciri

Struktur kebahasaan bahasa Sunda Klasik atau peralihan sangat dipengaruhi oleh bahasa asing, seperti contohnya bahasa Arab, bahasa Melayu, dan bahasa Jawa.[7] Hal ini dapat dilihat dari penggunaan abjad Pegon (Arab-Sunda)[8] dan aksara Cacarakan dalam naskah Sunda abad 17 dan 18 serta mulai masuknya unggah-ungguh basa atau undak usuk basa (sistem tingkatan berbahasa dalam bahasa Sunda) ke dalam bahasa Sunda.[1]

Naskah yang ditulis dalam aksara Cacarakan yang berbentuk puisi yang berjenis guguritan dan wawacan, yakni puisi yang digubah dalam bentuk dangding atau lagu, memiliki aturan gurulagu, guruwilangan, dan gurugatra dalam setiap pada 'bait' dan padalisan 'baris'. Sementara itu, naskah-naskah dalam abjad Pegon sangat dipengaruhi oleh bahasa Arab dan bahasa Melayu serta ditulis menggunakan jenis syair atau puisi pupujian.[1]

Contoh penggunaan bahasa Sunda klasik dapat dilihat pada naskah-naskah seperti Carita Waruga Guru,[9] Carita Waruga Jagat[10] dan Wirid Nur Muhammad.[11]

Catatan kaki

  1. ^ a b c d e Sumarlina, Permana & Darsa (2019), hlm. 277.
  2. ^ Sumarlina (2009), hlm. 70.
  3. ^ Priyanto (2019), hlm. 40.
  4. ^ Priyanto (2019), hlm. 42.
  5. ^ Priyanto (2019), hlm. 41.
  6. ^ Priyanto (2019), hlm. 41-42.
  7. ^ Sumarlina, Permana & Darsa (2019), hlm. 275.
  8. ^ Sumarlina, Permana & Darsa (2019), hlm. 276.
  9. ^ Pleyte, C.M. (1923). "Tjarita Waroega Goeroe" (PDF). Poesaka Soenda. 
  10. ^ "Lontar, Kropak 20". British Library. 
  11. ^ "Wirid Nur Muhammad – Kairaga.com". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-15. Diakses tanggal 2020-06-15. 

Daftar pustaka

Pustaka lanjutan

Pranala luar

Kategori:Bahasa Sunda Kategori:Bahasa di Indonesia Kategori:Bahasa mati