Kai Raga

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kai Raga adalah nama atau gelar yang tercatat sebagai penyalin atau penulis naskah-naskah Sunda kuno. Namanya tercantum dalam enam naskah Sunda kuno.[1][2][3]

Penelusuran identitas[sunting | sunting sumber]

Identitas Kai Raga pernah ditelusuri oleh C.M. Pleyte. Ia berkunjung ke CIkuray pata tahun 1904. Sebelumnya ia telah mendapatkan keterangan bahwa pada tahun 1865 Raden Saleh mendapatkan beberapa naskah Sunda Kuno dari Kai Raga. Waktu itu Raden Saleh sedang bertugas berkeliling Priangan untuk mengumpulkan peninggalan bersejarah, termasuk naskah Sunda Kuno. Kai Raga yang dijumpai oleh Raden Saleh ternyata adalah cucu dari Kai Raga yang menjadi pemimpin kelompok keagamaan. Pertapaannya terletak di lereng Gunung CIkurat, Garut. Namun, keterangan mengenai cucu Kai Raga tersebut tidak diketahui lagi sejak tahun 1865. Pleyte meyakini bahwa keberadaannya dipastikan telah meninggal tanpa keturunaan.[1]

Karya[sunting | sunting sumber]

Hingga kini baru ada enam naskah Sunda yang dinisbatkan kepada Kai Raga. Keenam naskah tersebut adalah: Carita Ratu Pakuan (Kropak 410 & Kropak 411), Carita Purnawijaya (Kropak 416), Kawih Paningkes (Kropak 419), Gambaran Kosmologi Sunda (Kropak 420), Darmajati (Kropak 423) dan Wirid Nur Muhammad.[1][2]

Carita Ratu Pakuan[sunting | sunting sumber]

Kropak 410 berisi teks Carita Ratu Pakuan. Atja (1970) mencatat bahwa kisah ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama, mengisahkan gunung-gunung pertapaan para pohaci (dewi lokal) yang hendak menitis kepada putri-putri bangsawan calon istri Ratu Pakuan atau Prabu Siliwangi. Bagian kedua mengisahkan Putri Ngambetkasih yang diperistri oleh Ratu Pakuan.[4]

Kropak 410 tercatat dalam Perpustakaan Nasional Republik Indonesia: Katalog induk naskah-naskah Nusantara jilid 4 (1998), tetapi naskah tersebut tidak ada di Perpustakaan Nasional dan sejauh ini belum diketahui keberadaannya.[5] Keberadaan naskah ini sebelumnya tercatat oleh Pleyte dalam publikasi artikel “Poernawidjaja’s Hellevaart, of de Volledigeverlossing, Vierde bijdrage tot de kennis van het oude Soenda” (1914). Dalam artikelnya itu Pleyte membaca sendiri teks dari sumber naskah kropak 410.[6] Dapat disimpulkan bahwa, kemungkinan besar naskah tersebut telah hilang dari koleksi Perpustakaan Nasional.[1][7]

Kropak 411 berisi teks yang sama dan tampaknya merupakan salinan lain. Seperti halnya kropak 410, dari keterangan dalam katalog Perpustakaan Nasional, naskah ini juga tidak diketahui keberadaannya lagi sampai sekarang.[5]

Keterangan yang tercantum dalam kolofon Kropak 410 dan 411 menggunakan aksara Sunda Kuno dan Bahasa Sunda Kuno yaitu: “sadu pun, sugan aya sastra leuwih sudaan, kurang wuwuhan. Beunang diajar nulis di Gunung Larang Srimanganti. beunang nganggeuskeun di sukra wage gunung larang srimanganti. Ini carik kai raga.” (Maaflah, bila ada tulisan berlebih, mohon dikurangi, jika kurang tambahi. Hasil belajar menulis di Gunung Larang Srimanganti dan telah selesai dituliskan pada hari Jumat wage di Gununglarang Srimanganti. Ini juru tulis Kai Raga).[4]

Carita Purnawijaya[sunting | sunting sumber]

Carita Purnawijaya (Poernawidjaja’s Hellevaart) terdapat dalam dua kropak, yaitu 416 dan 423. Teksnya merupakan adaptasi naskah Jawa kuno yang bernapaskan agama Buddha, Kunjarakarna. Isinya mengisahkan Purnawijaya yang mendapatkan pencerahan dari Dewa Utama, perjalanannya ke neraka, dan paparan aspek-aspek filosofis yang dia dapatkan.[6] Walaupun secara umum berisi teks yang sama, naskah Darmajati (kropak 423) memiliki bagian yang berbeda.[8] Keduanya ditulis menggunakan Aksara Sunda Kuno dan bahasa Sunda Kuno.

Ketarangan di dalam kolofon Carita Purnawijaya (Kropak 416) dan Darmajati (Kropak 423) menunjukkan penulis atau penyalin naskahnya. “sugan aya sastra ala de ma, sugan salah gantian, sugan kurang wuwuhan. Beunang Kai Raga nulis, di gunung Larang Sri Manganti” (kalaulah ada tulisan jelek dan sia-sia, jika keliru perbaikilah, apabila kurang harap dilengkapi. Tulisan hasil Kai Raga, di Gunung Larang Srimanganti)[8]

Kawih Paningkes[sunting | sunting sumber]

Kawih Paningkes (kropak 419) dan Gambaran Kosmologi Sunda (kropak 420) adalah naskah Sunda Kuno yang ditulis dengan aksara Sunda Kuno dan bahasa Sunda Kuno. Isinya membahas berbagai renungan masalah keagamaan. Dalam Gambaran Kosmologi Sunda terdapat dialog antara Pendeta Utama dengan Pwah Batari Sri tentang semua mahluk dalam menjalankan tugasnya masing-masing sesuai bayu, sabda, dan hedap, yaitu anugerah dari Sang Pencipta. Dalam teks ini juga ada disebutkan tuntunan keagamaan yang harus dilakukan.[3][9] Kawih Paningkes merupakan risalah mengenai ajaran agama Hindu dengan kepercayaan pribumi. Hal tersebut tampak dengan penyebutan nama dewa dan dewi Hindu dengan nama-nama pohaci dan apsari yang khas Pasundan.[10]

Naskah Kawih Paningkes (Kropak 419) diakhiri dengan kata-kata: ini kang nulis kai raga nu keur tapa di sutanangtung”,[10] sedangkan dalam bagian kolofon Gambaran Kosmologi Sunda (Kropak 420) tertulis: ini kang anulis Kai Raga, eukeur tapa di Sutanangtung. Sugan kurang wuwuhan, leuwih sudaan” (inilah penulis bernama Kai Raga, tengah bertapa di Suta Nangtung. Bila ada kekurangan mohon ditambah, jika berlebihan mohon dikurangi).[9]

Wirid Nur Muhammad[sunting | sunting sumber]

Edisi Faksimili Carita Waruga Guru

Wirid Nur Muhammad adalah koleksi Perpustakaan Nasional RI disimpan dalam kode KBG 75. Naskah ini ditulis dengan aksara Sunda Kuno.[11][12] Berbahan kertas daluang, dengan sampul kertas marmer berwarna merah, terdiri dari 12 halaman. isinya perihal asal-muasal penciptaan alam dan manusia. Teksnya berisi proses penciptaan alam dan nabi Adam, ketika ia sendirian di surga, penciptaan Hawa dari rusuk kirinya, kemudian penyebutan silsilah dari nabi Adam hingga Prabu Siliwangi.[13] Teks Wirid Nur Muhammad diperkirakan ditulis pada awal abad ke-18.[13] Keterangan dalam kolofon menunjukkan bahwa naskah ditulis oleh Kai Raga pada hari Jum’at Kliwon, bulan Muharram. Karya ini cukup kontras jika dibandingkan dengan naskah lain yang tertulis atas namanya.[7][13] Naskah ini telah diteliti oleh Ade Ahmad dalam tesisnya.[13]

Naskah ini memiliki beberapa kemiripan dan karakteristik yang sangat dekat dengan naskah Carita Waruga Guru, sehingga naskah Carita Waruga Guru juga diperkirakan ditulis atau disalin oleh Kai Raga.[13]

Perbandingan dengan Kiai Windusana[sunting | sunting sumber]

Masa hidup dan hasil karya Kai Raga dapat dibandingkan dengan Kiai Windusana yang memelihara dan menuliskan kembali sejumlah naskah Jawa Kuna, Jawa Pertengahan, dan Jawa Modern di lereng Gunung Merbabu sebagaimana yang ditelusuri I. Kuntara Wiryamartana dan Willem van der Molen. Menurut mereka Windusana hidup di sekitar abad ke-18. Ia dikenal sebagai pendeta tinggi dalam agama Buddha dan dilaporkan memiliki ribuan naskah yang aneh. Namun saat Bataviaasch Genootschap mengambil naskah-naskahnya pada tahun 1852, jumlahnya hanya berkisar empat ratusan naskah.[1] Seperti halnya dalam koleksi naskah karya-karya Kai Raga, dalam koleksi Merapi-Merbabu Windusana juga ditemukan naskah-naskah yang bernafaskan keagamaan Islam.[14][15]

Rujukan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e Kurnia, Atep Atep (2019-08-12). "Sinurat Ring Merega; Tinjauan atas Kolofon Naskah Sunda Kuna". Jumantara: Jurnal Manuskrip Nusantara (dalam bahasa Inggris). 3 (1): 77–99. doi:10.37014/jumantara.v3i1.451. ISSN 2685-7391. 
  2. ^ a b "Wirid Nur Muhammad – Kairaga.com". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-15. Diakses tanggal 2020-06-15. 
  3. ^ a b "Kai Raga dan Karya-karyanya – Kairaga.com". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-15. Diakses tanggal 2020-06-15. 
  4. ^ a b "Ratu pakuan : tjarita Sunda-Kuno dari lereng gunung Tjikesrai / Atja | OPAC Perpustakaan Nasional RI". opac.perpusnas.go.id. Diakses tanggal 2020-06-16. 
  5. ^ a b Katalog induk naskah-naskah nusantara: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Djambatan. 1990. ISBN 978-979-428-151-2. 
  6. ^ a b Oudemans, A. C. (1885). Bijdrage tot de kennis van het bloedvaatstelsel en de nephridia der Nemertinen / door Antonie Cornelis Oudemans. Utrecht :: P.W. van de Weijer,. 
  7. ^ a b Holil, Munawar; Gunawan (2010). MEMBUKA PETI NASKAH SUNDA KUNA DI PERPUSTAKAAN NASIONAL RI:UPAYA REKATALOGISASI (dalam bahasa Indonesia). Masyarakat Pernaskahan Nusantara Kerjasama dengan Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS. 
  8. ^ a b Darsa, Undang A. (2004). Darmajati: naskah lontar kropak 423 : transliterasi, rekonstruksi, suntingan, dan terjemahan teks. Universitas Padjadjaran. 
  9. ^ a b Sastra, Universitas Padjadjaran (Bandung) Fakultas (2004). Gambaran kosmologis Sunda (Kropak 420): silsilah Prabu Siliwangi, mantera Aji Cakra, mantera Darmapamulih, ajaran Islam (Kropak 421), Jatiraga (Kropak 422) : studi pendahuluan, transliterasi, rekonstruksi, suntingan dan terjemahan teks. Fakultas Sastra, Universitas Padjajaran : Toyota Foundation. 
  10. ^ a b Ayatrohaedi, author (edit) (1995). "Kawih paningkes alihaksara dan terjemahan naskah K.419 khazanah Perpustakaan Nasional Jakarta". Universitas Indonesia Library (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-06-16. 
  11. ^ Gunawan, Aditia; Kurnia, Atep (2019-08-09). "Naskah-naskah Islam dari Kabuyutan". Jumantara: Jurnal Manuskrip Nusantara (dalam bahasa Inggris). 7 (2b): 437–468. doi:10.37014/jumantara.v7i2b.295. ISSN 2685-7391. 
  12. ^ "Islam, Manuskrip, dan Tatar Sunda (1)". Republika Online. 2014-08-14. Diakses tanggal 2020-07-04. 
  13. ^ a b c d e "Wirid Nur Muhammad – Kairaga.com". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-15. Diakses tanggal 2020-06-16. 
  14. ^ Kriswanto, Agung (2019-07-01). "Naskah-naskah Keislaman dari Skriptorium Merapi-Merbabu di Perpustakaan Nasional". Jumantara: Jurnal Manuskrip Nusantara (dalam bahasa Inggris). 10 (1): 24–45. doi:10.37014/jumantara.v10i1.23. ISSN 2685-7391. 
  15. ^ berkata, Abd Muthalib (2019-04-25). "Naskah Merbabu: Sejarah Islamisasi di Lereng Merapi-Merbabu". Alif.ID. Diakses tanggal 2020-06-16.