Azrael

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Malaikat Maut)
Azrael
עֲזַרְאֵל
عزرائيل
Penggambaran Malaikat Maut (biasanya diasosiasikan dengan Azrael), oleh Evelyn De Morgan, 1881[1]
Malaikat Maut
Agama yang terkaitIslam dan Yudaisme
AtributMalaikat Agung; psikopomp; sayap; jubah hitam
AsosiasiJibrāʾīl, Mīkāʾīl, dan Isrāfīl (dalam Islam)
Ejaan alternatif
  • ʿĂzarʾēl
  • ʿAzrāʾīl
  • ʿIzrāʾīl
  • Ajrā-īl
  • Ezrā’ël
Penampilan dalam teks

Azrael atau Izrail (/ˈæzriəl/; Ibrani: עֲזַרְאֵל, translit: ʿǍzarʾēl, terj. har.'Tuhan telah membantu';[2] Arab: عزرائيل, translit: ʿAzrāʾīl atau ʿIzrāʾīl), adalah malaikat pencabut nyawa yang tercatat dalam budaya populer agama-agama Abrahamik, diantaranya adalah Islam dan Kristen.[3]

Sehubungan dengan konsep serupa dari makhluk seperti itu, Azrael memegang peran baik sebagai malaikat kematian Tuhan; dia bertindak sebagai psikopomp yang bertanggung jawab untuk mengangkut jiwa orang yang telah meninggal dunia, juga sebagai peran pembimbing.[4] Dalam Islam, dia disebutkan memegang gulungan tentang nasib manusia, mencatat dan menghapus nama mereka saat lahir dan mati, mirip dengan peran Malakh ha-Maveth (Malaikat Maut) dalam Yudaisme.[5][6]:234

Bergantung pada perspektif dan ajaran dari berbagai agama di mana dia menjadi sosoknya, dia juga dapat digambarkan sebagai penduduk Surga Ketiga, salah satu tingkatan surga dalam Yudaisme dan Islam.[7] Dalam Islam, dia adalah salah satu dari empat malaikat, dan diidentifikasi oleh al-Quran sebagai Malakul Maūt (ملاك الموت, 'malaikat maut'), yang sesuai dengan istilah bahasa Ibrani Mal'akh ha-Maweth (מלאך המוות) dalam literatur Rabinik. Dalam bahasa Ibrani, kata Azrael diterjemahkan menjadi "Malaikat Tuhan" atau "Bantuan dari Tuhan". [7]

Etimologi[sunting | sunting sumber]

Alkitab Ibrani tidak menyebutkan malaikat bernama Azrael, juga tidak muncul dalam literatur Rabinik dari Talmud atau Midras. Tidak ada malaikat yang diperlakukan sebagai kanonik dalam Yahudi Rabinik tradisional. Namun seorang malaikat dengan nama yang mirip, Azriel (עזריאל), disebutkan dalam literatur Kabbalistik, seperti Zohar.

Meskipun tidak ada sosok seperti itu dalam Yudaisme, nama "Azrael" menunjukkan sebuah Ibrani teoforik עזראל, artinya "orang yang ditolong Tuhan". Bukti Arkeologi yang ditemukan di permukiman Yahudi di Mesopotamia menegaskan bahwa itu memang pernah digunakan pada mangkuk mantera yang berbahasa Aram dari abad ke-7.[8][9] Namun, karena teks di atasnya hanya mencantumkan nama, asosiasi nama malaikat ini dengan kematian tidak dapat diidentifikasi dalam Yudaisme.[10]

Setelah munculnya Islam, nama Azriel menjadi populer di kalangan literatur Kristen dan Islam dan dimuat dalam berbagai cerita rakyat. Nama Azriel dieja sebagai Ezrā’ël muncul dalam bahasa Semit Etiopia versi Kiamat Petrus (berasal dari abad ke-16) sebagai malaikat neraka, yang membalaskan dendam mereka yang telah dianiaya selama hidup.[11]

Signifikansi dalam Islam[sunting | sunting sumber]

Bersama dengan Jibrāʾīl, Mīkāʾīl, dan Isrāfīl, Azrael adalah salah satu dari empat malaikat agung dalam Islam.[12] Dia bertanggung jawab untuk mengambil jiwa orang yang meninggal dari tubuh orang tersebut.[13][14] Azrael tidak bertindak sesuai keinginannya, tetapi hanya berdasarkan perintah Tuhan ketika datang waktu untuk mengambil jiwa.[15]

Dalam al-Quran dan tafsirnya[sunting | sunting sumber]

Katakanlah, “Malaikat maut yang diserahi (tugas) untuk (mencabut nyawa)-mu akan mematikanmu, kemudian kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan.” (QS. AS-Sajdah: 11)[16]

Surah As-Sajdah ayat 11 menyebutkan malaikat maut yang diidentifikasi dengan Azrael.[17] Ketika orang-orang kafir di neraka berteriak minta tolong, seorang malaikat (yang juga diidentifikasi dengan Azrael) akan muncul di cakrawala dan memberi tahu mereka bahwa mereka tidak akan pernah ditolong dan tidak akan bisa keluar dari neraka.[18] Ayat-ayat al-Quran lainnya merujuk pada banyak malaikat maut. Menurut para ahli tafsir, ayat-ayat ini merujuk pada malaikat maut yang lebih rendah, bawahan Azrael, yang membantu malaikat agung dalam tugasnya. Tafsir al-Baidhawi menyebutkan bahwa ayat-ayat tersbut merujuk kepada seluruh pasukan malaikat maut bawahan Azrael.[19]

Selanjutnya, tafsir terkait dari beberapa kelompok cendekiawan Islam modern dari Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud di Yaman dan Mauritania telah mengeluarkan fatwa yang mengambil tafsir dari Ibnu Katsir tentang al-Qur'an surah al-An'am ayat 61, dan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dan Ibnu Abbas, bahwa malaikat maut memiliki malaikat pembantu yang membantu Azrael mengambil jiwa.[20]

Khalifah Umayyah kedelapan, Umar II (m. 717–720) pernah berkomentar tentang Qur'an As-Sajdah:11 ini, ia menyatakan bahwa mencabut nyawa yang banyak sangat mudah bagi malaikat. Sebuah laporan menyebutkan bahwa ia berkomentar “seolah-olah seluruh umat manusia di bumi hanya seperti hidangan di dalam piring dari sudut pandang Malakul Maūt (malaikat maut)”.[21] Sementara itu, al-Qurthubi meriwayatkan dari Mujahid bin Jabir bahwa dunia yang berada di antara tangan Malaikat Maut adalah “mirip dengan wadah yang ada di atas tangan manusia; ia mengambil dari dimanapun dia mau". Mujahid juga menjelaskan bahwa Azrael mampu merebut banyak jiwa pada saat yang sama karena Tuhan membuat bumi menyusut baginya hingga seolah-olah menjadi bejana di antara kedua tangannya.[20] Hadis Marfu yang serupa (yaitu, dengan rantai transmisi yang tinggi) dilaporkan oleh Zuhair bin Muhammad.[20]

Beberapa orang sezaman modern, seperti Wahbah al-Zuhaili, dan ulama dari Universitas Islam Madinah, Kementerian Agama Indonesia, Kementerian Urusan Islam, Dakwah dan Penyuluhan Arab Saudi, dan otoritas Masjidilharam telah menyusun tafsir klasik dari surat al-Anfal ayat 50, bahwa malaikat maut memiliki tugas khusus selama Pertempuran Badar.[22]

Dalam hadis dan tafsirnya[sunting | sunting sumber]

Menurut salah satu tradisi Muslim, 40 hari sebelum kematian seseorang mendekat, Tuhan menjatuhkan sehelai daun dari pohon di bawah singgasana surgawi, di mana Azrael membacakan nama orang yang harus dicabut nyawanya.[14] Al-Qurthubi meriwayatkan komentar dari Ibnu Zhafar al-Wa'izh bahwa Azrael memiliki bentuk menyerupai domba jantan berwarna biru, memiliki banyak mata di banyak tempat, dan menurut Ikrimah Maula Ibnu Abbas, serta para Tabi'in, ukuran Azrael sangat besar sehingga "jika bumi diletakkan di pundaknya, itu akan seperti kacang di lapangan terbuka".[21] Dia juga memiliki 4.000 sayap yang terdiri dari dua jenis, "sayap anugerah" dan "sayap hukuman".[21] "sayap hukuman" terbuat dari batang besi, kait, dan gunting.[21] Muqatil bin Sulaiman telah mencatat tafsirnya dalam karya tafsirnya, as-Suluk, Azrael memiliki 70.000 kaki anggota badan.[23][Catatan 1]

Khalifah Umar II menyampaikan sebuah narasi yang menyebutkan bahwa malaikat maut (Malakul Maūt) dipersenjatai dengan cambuk api.[21] Khalifah Umar II juga meriwayatkan bahwa malaikat maut itu sangat besar sehingga dia bahkan mengerdilkan Pembawa Tahta, kelompok malaikat yang dikenal sebagai yang terbesar di antara malaikat.[21]

"Islamic Book of Dead" menggambarkannya dengan 4 wajah, dan seluruh tubuhnya terdiri dari mata dan lidah yang jumlahnya sesuai dengan jumlah manusia yang menghuni Bumi.[5][7][34](hlm.33-34)

Menurut narasi terkenal lainnya yang dicatat oleh Ibnu Katsir dalam karyanya, Qiṣaṣul Anbiyā (Kisah Para Nabi), Tuhan pernah memerintahkan Jibril, Mikhael, Israfil, dan Azrael untuk mengumpulkan debu dari tanah tempat Adam seharusnya diciptakan. Hanya Azrael yang berhasil, yang menyebabkan Tuhan menakdirkannya untuk menjadi malaikat yang mengurus kehidupan dan kematian umat manusia.[35]

Hubungan antara Azrael dan Kematian[sunting | sunting sumber]

Islam menguraikan narasi lebih lanjut tentang hubungan antara Azrael dan Kematian. Christian Lange menyebutkan bahwa menurut beberapa ulama, Azrael dan Kematian adalah satu kesatuan. Sementara itu, ulama tafsir lain berpendapat Azrael dan Kematian adalah entitas yang berbeda, dengan Kematian sebagai semacam alat yang digunakan oleh Azrael untuk mengambil kehidupan.[36]:129

Sebuah riwayat menjelaskan kematian dan hubungannya dengan Azrael, yang mewakili "Kematian" dan Azrael sebagai dua entitas sebelumnya yang terpisah, tetapi ketika Tuhan menciptakan Kematian, Tuhan memerintahkan para malaikat untuk melihatnya dan mereka pingsan selama seribu tahun. Setelah para malaikat sadar kembali, Kematian menyadari bahwa ia harus tunduk kepada Azrael.[37] Identifikasi "Maut" dan malaikat Azrael sebagai satu entitas dijelaskan dalam sebuah Hadits tentang nasib entitas "Maut" itu sendiri setelah hari penghakiman, di mana sarjana Hanafi klasik Badr al-Din al-Ayni telah menafsirkan satu Hadis yang disusun dalam kumpulan Sahih Bukhari. Hadis itu menyatakan bahwa Kematian akan berbentuk seekor domba jantan, kemudian ditempatkan di antara surga dan neraka, dan akhirnya disembelih oleh Tuhan sendiri, menyebabkan Kematian tidak ada lagi, yang diikuti oleh pernyataan Tuhan yang mengatakan bahwa yang keabadian sejati telah dimulai dan keadaan penghuni surga maupun neraka tidak akan pernah berakhir.[38] Lange menyebutkan bahwa menurut sebagian ulama, domba jantan dalam riwayat hadis tersebut tidak lain adalah malaikat maut itu sendiri, sedangkan sebagian lainnya menegaskan, ini adalah wujud kematian itu sendiri di akhirat.[36]

Dalam catatan lain yang bersumber dari Muqatil bin Sulaiman, Azrael dan kematian dikatakan sebagai satu kesatuan karena dia melaporkan malaikat memiliki jumlah wajah dan tangan yang sama dengan jumlah makhluk hidup di tubuhnya, di mana masing-masing wajah dan tangan tersebut terhubung dengan kehidupan setiap jiwa di dunia yang hidup.[23] Setiap kali wajah dalam tubuh Azrael menghilang, maka jiwa yang terhubung dengannya akan mengalami kematian.[23]

Pandangan Tasawuf[sunting | sunting sumber]

Menurut cendekiawan Sufisme Abdul Karim al-Jili, Azrael muncul ke jiwa dalam bentuk yang disediakan oleh metafora yang paling kuat. Keyakinan umum menyatakan bahwa malaikat maut yang lebih rendah adalah untuk orang biasa, sementara para wali dan nabi bertemu dengan malaikat maut itu sendiri.[19] Nabi-nabi besar seperti Musa dan Muhammad diundang dengan sopan olehnya, tetapi para wali juga dikatakan bertemu Azrael dalam bentuk yang indah.[19]

Dikatakan bahwa, ketika Jalaluddin Rumi akan meninggal du ia, dia berbaring di tempat tidurnya dan bertemu dengan Azrael dalam bentuk manusia.[39] Keyakinan bahwa Azrael menampakkan diri kepada orang-orang suci sebelum mereka benar-benar mati untuk mempersiapkan diri menghadapi kematian, juga dibuktikan oleh wasiat Nasir Khusraw, di mana dia mengklaim telah bertemu Azrael selama tidurnya, memberitahukan kepadanya tentang kematiannya yang akan datang.[40]

Pandangan Barat[sunting | sunting sumber]

Gagasan Islam tentang Azrael, termasuk beberapa narasi seperti kisah Sulaiman, sebuah hadis yang sampai ke Ibnu Hausyab,[41] sudah dikenal di Amerika pada abad ke-18 sebagaimana dibuktikan oleh Gregory Sharpe dan James Harris.[41]

Beberapa adaptasi Barat memperluas deskripsi fisik Azrael, oleh karena itu penyair Leigh Hunt menggambarkan Azrael mengenakan jubah berkerudung hitam. Meskipun tidak memiliki sabit yang terkemuka, penggambarannya tetap menyerupai Grim Reaper.[41] Henry Wadsworth Longfellow menyebut Azrael dalam "The Reaper and the Flowers" sebagai malaikat maut. Sebagai gantinya, Azrael tidak disamakan dengan Sammael, malaikat maut dalam pengetahuan Yahudi yang muncul sebagai malaikat yang jatuh dan jahat.[42] Azrael juga muncul dalam puisi GK Chesterton "Lepanto" sebagai salah satu roh Islam yang diperintahkan oleh "Mahound" (Muhammad) untuk melawan Don Juan de Austria. Dalam The Smurfs, kucing penyihir jahat Gargamel disebut Azrael.

Lihat juga[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

Catatan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Muqatil bin Sulaiman diabaikan oleh sejumlah ulama Islam, seperti Abu Hanifah yang mengkritik teologinya, Ibnul Mubarak yang mengkritik metodologinya (khususnya bahwa dia tidak mengutip Hadis dengan rantai transmisi), dan Waki' bin al-Jarrah menyebut bahwa Muqatil telah berbohong dalam menyampaikan narasinya.[24][25][26] Ibnu Hajar secara khusus mengkritik Muqatil dengan kata-kata pedas: "Dua pendapat menjijikkan datang kepada kami dari timur: Jahm sang negasi [sifat-sifat Tuhan] dan Muqatil sang antropomorfis."[27] Ibnu Rajab al-Hanbali menyatakan bahwa para ulama awal (as-salaf) menolak pandangan Muqatil setelah perdebatannya dengan Jahm diketahui.[28][29] Namun, para cendekiawan kontemporer berpendapat bahwa meskipun Muqatil tidak dapat dipercaya, teologi antrofomorfisnya salah dikaitkan sebagai Ibnu Abil Izz, seorang pengikut Ibnu Taimiyah,[30] berpendapat bahwa materi al-Asy'ari berasal dari Mu'tazilah dan/atau pasti telah dirusak.[31][32] Cendekiawan Saudi kontemporer Abdullah al-Ghunaiman, penulis tafsir al-Aqidah al-Wasithoyah karya Ibnu Taimiyyah, berpendapat bahwa ia tidak dapat menemukan apa pun yang ia anggap antropomorfis dari Muqatil, dengan alasan bahwa agar dapat diandalkan, pandangan seseorang harus diambil dari karya sendiri, dan bukan dari karya lawan. Al-Ghunayman mengatakan "Mushabbih" telah menjadi kata yang menarik untuk menuduh lawan karena pandangan mereka yang berbeda.[33][32]

Sitasi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Smith, Elise Lawton. 2002. Evelyn Pickering De Morgan and the Allegorical Body. Fairleigh Dickinson University Press. ISBN 9780838638835. p. 153–54.
  2. ^ "Strong's Hebrew Concordance - 5832. Azarel". 
  3. ^ "Azrael". Encyclopædia Britannica. [1998] 2020.
  4. ^ Davidson, Gustav. 1968. "Longfellow's Angels". Prairie Schooner 42(3):235–43. JSTOR 40630837.
  5. ^ a b Hastings, James; Selbie, John A. (2003), Encyclopedia of Religion and Ethics Part 3, Kessinger Publishing, hlm. 617, ISBN 0-7661-3671-X 
  6. ^ Hamilton, Michelle M. 2014. Beyond Faith: Belief, Morality and Memory in a Fifteenth-Century Judeo-Iberian Manuscript. Leiden: Brill. ISBN 9789004282735.
  7. ^ a b c Davidson, Gustav. [1967] 1971. "A § Azrael". Pp. 64–65 in A Dictionary of Angels, Including the Fallen Angels. New York: Free Press. ISBN 9780029070505.
  8. ^ C.D. Isbell, Corpus of the Aramaic Incantation Bowls, Missoula: Scholars Press, 1975, §12:14 and 41:7, pp. 44 and 98
  9. ^ J. Naveh and S. Shaked, Amulets and Magic Bowls: Aramaic Incantations of Late Antiquity, Jerusalem: Magnes Press, 1985, §1:13; 2:16; 7:3, pp. 40–41, 46–7 and 68–9.
  10. ^ Burge, S. (2019). Themes in Islamic angelology. In Angels in Islam: Jalal Al-Din al-Suyuti's al-Haba'ik Fi Akhbar al-Mala'ik (p. 36). essay, Routledge.
  11. ^ S. R. Burge (University of Edinburgh) cZR’L, The Angel of Death and the Ethiopic Apocalypse of Peter
  12. ^ Noegel, Scott B.; Wheeler, Brannon M. (2002). Historical Dictionary of Prophets in Islam and Judaism (dalam bahasa Inggris). Scarecrow. ISBN 9780810843059. 
  13. ^ Çakmak, Cenap. 2017. Islam: A Worldwide Encyclopaedia, 4 vols. ABC-Clio. ISBN 9781610692175. p. 137
  14. ^ a b Houtsma, Martijn Theodoor. [1913–1936] 1987. E.J. Brill's First Encyclopaedia of Islam 1913-1936, edited by R. Arnold and C. Gibb. Leiden: Brill Publishers. ISBN 978-9-004-08265-6. p. 570.
  15. ^ Smith, Jane I., and Yvonne Yazbeck Haddad. 1981. Islamic Understanding of Death and Resurrection. Albany: State University of New York Press. ISBN 9780873955072. p. 35.
  16. ^ "Surat As-Sajdah Ayat 11: Arab, Latin, Terjemah dan Tafsir Lengkap | Quran NU Online". quran.nu.or.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-02-19. 
  17. ^ Cenap Çakmak Islam: A Worldwide Encyclopedia [4 volumes] ABC-CLIO 2017 ISBN 9781610692175 pp. 137
  18. ^ Christian Lange|Locating Hell in Islamic Traditions| BRILL | 978-90-04-30121-4 | p. 93
  19. ^ a b c Michelle M. Hamilton Beyond Faith: Belief, Morality and Memory in a Fifteenth-Century Judeo-Iberian Manuscript BRILL, 14.11.2014 ISBN 9789004282735 p. 235
  20. ^ a b c Abdullaah Al-Faqeeh (2003). "Angel of death seizes many souls simultaneously; Fatwa No: 20657". Islamweb.net (dalam bahasa Inggris). Fatwa center of Imam Mohammad Ibn Saud Islamic University, Yemen, and Mauritania Islamic educational institutes. Diakses tanggal 14 March 2022. 
  21. ^ a b c d e f Al-Qurtubi (2005). Noor Ridho, Abdillah; Ihsan, Muhammad, ed. At-Tadzkirah Jilid 1 Bekal Menghadapi Kehidupan Abadi [At-Tadhkirah Volume 1 Provisions for Facing Eternal Life] (ebook) (Music / Religious / Muslim, Religion / Islam / Koran & Sacred Writings, Religion / Islam / Rituals & Practice). Diterjemahkan oleh Anshor Umar Sitanggal. east Jakarta: Pustaka al-Kautsar. hlm. 50, 140–141. ISBN 9789795926320. Diakses tanggal 7 March 2022. 
  22. ^ Muhammad Sulaiman al-Ashqar; Wahbah_al-Zuhayli; Imad Zuhair Hafidz from Markaz Ta'dhim Qur'an Medina; Shalih bin Abdullah bin Humaid (2016). "Surat al Anfal ayat 50". Tafsirweb (dalam bahasa Indonesian and Arabic). Islamic University of Madinah; Ministry of Religious Affairs (Indonesia); Ministry of Islamic Affairs, Dawah and Guidance; Masjid al-Haram. Diakses tanggal 30 January 2022.  ini adalah tafsir untuk: Qur'an Al-Anfal:50
  23. ^ a b c Ahmad Zacky El-Syafa (2020). Ternyata Kita Tak Pantas Masuk Surga [Turns out we did not deserve to enter the heaven] (ebook) (Religion / Islam / General, Young Adult Nonfiction / Religion / Islam). Surabaya: Genta Hidayah. hlm. 38–39. ISBN 9786232350571. Diakses tanggal 7 March 2022. 
  24. ^ Ibn Ḥajar al-‛Asqalānī, Tahdhīb, 4/143-46
  25. ^ al-Dhahabī, Mīzan, 6/505-7
  26. ^ Tohe, Achmad. Muqatil ibn Sulayman: A neglected figure in the early history of Qur'ānic commentary. Diss. Boston University, 2015. pp. 11, 20
  27. ^ Ibn Ḥajar al-‛Asqalānī, Tahdhīb, 10/281
  28. ^ Ibn Rajab al-Ḥanbalī, Bayān Faḍl ‛ilm al-Salaf ‛alā ‘Ilm al-Khalaf,ed. Muḥammad ibn Nāṣir al-‘Ajmī(Beirūt: Dār al-Bashā’ir al-Islāmiyyah, 2003), p.55
  29. ^ Tohe, Achmad. Muqatil ibn Sulayman: A neglected figure in the early history of Qur'ānic commentary. Diss. Boston University, 2015. p. 33
  30. ^ Shagaviev, Damir A., and Venera N. Khisamova. "Islamic theological literature of the Salafi sect in the modern Tatarstan." Journal of Sustainable Development 8.7 (2015): 83.
  31. ^ Ṣadr al-Dīn ‘Alī ibn ‘Alī ibn Muḥammad ibn Abī al-‘Izz al-Ḥanafī, Sharḥal-Ṭaḥāwiyyahfī al-‘Aqīdah al-Salafiyyah,ed. Aḥmad Muḥammad Shākir (Riyāḍ: Fahrasah Maktabat al-Malik Fahd al-Waṭaniyyah, 1997).
  32. ^ a b Tohe, Achmad. Muqatil ibn Sulayman: A neglected figure in the early history of Qur'ānic commentary. Diss. Boston University, 2015. p. 43
  33. ^ Abd Allāh Mūḥammad al-Ghanīmān, Sharḥal-‛Aqīdah al-Wāsiṭiyyah(al-Maktabah al-Shāmilah), 12/8.
  34. ^ Qāḍī, ʻAbd al-Raḥīm ibn Aḥmad (1977). Islamic book of the dead : a collection of Hadiths on the Fire & the Garden. Norwich, Norfolk: Diwan Press. ISBN 0-9504446-2-6. OCLC 13426566. 
  35. ^ Ibn Kathir (2017). "Adam Alaihissalam". Dalam Hikmatiar, Ikhlas. Kisah Para Nabi Sejarah Lengkap Kehidupan Para Nabi sejak Nabi Adam Alaihissalam hingga Nabi Isa Alaihissalam [Stories of the Prophets Complete History of the Life of the Prophets since Prophet Adam Alaihissalam to Prophet Isa Alaihissalam] (Religion / Islam / History). Diterjemahkan oleh Saefulloh MS. east Jakarta: Qisthi Press. hlm. 46. ISBN 9789791303842. Diakses tanggal 10 March 2022. 
  36. ^ a b Lange, Christian (2016). Paradise and Hell in Islamic Traditions. Cambridge United Kingdom: Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-50637-3. 
  37. ^ Jane I. Smith, Yvonne Yazbeck Haddad Islamic Understanding of Death and Resurrection State University of New York Press 1981 ISBN 9780873955072 p. 34-35
  38. ^ Badr al-Din al-Ayni. "Umdat al qari; Interpretation of Sahih Bukhari". Islamweb.net (dalam bahasa Arab). al-Maktaba al-Islam (Islamic library). hlm. 53. Diakses tanggal 18 March 2022. حدثنا عمر بن حفص بن غياث ، حدثنا أبي ، حد; فيقولون : نعم هذا الموت ، وكلهم قد رآه ، ثم ينادي : يا أهل النار ، فيشرئبون وينظرون ، فيقول : هل تعرفون هذا ؟ فيقولون : نعم هذا الموت ، وكلهم قد رآه فيذبح ثم يقول : يا أهل الجنة ، خلود فلا موت ، ويا أهل النار خلود فلا موت ، ثم قرأ ;Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Pada Hari Kebangkitan Kematian akan dibawa ke depan dalam bentuk seekor domba jantan hitam dan putih. Kemudian penyeru akan memanggil, 'Wahai penghuni surga!' Setelah itu mereka akan meregangkan leher mereka dan melihat dengan hati-hati. Penelepon akan berkata, 'Apakah Anda tahu ini?' Mereka akan berkata, 'Ya, ini adalah Kematian.' Pada saat itu mereka semua akan melihatnya. Kemudian akan diumumkan lagi, 'Hai penghuni Neraka!' Mereka akan meregangkan leher mereka dan melihat dengan hati-hati. Penyeru akan berkata, 'Apakah Anda tahu ini?' Mereka akan berkata, 'Ya, ini adalah Kematian.' Dan pada saat itu mereka semua akan melihatnya. Kemudian (domba jantan itu) akan disembelih dan penyeru akan berkata, 'Wahai penghuni surga! Keabadian untukmu dan tidak ada kematian wahai penghuni Neraka! Keabadian untukmu dan tidak ada kematian.'" ثنا الأعمش ، حدثنا أبو صالح ، عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : يؤتى بالموت كهيئة كبش أملح فينادي مناد : يا أهل الجنة ، فيشرئبون ، وينظرون ، فيقول : هل تعرفون هذا ؟ 
  39. ^ Davidson, Gustav. A Dictionary of Angels, Including the Fallen Angels. New York: Free Press. Simon & Schuster. p. 255.
  40. ^ Rubanovich, Julia. 2015. Orality and Textuality in the Iranian World: Patterns of Interaction Across the Centuries. Leiden: Brill. ISBN 9789004291973. p. 148.
  41. ^ a b c Al-Garrallah, Aiman Sanad. 2016. "The Islamic tale of Solomon and the Angel of Death in English Poetry: Origins, Translations, and Adaptations". Forum for World Literature Studies 8(4):528–47. ISSN 1949-8519. Issue link.
  42. ^ Davidson, Gustav (Fall 1968). "Longfellow's Angels". Prairie Schooner. 42 (3): 235–243. JSTOR 40630837. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]