Tongkol lisong

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Tongkol lisong
Lisong, Auxis rochei
dari Palabuhanratu, Sukabumi
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Subfamili:
Tribus:
Genus:
Spesies:
A. rochei
Nama binomial
Auxis rochei
(Risso, 1810)
Sinonim

Referensi:[1]

  • Scomber rochei Risso, 1810;[2]
  • Scomber bisus Rafinesque, 1810;
  • Thynnus rocheanus Risso, 1826;
  • Auxis vulgaris Cuvier in Cuvier & Valenciennes, 1831;[3]
  • Auxis thynnoides Bleeker, 1855;
  • Auxis ramsayi Castelnau, 1879;
  • Auxis maru Kishinouye, 1915.

Tongkol lisong atau lisong (Auxis rochei) adalah sejenis ikan laut anggota suku Scombridae. Ikan yang tergolong dalam kelompok tuna ini menyebar luas di perairan tropika. Dalam bahasa Inggris, lisong dikenal sebagai Bullet tuna atau Bullet mackerel, merujuk pada bentuk tubuhnya yang serupa peluru atau torpedo.

Pengenalan[sunting | sunting sumber]

Lukisan menurut FishBase

Tuna yang berukuran kecil; panjang maksimum sekitar 40 cm FL (fork length), tetapi umumnya hanya sekitar 35 cm. Gigi-gigi kecil dan mengerucut, berada dalam satu baris. Tubuh bulat torak, memanjang, meruncing di moncong dan pangkal ekor, kukuh padat. Telanjang, tanpa sisik, kecuali di wilayah corselet di tengah sisi tubuh, di mana terdapat 6 deret sisik atau lebih di bawah awal sirip punggung kedua. Punggung berwarna kebiruan, beralih menjadi ungu pekat atau nyaris hitam di kepala; dengan pola coret-coret miring agak lebar di wilayah tak bersisik di atas corselet; perut berwarna putih, sirip-sirip dada dan perut ungu di luar, hitam di sisi dalam.[4]

Sisir saring biasanya berjumlah 43-48 pada lengkung insang yang pertama. Sirip punggung pertama dengan X hingga XII jari-jari keras (duri), terpisahkan dari sirip punggung kedua oleh suatu celah lebar (sekurang-kurangnya selebar pangkal sirip punggung yang pertama); sirip punggung kedua diikuti oleh 8 buah sirip-sirip kecil (finlet), dan sirip dubur diikuti 7 buah finlet. Sirip dada pendek, ujungnya tidak mencapai garis vertikal maya sejajar batas anterior wilayah tak bersisik di atas corselet. Terdapat suatu tonjolan (flaps) berujung tunggal di antara kedua sirip perut. Sebuah lunas yang besar dan kuat, diapit oleh dua lunas yang lebih kecil, terdapat di masing-masing sisi di pangkal sirip ekor.[4]

Agihan dan ekologi[sunting | sunting sumber]

Tongkol lisong menyebar di perairan hangat (tropis dan subtropis) di seluruh dunia, termasuk di Laut Tengah dan Laut Hitam.[5] Ada dua anak jenis Auxis rochei, yakni:[4]

  • A. r. rochei, menyebar di seluruh wilayah perairan tropis; kecuali,
  • A. r. eudorax, menggantikan A. r. rochei di perairan Pasifik timur.

Lisong bersifat epipelagis, neritik, dan oseanik; dan selalu berenang dalam kelompok besar di perairan bersalinitas oseanik. Ikan-ikan ini memangsa aneka jenis ikan yang lebih kecil, cumi-cumi, dan krustasea; di sisi lain lisong diburu oleh jenis-jenis tuna yang lebih besar, setuhuk, cucut, alu-alu, dan lain-lain.[5]

Manfaat[sunting | sunting sumber]

Tongkol lisong merupakan salah satu komoditas perikanan tangkap yang cukup penting, setidaknya secara lokal, di wilayah-wilayah yang menjadi area sebarannya. Catatan hasil tangkapan lisong acapkali disatukan dengan catatan tangkapan kerabat dekatnya yang serupa, yakni tongkol krai (Auxis thazard). Namun diduga bahwa hampir seluruh tangkapan Auxis di Laut Tengah dan Atlantik adalah dari jenis tongkol lisong ini.[5]

Lisong ditangkap terutama dengan cara dipancing, termasuk dengan pancing tonda. Akan tetapi ikan ini juga diperoleh dengan perangkap (sero), jaring insang, jaring hanyut, pukat cincin, pukat pantai,[5] dan bahkan juga dengan bagan apung.

Tongkol lisong cukup digemari orang, tetapi sayang kualitas dagingnya mudah memburuk setelah ikannya mati. Karenanya ikan ini banyak dikalengkan, diasap, atau dikeringkan dalam kepingan kecil.[5] Di Palabuhanratu, selain dijual segar secara lokal, lisong biasanya dijadikan ikan pindang.

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ FishBase : Synonyms of Auxis rochei rochei (Risso, 1810)
  2. ^ Risso, A.. 1810. Ichthyologie de Nice, ou histoire naturelle des poissons du département des Alpes Maritimes: 165-167. Paris : F. Schoell.
  3. ^ Cuvier, G. & A. Valenciennes. 1832 (Jan.) Histoire naturelle des poissons. Tome huitième. Livre neuvième. Des Scombéroïdes. pp. 139. Paris : Chez F.G. Levrault.
  4. ^ a b c Carpenter, Kent E. & Volker H. Niem. 2001. FAO Species Identification Guide: The Living Marine Resources of The Western Pacific. Vol. 6[pranala nonaktif permanen]: 3729. Food and Agriculture Organization, Rome. ISBN 92-5-104587-9
  5. ^ a b c d e Collette, B.B. and C.E. Nauen. 1983. FAO Species Catalogue. Vol. 2. Scombrids of the world. An annotated and illustrated catalogue of tunas, mackerels, bonitos and related species known to date. FAO Fish. Synop. , (125) Vol.. 2: 27-30

Pranala luar[sunting | sunting sumber]