Ali Sastroamidjojo
Ali Sastroamidjojo | |
---|---|
Perdana Menteri Indonesia ke-8 dan ke-10 | |
Masa jabatan 30 Juli 1953 – 11 Agustus 1955 | |
Presiden | Soekarno |
Wakil | |
Masa jabatan 24 Maret 1956 – 9 April 1957 | |
Presiden | Soekarno |
Wakil | |
Menteri Pertahanan Indonesia ke-10 | |
Masa jabatan 24 Maret 1956 – 9 April 1957 | |
Perdana Menteri | Ali Sastroamidjojo |
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia ke-4 | |
Masa jabatan 3 Juli 1947 – 4 Agustus 1949 | |
Perdana Menteri | |
Wakil Menteri Penerangan Indonesia ke-1 | |
Masa jabatan 2 September 1945 – 14 November 1945 | |
Presiden | Soekarno |
Menteri | Amir Sjarifoeddin |
Pendahulu Tidak ada; jabatan baru | |
Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara | |
Masa jabatan 1960–1966 | |
Presiden | Soekarno |
Ketua |
|
Informasi pribadi | |
Lahir | 21 Mei 1903 Grabag, Magelang, Keresidenan Kedu, Hindia Belanda |
Meninggal | 13 Maret 1975 Jakarta, Indonesia | (umur 71)
Makam | Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata[1] |
Kebangsaan | Indonesia |
Partai politik | Partai Nasional Indonesia |
Suami/istri |
|
Anak | 4, salah satunya Kemal Mahisa |
Kerabat | Ali Wardhana (keponakan) Danukromo (Kakek Buyut) Kholil al- Bangkalani (Sepupu) |
Almamater | Universitas Leiden |
Profesi | Pengacara Politikus |
Sunting kotak info • L • B |
Mr. Raden Ali Sastroamidjojo (EYD: Ali Sastroamijoyo) (21 Mei 1903 – 13 Maret 1975) adalah Perdana Menteri Indonesia kedelapan dan kesepuluh selama dua periode yang berbeda, antara tahun 1953 sampai 1955 dan 1956 hingga 1957. Ketika berpolitik di Partai Nasional Indonesia, ia menjabat sebagai ketua umum. Ali merupakan tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia.
Masa muda
[sunting | sunting sumber]Raden Ali Sastroamidjojo lahir di Grabag, Hindia Belanda (sekarang Indonesia) pada tanggal 21 Mei 1903 dari keluarga bangsawan Kabupaten Magelang yang tergolong priyayi. Dia menghabiskan masa kecilnya di daerah setempat dan bermain dengan teman-temannya yang kebanyakan dari keluarga petani. Dengan harapan menemukan lingkungan yang layak bagi perkembangan anak-anaknya, maka keluarga Sastroamidjojo pindah ke kota di mana menjadi tempat Sastroamidjojo dikirim untuk mengenyam pendidikan Eropa, meskipun ia juga rutin belajar bahasa Jawa. Keluarga Sastroamidjojo mengabdikan diri untuk mengadvokasi pentingnya pendidikan Barat.[2][3][4]
Seperti kebanyakan pemuda bangsawan lainnya di Hindia Belanda, Ali bersekolah di sekolah Belanda, Queen Wilhelmina School, dan melanjutkan studi hukum di Universitas Leiden di Belanda, di mana ia menerima gelar Meester in de Rechten (sarjana hukum) pada tahun 1927. Kemudian, ia pergi ke praktik swasta. Semasa sekolah, ia aktif dalam organisasi pemuda, seperti organisasi Jong Java, dari tahun 1918 hingga 1922 dan Perhimpoenan Indonesia, dari tahun 1923 hingga 1928. Karena aktivitasnya, ia ditangkap pada tahun 1927 oleh Belanda bersama dengan Mohammad Hatta, Nazir Datuk Pamuncak, dan Abdulmadjid Djojoadiningrat. Setelah enam bulan di penjara, Ali dibebaskan. Ia kemudian kembali ke Jawa pada tahun 1928.[4][5]
Karier
[sunting | sunting sumber]Pada 1928, Ali bersama dengan Soejoedi membuka kantor pengacara, dan bersama Soekiman, menerbitkan majalah Djanget di Kota Surakarta. Kemudian ia berpolitik di Partai Nasional Indonesia (PNI) pimpinan Soekarno, lalu masuk Gerindo saat PNI dibubarkan oleh Sartono. Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, ia kembali bergabung dalam organisasi PNI.
Seusai Perang Dunia II, Ali meneruskan aktivitasnya di lapangan politik dan pemerintahan, antara lain menjadi Menteri Pengajaran dalam Kabinet Amir Sjarifuddin I (Juli 1947) dan Kabinet Hatta (Januari 1948). Ia kemudian menjabat sebagai wakil ketua delegasi Republik Indonesia dalam perundingan dengan Belanda (Februari 1948) dan menjadi anggota delegasi Republik Indonesia dalam perundingan Konferensi Meja Bundar. Setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia, ia diangkat menjadi Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko (1950–1955). Selain itu, ia juga diangkat menjadi Ketua Umum Konferensi Asia Afrika di Kota Bandung pada 1955, wakil tetap Indonesia di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) (1957–1960), dan menjadi Ketua Umum PNI (1960–1966)
Ali Sastroamidjoyo memimpin sebagai perdana menteri dalam kabinet Ali Sastroamidjojo I dan kabinet Ali Sastroamidjojo II dalam periode yang berbeda, yaitu sejak 31 Juli 1953 hingga 24 Juli 1955 untuk kabinet pertama, dan untuk kabinet Ali Sastroamidjoyo ke-2 dari 24 Maret 1954 sampai dengan 14 Maret 1957. Beberapa program kerja yang terkenal dalam kedua kabinet ini adalah memberikan hak otonomi untuk daerah, normalisasi hubungan Indonesia dengan Belanda, mengupayakan pembebasan Irian Barat, dan membatalkan hasil Konferensi Meja Bundar.[6]
Wafat
[sunting | sunting sumber]Ali Sastroamijoyo wafat pada tanggal 13 Maret 1975 dan dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata, Jakarta Selatan.
Karya
[sunting | sunting sumber]- Pengantar Hukum Internasional (1971)
- Politik Luar Negeri Indonesia Dewasa Ini (1972), otobiografi
- Tonggak-tonggak Perjalananku (1974)
- Empat Mahasiswa Indonesia di Negeri Belanda (1975)
Penghargaan
[sunting | sunting sumber]Tanda Kehormatan
[sunting | sunting sumber]Akademik
[sunting | sunting sumber]- Meester in de Rechten oleh Universitas Leiden (1927)
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "Menjelajahi Rumah Terakhir 10 Mantan Perdana Menteri". detikcom. 16 Agustus 2006. Diakses tanggal 3 November 2021.
- ^ Setiawan 2012.
- ^ Vickers 2005, hlm. 227.
- ^ a b "Ali Sastroamidjojo". Tirto.id. Diakses tanggal 2021-11-03.
- ^ Adryamarthanino, Verelladevanka (2021-07-31). Nailufar, Nibras Nada, ed. "Ali Sastroamidjojo: Karier, Peran, dan Kiprahnya". Kompas.com. Diakses tanggal 2021-09-25.
- ^ Wenny, Raras. "Sejarah Kabinet Ali Sastroamidjojo 1 dan 2". www.goodnewsfromindonesia.id. Diakses tanggal 2023-11-21.
- ^ Daftar WNI yang Mendapat Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera tahun 1959 s.d. 2003 (PDF). Diakses tanggal 4 Oktober 2021.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- (Indonesia) Pejabat Menteri: Mr. Ali Sastroamidjojo Diarsipkan 2022-07-13 di Wayback Machine.
Jabatan politik | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Burhanuddin Harahap |
Perdana Menteri Indonesia 1956–1957 |
Diteruskan oleh: Djuanda Kartawidjaja |
Menteri Pertahanan Indonesia 1956–1957 | ||
Didahului oleh: Wilopo |
Perdana Menteri Indonesia 1953–1955 |
Diteruskan oleh: Burhanuddin Harahap |
Didahului oleh: Soewandi |
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia 1947–1949 |
Diteruskan oleh: Teuku Mohammad Hassan |
Jabatan menteri baru | Wakil Menteri Penerangan Indonesia 1945 |
Diteruskan oleh: Abdurrahman Baswedan |
Jabatan diplomatik | ||
Didahului oleh: Sudjarwo Tjondronegoro |
Duta Besar Indonesia untuk PBB 1957–1960 |
Diteruskan oleh: Soekardjo Wirjopranoto |
Posisi baru | Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat 1950–1953 |
Diteruskan oleh: Moekarto Notowidigdo |
Posisi baru | Duta Besar Indonesia untuk Kanada 1953–1954 |
Diteruskan oleh: Usman Sastroamidjojo |
- Kelahiran 1903
- Kematian 1975
- Meninggal usia 72
- Kematian 1976
- Meninggal usia 73
- Alumni Universitas Leiden
- Tokoh Jawa
- Tokoh Jawa Tengah
- Tokoh dari Magelang
- Politikus Indonesia
- Menteri Kabinet Presidensial
- Menteri Kabinet Amir Sjarifuddin I
- Menteri Kabinet Amir Sjarifuddin II
- Menteri Kabinet Hatta I
- Perdana Menteri Indonesia
- Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat
- Duta Besar Indonesia untuk Kanada
- Menteri Pertahanan Indonesia
- Menteri Pendidikan Indonesia
- Tokoh Orde Lama
- Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
- Politikus Partai Nasional Indonesia
- Anggota DPR RI 1956–1959