Bahasa Sunda di Kota Dеpok

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bahasa Sunda di Kota Depok
basa Sunda di Kota Dépok
Dituturkan diIndonesia
WilayahKota Depok
Penutur
48.500 (2010)[1]
Kode bahasa
ISO 639-3
QIDQ115978006
Lokasi penuturan
Peta distribusi bahasa Sunda di Kota Depok.
Bahasa Sunda dipertuturkan oleh mayoritas masyarakatnya
Bahasa Sunda merupakan bahasa minoritas
 Portal Bahasa
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B • PW
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Kota Depok dikenal sebagai salah satu wilayah berbudaya Betawi di Jawa Barat, hal ini disebabkan oleh letak geografis Kota Depok yang berada di sebelah selatan Kota Jakarta yang merupakan pusat kebudayaan Betawi dan juga sebagai kota penyangga Jakarta. Selain penggunaan bahasa Betawi, di Kota Depok juga terdapat wilayah yang mayoritas masyarakat lokalnya bertutur menggunakan bahasa Sunda dialek Bogor, yakni Kelurahan Leuwinanggung dan Cimpaeun di Kecamatan Tapos[2] dan juga ada beberapa kecamatan lain yang sebagian masyarakatnya menuturkan bahasa Sunda, seperti di Cimanggis dan Cilodong.[3][4]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Pengaruh bahasa Sunda di Kota Depok saat ini bermula pada masa kekuasaan Kerajaan Sunda yang berpusat di Pakuan Pajajaran; meliputi wilayah Kota Depok sekarang. Pada masa itu, Depok dihuni dan ditinggali oleh penduduk pribumi suku Sunda yang bertutur menggunakan bahasa Sunda Kuno.[5] Salah satu bukti kuat terhadap pengaruh Sunda di Depok dapat dilihat dari toponimi yang menggunakan bahasa Sunda. Menurut Lilie Suratminto, kata "Depok" merupakan bahasa Sunda yang berasal dari kata padepokan; berarti 'pertapaan'. Hal ini merujuk bahwa Depok sebagai tempat pertapaan.[6]

Sekitar tahun 1960-an, penduduk Betawi di Jakarta, khususnya yang mendiami kawasan Senayan bermigrasi ke daerah selatan dari Jakarta akibat dari pengalihfungsian lahan pemukiman penduduk untuk pembangunan Stadion Utama Senayan pada masa Orde Lama. Mereka umumnya memilih bermukim di daerah Kabupaten Bogor, termasuk halnya Depok yang saat itu berstatus kecamatan.[7] Urbanisasi besar-besaran pada saat itu mempengaruhi pergeseran budaya dan bahasa di Depok yang sebelumnya didominasi oleh Sunda menjadi Betawi.[8] Karena adanya pertemuan dua bahasa tersebut, bahasa Betawi banyak mendapat pengaruh kosakata dalam bahasa Sunda.[9][10]

Setelah pemekaran Kota Depok dari Kabupaten Bogor pada tahun 1999, bahasa dan kebudayaan Sunda semakin tersisihkan setelah sejarawan dan pemerintah Kota Depok menyatakan bahwa bahasa dan kebudayaan Depok adalah Betawi.[11] Bahkan, pemerintah Kota Depok juga mempertimbangkan untuk menjadikan bahasa Betawi sebagai muatan lokal di Depok menggantikan bahasa Sunda.[12] Saat ini, hanya tersisa beberapa kelurahan di bagian timur Kota Depok yang penduduk aslinya masih menggunakan bahasa Sunda.[3]

Polemik muatan lokal[sunting | sunting sumber]

Bahasa Sunda adalah muatan lokal di Kota Depok, penetapan bahasa Sunda sebagai muatan lokal di Kota Depok ini menuai banyak polemik. Banyak tokoh budayawan maupun sejarawan Depok yang menolak hal tersebut, salah satunya Nur Mahmudi Ismail, dalam Festival Seni Budaya tahun ke-5 Kota Depok ia menyatakan usulan agar muatan lokal bahasa Sunda tidak diwajibkan. Ia juga menuturkan bahwa Kota Depok termasuk zona Melayu Betawi, sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2006 bahwa Provinsi Jawa Barat itu terbagi tiga zona budaya, yaitu zona Melayu Betawi, Priangan, dan Jawa Sawareh (Jawareh).[13]

Penggunaan[sunting | sunting sumber]

Peta distribusi bahasa Sunda di Kota Depok.
  Bahasa Sunda di Kota Depok sebagai mayoritas
  Bahasa Sunda di Kota Depok sebagai minoritas

Selain menjadi muatan lokal di Kota Depok, bahasa Sunda juga digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Sunda di Depok, meskipun penggunaannya termasuk sedikit jika dibandingkan penutur bahasa Indonesia dan Betawi. Menurut Sensus Penduduk Indonesia 2010, bahasa Sunda hanya dituturkan oleh 2,80% saja dari total penduduk Kota Depok. Kebanyakan penutur bahasa Sunda umumnya terkonsentrasi di sebelah timur Kota Depok, yakni di Kecamatan Tapos, terutama Kelurahan Leuwinanggung dan Cimpaeun.[1][2][14]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b "Kota Depok Dalam Angka 2010". depokkota.bps.go.id. Diakses tanggal 2 Januari 2023. 
  2. ^ a b "Disdik Depok Gelar Lomba Kependidikan Pembinaan Minat Bakat dan Kreativitas Tingkat Pelajar". depokrayanews.com. 4 Mei 2023. Diakses tanggal 18 Agustus 2023. 
  3. ^ a b "Bahasa Sunda di Kota Depok, Belum Prioritas Tapi Tetap Menggeliat". www.radardepok.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-01. Diakses tanggal 1 Januari 2023. 
  4. ^ "Makalah Psikologi Lintas Budaya (Suku Sunda)". adoc.pub. Diakses tanggal 2 Januari 2023. 
  5. ^ "Makalah Sejarah Depok" (PDF). pustaka.unpad.ac.id. Universitas Padjajaran. Diakses tanggal 29 Januari 2023. 
  6. ^ "Asal Usul Nama Kota Depok". megapolitan.kompas.com. Diakses tanggal 29 Januari 2023. 
  7. ^ "Betawi Bedol Desa: Digusur dari Senayan, Jadi OKB di Tebet". www.republika.co.id. Diakses tanggal 29 Januari 2023. 
  8. ^ "Kala Bahasa Betawi Menggeser Bahasa Sunda di Perbatasan Jakarta". www.liputan6.com. Diakses tanggal 29 Januari 2023. 
  9. ^ "Siapkan Kamus Bahasa Betawi Depok". jabar.pojoksatu.id. Diakses tanggal 29 Januari 2023. 
  10. ^ "Menteri Sandiaga Belajar Bahasa Betawi Depok, Beda dengan Betawi Senayan". voi.id. Diakses tanggal 29 Januari 2023. 
  11. ^ "Sejarawan: Bahasa dan Kultur Depok Itu Betawi". megapolitan.okezone.com. Diakses tanggal 29 Januari 2023. 
  12. ^ "Di Depok, Budaya Betawi Bakal Masuk Pelajaran Mulok Sekolah". koropak.co.id. Diakses tanggal 29 Januari 2023. 
  13. ^ "Kota Depok, Bahasa Sunda Atau Betawi". depokrayanews.com. Diakses tanggal 2 Januari 2022. 
  14. ^ "Dewa dari Leuwinanggung". www.andreasharsono.net. Diakses tanggal 2 Januari 2023. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Bahasa Sunda di Kota Depok[sunting | sunting sumber]

Bahasa Sunda Umum[sunting | sunting sumber]