Walet polos
Walet polos | |
---|---|
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | Animalia |
Filum: | Chordata |
Kelas: | Aves |
Klad: | Strisores |
Ordo: | Apodiformes |
Famili: | Apodidae |
Genus: | Aerodramus |
Spesies: | A. vanikorensis
|
Nama binominal | |
Aerodramus vanikorensis | |
Sinonim | |
|
Walet polos (Aerodramus vanikorensis), merupakan spesies walet berukuran sedang dengan ekor yang menggarpu dangkal. Tubuh walet ini berwarna kelabu gelap-kecokelatan, dimana bagian atas tubuhnya berwarna lebih gelap, sementara bagian bawah tubuhnya cenderung berwarna lebih pucat, terutama di dagu dan lehernya[2]. Spesies walet ini memiliki sebaran yang luas mulai dari Filipina, kawasan Wallacea, Papua Nugini dan Melanesia. Walet ini memakan serangga terbang, terutama di kawasan hutan dataran rendah dan kawasan yang lebih terbuka. Walet ini bersarang di dalam gua, dimana walet ini menggunakan kemampuan ekolokasi untuk bernavigasi di dalam gua[3].
Taksonomi
[sunting | sunting sumber]Walet polos dideskripsikan pada tahun 1832 oleh dua orang naturalis berkebangsaan Perancis Jean Quoy dan Joseph Gaimard dari sebuah spesimen yang dikoleksi dari Pulau Vanikoro di Kepulauan Solomon. Pada awalnya, mereka mengusulkan nama ilmiah Hirundo vanikorensis untuk spesies baru yang mereka temukan ini.[4][5] Kini, walet ini ditetapkan sebagai anggota genus Aerodramus, yang berdasarkan usulan Harry C. Oberholser pada tahun 1906.[6]
Spesies ini memiliki duabelas subspesies yang diakui:[6]
- A. v. aenigma (Riley, 1918) – Sulawesi Utara, Tengah, Tenggara, Kep. Banggai dan Pulau Sula
- A. v. heinrichi (Stresemann, 1932) – Sulawesi Selatan
- A. v. moluccarum (Stresemann, 1914) – Maluku Tengah dan Selatan
- A. v. waigeuensis (Stresemann & Paludan, 1932) – Maluku Utara dan Kep. Raja Ampat (Barat Laut Papua)
- A. v. steini (Stresemann & Paludan, 1932) – Numfor dan Biak (Teluk Cenderawasih, Barat Laut Papua)
- A. v. yorki (Mathews, 1916) – Kep. Aru (Barat Daya Papua), Yapen (Teluk Cenderawasih, Barat Laut Papua) dan Papua Nugini
- A. v. tagulae (Mayr, 1937) – Kep. D'Entrecasteaux, Kep. Louisiade, Kep. Trobriand dan Kep. Woodlark (Tenggara Papua Nugini)
- A. v. coultasi (Mayr, 1937) – Kep. Admiralty and Kep. St Matthias (Barat Laur, Utara Kep. Bismarck)
- A. v. pallens (Salomonsen, 1983) – Pulau Hanover Baru, Irlandia Baru and Dyaul dan Britania Baru (Timur Kep. Bismarck)
- A. v. lihirensis (Mayr, 1937) – kepulauan di barat laut Irlandia Baru (Barat Laut Kep. Bismarck)
- A. v. lugubris (Salomonsen, 1983) – Pulau Buka hingga Pulau Rennell dan Makira (Kep. Solomon dengan pengecualianTetepare)
- A. v. vanikorensis (Quoy & Gaimard, 1832) – Temotu (=Kep. Santa Cruz, tenggara Kep. Solomon) dan Vanuatu
Deskripsi
[sunting | sunting sumber]Walet polos merupakan walet yang hidup berkelompok dan berukuran sedang dengan ekor yang menggarpu dangkal. Ukuran tubuh walet ini mencapai 13 sentimeter panjangnya dengan bentang sayap mencapai 23 sentimeter. Tubuhnya memiliki berat sekitar 11 gram. Walet ini memiliki warna tubuh kelabu-kecokelatan, lebih gelap pada bagian atas tubuhnya dan lebih pucat pada bagian bawah tubuhnya. Walet ini memiliki kemiripan, dan seringkali disalah-identifikasikan dengan walet dari jenis Aerodramus spodiopygiust atau Aerodramus hirundinaceus.[2]
Distribusi dan habitat
[sunting | sunting sumber]Spesies ini tersebar luas mulai dari Filipina, menuju kawasan Wallacea, Pulau Papua dan Melanesia. Spesies ini juga diketahui mengembara hingga ke Australia, mulai dari Semenanjung Cape York hingga ke kepulauan di Selat Torres.
Walet polos mencari makan di kawasan hutan dataran rendah dan kawasan dataran rendah yang lebih terbuka. Burung ini umumnya betengger di dalam gua, terutama gua berkapur. Gua yang dihuni oleh walet ini umumnya memiliki kedalaman 10 meter atau lebih. Terkadang, terowongan yang dibuat manusia atau bangunan kosong juga digunakan sebagai tempat bersarang.[7]
Perilaku
[sunting | sunting sumber]Makanan
[sunting | sunting sumber]Spesies ini memakan serangga terbang, terutama semut.
Perkembangbiakan
[sunting | sunting sumber]Spesies ini bersarang dalam koloni di dalam gua dimana spesies ini menggunakan kemampuan ekolokasinya untuk bernavigasi di dalam gua. Sarang spesies ini berbentuk menyerupai mangkuk yang dangkal, dan dibuat menggunakan bahan yang berlumut yang dicampur dengan air liur walet itu sendiri. Sarang walet ini biasanya diletakkan pada permukaan dinding gua yang vertikal pada zona gua yang selalu gelap. Di Guam, tanaman Neckeropsis lepiniana digunakan sebagai bahan pembuatan sarang, sementara di Hawaii tanaman dari genus Herberta digunakan sebagai bahan pembuatan sarang. Sarang walet ini biasanya berisi satu atau dua butir telur. Lama masa inkubasi telurnya kurang lebih dua belas hari dan burung walet muda akan melakukan penerbangan perdananya sekitar tigapuluh lima hari setelah menetas.[7]
Status
[sunting | sunting sumber]Walet polos memiliki daerah sebaran yang sangat luas dan sangat umum untuk dijumpai di beberapa tempat di dalam kawasan sebarannya. Populasi walet ini belum dikuantifikasi, namun dipercayai masih memiliki populasi yang stabil. Burung ini tidak menghadapi ancaman yang khusus, sehingga IUCN mengkategorikan spesies ini kedalam kategori "Risiko Rendah"
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ BirdLife International (2018). "Aerodramus vanikorensis". IUCN Red List of Threatened Species. 2018: e.T60835335A132039270. doi:10.2305/IUCN.UK.2018-2.RLTS.T60835335A132039270.en. Retrieved 11 November 2021.
- ^ a b Pratt, Thane K.; Beehler, Bruce McPherson (2015). Birds of New Guinea. Princeton field guides (edisi ke-2nd ed). Princeton (N.J.): Princeton university press. ISBN 978-0-691-09562-2.
- ^ Birds of the Indonesian Archipelago: greater Sundas and Wallacea (edisi ke-1st ed). Barcelona: Lynx. 2016. ISBN 978-84-941892-6-5.
- ^ Quoy, J.R.C.; Gaimard, J.P. (1832). Voyage de la corvette l'Astrolabe : exécuté par ordre du roi, pendant les années 1826-1827-1828-1829: Zoologie (dalam bahasa French). 1. Paris: J. Tastu. hlm. 206, Plate 12, Fig. 3.
- ^ Peters, James Lee, ed. (1940). Check-list of Birds of the World. 4. Cambridge, Massachusetts: Harvard University Press. hlm. 226.
- ^ a b Gill, Frank; Donsker, David; Rasmussen, Pamela, ed. (July 2023). "Owlet-nightjars, treeswifts & swifts". IOC World Bird List Version 13.2. International Ornithologists' Union. Diakses tanggal 29 August 2023.
- ^ a b "The Mariana Swiftlet (Aerodramus bartschi)". Birding Hawaii. 2002. Diakses tanggal 2013-12-23.
- Beehler, Bruce M.; & Finch, Brian W. (1985). Species Checklist of the Birds of New Guinea. RAOU Monograph No.1. Royal Australasian Ornithologists Union: Melbourne. ISBN 0-9599823-2-9ISBN 0-9599823-2-9
- Beehler, Bruce M.; Pratt, Thane K.; & Zimmerman, Dale A. (1986). Birds of New Guinea. Wau Ecology Handbook No.9. Princeton University Press. ISBN 0-691-02394-8ISBN 0-691-02394-8
- Coates, Brian J. (1985). The Birds of Papua New Guinea. Volume 1: Non-Passerines. Dover Publications: Alderley, Queensland. ISBN 0-9590257-0-7ISBN 0-9590257-0-7
- Higgins, P.J. (ed). (1999). Handbook of Australian, New Zealand and Antarctic Birds. Volume 4: Parrots to Dollarbird. Oxford University Press: Melbourne. ISBN 0-19-553071-3ISBN 0-19-553071-3