Taman Wisata Alam Sangeh

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Taman Wisata Alam Sangeh
Peta memperlihatkan letak Taman Wisata Alam Sangeh
Peta memperlihatkan letak Taman Wisata Alam Sangeh
TWA Sangeh
LetakSangeh, Bali, Indonesia
Koordinat8°28′52″S 115°12′36″E / 8.48111°S 115.21000°E / -8.48111; 115.21000Koordinat: 8°28′52″S 115°12′36″E / 8.48111°S 115.21000°E / -8.48111; 115.21000
Luas13,91 Ha
Didirikan2014
Pihak pengelolaBalai KSDA Bali

Taman Wisata Alam (TWA) Sangeh secara geografis terletak antara 8° 28’ 52’’ LS dan 115° 12’ 31’’ BT. Secara administratif kawasan Sangeh, terletak di Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung. Kawasan TWA Sangeh ini berbatasan dengan beberapa wilayah antara lain:

- Utara : Lahan/kebun/sawah milik masyarakat

- Timur : Jalan Raya Sangeh dan pemukiman/pertokoan milik masyarakat

- Selatan : Lahan/kebun/sawah milik masyarakat

- Barat : Sungai Penet (Tukad Penet)

Sejarah[sunting | sunting sumber]

  1. Berdasarkan Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda sesuai Staatblad Nomor 6 Stbl 1919 Nomor 90 tanggal 21 Pebruari 1919 telah ditunjuk Kelompok Hutan Sangeh (RTK.21) sebagai Cagar Alam.
  2. Cagar Alam Sangeh dirubah fungsinya menjadi Taman Wisata Alam berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 87/Kpts-II/93 tanggal 16 Pebruari 1993 tentang Perubahan Fungsi Cagar Alam Sangeh Yang Terletak di Kabupaten Daerah Tingkat II Badung, Propinsi Daerah Tingkat I Bali Seluas 13,969 (Tiga Belas Sembilan Ratus Enam Puluh Sembilan Perseribu) Hektar Menjadi Taman Wisata Alam.
  3. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 433/Kpts-II/1999 tanggal 15 Juni 1999 tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Wilayah Provinsi Daerah Tingkat I Bali seluas 130.686,01 (Seratus tiga puluh ribu enam ratus delapan puluh enam, satu perseratus) Meter Persegi.
  4. TWA Sangeh ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.203/Menhut-II/2014 tanggal 3 Maret 2014 tentang Penetapan Kawasan Taman Wisata Alam Sangeh (RTK.21) Seluas 13,91 (Tiga Belas dan Sembilan Puluh Satu Perseratus) Hektar Di Kabupaten Badung, Provinsi Bali.

Keunikan[sunting | sunting sumber]

  1. Adanya pura di dalam kawasan yang dipelihara oleh masyarakat yang dalam waktu tertentu dilaksanakan peribadatan oleh umat Hindu.
  2. Masyarakat menjadi pemandu wisata alam untuk kegiatan trekking dan jasa foto, serta menjaga kawasan.
  3. Kayu Pala (Dipterocarpus hasseltii) yang rebah alami dibersihan dari kawasan dan digunakan masyarakat untuk kelengkapan bangunan suci/pura. Selain itu, buah Pala (Dipterocarpus hasseltii) juga digunakan untuk upacara/peribadatan.

Topografi[sunting | sunting sumber]

Keadaan topografi kawasan sebagian besar datar dan di bagian barat kawasan topografi kawasan dari landai sampai sangat curam khususnya bagian tebing yang berbatasan dengan sungai. Sedangkan ketinggian kawasan dari 187,5 mdpl sampai dengan 262,5 mdpl.

Tanah dan Geologi[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan Peta Jenis Tanah Provinsi Bali Tahun 2009, jenis tanah di kawasan TWA Sangeh adalah Latosol Coklat Kekuningan.

Jenis tanah ini juga salah satu yang terdapat di Indonesia yang terbentuk dari pelapukan batuan sedimen dan metamorf. Perkembangan horizon tanah Latosol berlangsung lambat sampai sedang. Hal ini karena sebagian besar berada didaerah yang lembab.

Ciri-ciri dari tanah latosol adalah warnanya yang merah hingga kuning, teksturnya lempung dan memiliki solum horizon. Persebaran tanah litosol ini berada di daerah yang memiliki curah hujan tinggi dan kelembapan yang tinggi pula serta pada ketinggian berkisar pada 300-1000 meter dari permukaan laut. Tanah latosol tidak terlalu subur karena mengandung zat besi dan alumunium.

Unsur hara yang dikandungnya berubah-ubah dari sedang sampai tinggi. Tapi jenis tanah ini mampu menyerap air dengan baik sehingga bisa menahan erosi. Tanaman yang cocok adalah tebu, coklat, tembakau, pala dan panili. Jenis tanah ini tersebar di Sumatra, Jawa, Bali dan Sulawesi.

Berdasarkan Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Pulau Bali (Gambar 1.7.), zona kerentanan gerakan tanah, kawasan TWA Sangeh termasuk ke dalam zona kerentanan gerakan tanah sangat rendah dan zona kerentanan gerakan tanah rendah.

Secara umum geologi di kawasan TWA Sangeh berdasarkan Peta Geologi Lembar Bali, Nusatenggara Tahun 1998, terdiri dari batuan gunungapi kelompok buyanbratan dan batur, terutama tuf dan lahar.

Kawasan TWA Danau Buyan-Danau Tamblingan berdasarkan letak geografis berada di antara 8°28’42,29”LS - 8°28’54,52”LS dan 115°12’14,36”BT - 115º12’32,93”BT.

Tipe Iklim[sunting | sunting sumber]

Macaca fascicularis

Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar, menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, kawasan TWA Sangeh termasuk ke dalam A (Sangat Basah) dengan rata-rata curah hujan sekitar 2471 mm/tahun serta memiliki kelembaban sekitar 56 - 85% dan Temperatur bulanan kawasan suhu sekitar 27 °C.

Flora[sunting | sunting sumber]

Jenis flora yang mendominasi di TWA Sangeh adalah tegakan Pala (Dipterocarpus trinervis). Jenis flora lain yang bisa ditemukan di kawasan ini di antaranya Beringin (Ficus sp.), Nyamplung/Camplung (Callophyllum inophyllum), Mundeh (Garcinia celebica), Basa-Basa (Clausena anisata), Udu (Litsea sp.), Julut (Litsea glutinosa), Cempaka Kuning (Miche/ia champaca), Cempaka (Michelia alba), Juwet (Syzygiun cumim), Anggrek (Eria sp.), Buni (Antidesma bunius), Mahoni (Swietenia macrophylla), Majegau (Dysoxylum densiflorum), Pule (Alstonia scholaris), Lempeni (Ardesia humilis), Keruwak (lpomoea alba), Bergiding (Hiptage benghalensis), Purnajiwa (Euchresta horsfieldii), Brun Pron (Anamirta cocculus), Saga/Wengkal (Adenanthera pavonina), Kewaluh (Corymborchis veratrifolia), Peji (Pinanga coronata), Peradangan (Piper caninum), Teket bukal (Zyzyphus horsfielddii), dll.

Fauna[sunting | sunting sumber]

Rhipidura javanica

Jenis satwa liar yang mendominasi di TWA Sangeh adalah Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) dengan populasi ± 600 ekor yang terbagi menjadi 3 kelompok. Satwa liar lainnya yang dapat dijumpai di dalam kawasan maupun di sekitar kawasan beberapa di antaranya:

1) Aves:

Kipasan (Rhipidura javanica), Tekukur (Streptopelia chinensis), Elang Bondol (Haliastur indus), Kepodang (Oriulus chinensis), Kutilang (Pycnonotus aurigaster), Perkutut (Geopelia striata), Alap-Alap (Accipiter badius) Burung-madu Kelapa (Anthreptes ma/acensis), Gagak (Corvus enca), Bangau Sendang-lawe (Ciconia episcopus), Kuntul Kecil (Egretta garzetta), Kuntul Perak (Egretta intermedia), Elang Ular Bido (Spilornis cheela), Jalak suren (Sturnus contra), Jalak Putih (Sturnus melanopterus), Puyuh (Turnix suscitator), dll.

2) Mamalia:

Musang (Paradoxurus hermaphroditus), Tupai kekes (Tupaia javanica), Kucing hutan (Felis bengalensis), Kelelelawar (Pteropus edulis), dll.

3) Reptilia:

Tokek (Gecko gecko), Kadal (Mabouya multifasciata), dll.

4) lnsecta:

Kupu-Kupu (Ordo Lepidoptera), dll

5) Amphibia:

Kodok (Bufo sp.), dll.