Taman Wisata Alam Gunung Batur Bukit Payang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Taman Wisata Alam Gunung Batur Bukit Payang
Peta memperlihatkan letak Taman Wisata Alam Gunung Batur Bukit Payang
Peta memperlihatkan letak Taman Wisata Alam Gunung Batur Bukit Payang
'TWA Gunung Batur Bukit Payang
LetakBangli, Bali, Indonesia
Koordinat8°14′30.14″S 115°22′45.54″E / 8.2417056°S 115.3793167°E / -8.2417056; 115.3793167Koordinat: 8°14′30.14″S 115°22′45.54″E / 8.2417056°S 115.3793167°E / -8.2417056; 115.3793167
Luas2.075 Ha
Didirikan2000
Pihak pengelolaBalai KSDA Bali

Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Batur Bukit Payang secara geografis terletak antara 8º13’30.92” s.d. 8º16’41.91” LS dan 115º20’30.31” s.d. 115º24’2.09” BT. Secara administratif kawasan TWA Gunung Batur Bukit Payang terletak di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Propinsi Bali, dan berbatasan dengan:

- Utara : Desa Songan A dan Hutan Produksi Terbatas

- Timur : Danau Batur, Desa Batur Tengah

- Selatan : Desa Kedisan, Desa Batur Selatan

- Barat : Desa Kintamani, Batur Utara

Sejarah[sunting | sunting sumber]

  1. Berdasarkan Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda sesuai Staatsblad Nomor 28 Sub A.a.4 tanggal 29 Mei 1927 ditunjuk Komplek Hutan Gunung Batur Bukit Payang sebagai Kawasan Konservasi.
  2. Pada 9 Agustus 1933, dilakukan penataan batas sesuai Grensrregeling Proces Verbaal, serta disahkan pada tanggal 19 Maret 1934.
  3. Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 821/Kpts/Um/11/1982 tanggal 10 Nopember tentang Penunjukan Areal Hutan di Wilayah Provinsi Dati I Bali seluas 125.513,8 Ha dan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor: 433/Kpts-II/1999, tanggal 15 Juli 1999, tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Bali seluas 130.686,01 Ha, Kelompok Hutan Gunung Batur-Bukit Payang (RTK.7) ditunjuk dengan fungsi Kawasan Hutan Produksi Terbatas dan Kawasan Taman Wisata Alam.
  4. Penataan batas fungsi sesuai Berita Acara Pemeriksaan Batas Fungsi Kawasan Hutan Gunung Batur-Bukit Payang (RTK.7), wilayah Kabupaten Dati II Bangli, Provinsi Dati I Bali, tanggal 31 Maret 1994, diketahui Kawasan Taman Wisata Alam seluas 2.075 Ha dan Kawasan Hutan Produksi Terbatas seluas 453 Ha.
  5. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 355/Kpts-II/1987 tanggal 7 November 1987 tentang Penetapan Kelompok Hutan Gunung Batur-Bukit Payang (RTK.7) seluas 453 Ha di kabupaten Dati II Bangli, Propinsi Dati I Bali perlu digabungkan dengan Kawasan Taman Wisata Alam seluas 2.075 Ha menjadi satu kesatuan dalam Kelompok Hutan Gunung Batur-Bukit Payang (RTK.7).
  6. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: SK.204/MenhutII/2014 tanggal 3 Maret 2014 tentang Penetapan Kelompok Hutan Gunung Batur-Bukit Payang (RTK.7) Seluas 2.528 (Dua Ribu Lima Ratus Dua Puluh Delapan) Hektar Dengan Fungsi Kawasan Taman Wisata Alam Seluas 2.075 (Dua Ribu Tujuh Puluh Lima) Hektar dan Kawasan Hutan Produksi Terbatas Seluas 453 (Empat Ratus Lima Puluh Tiga) Hektar, Yang Terletak di Kabupaten Bangli, Provinsi Bali.

Nilai Konservasi[sunting | sunting sumber]

  • Kawasan yang mempunyai daya tarik bentang alam ekosistem pegunungan yang berupa formasi geologi batuan vulkanik bekas letusan Gunung Batur Purba (geosite), dan termasuk bagian Batur UNESCO Global Geopark.
  • Gunung Batur mempunyai daya tarik gejala alam berupa salah satu gunung api yang masih aktif di Pulau Bali.
  • Gunung Batur menjadi salah satu tujuan kegiatan pendakian.
  • Sumber air panas alami.

Topografi[sunting | sunting sumber]

Kawasan TWA Gunung Batur Bukit Payang berada pada ketinggian ±1.044 m dpl sampai dengan ±1.717 m dpl dengan kelerengan landai sampai dengan sangat curam.

Tanah dan Geologi[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan Peta Jenis Tanah Provinsi Bali Tahun 2009 (Gambar 1.6.), jenis tanah di kawasan TWA Gunung Batur Bukit Payang adalah Regosol Kelabu. Tanah regosol proses terbentuknya dari endapan abu vulkanis baru yang memiliki butir kasar. Ciri dari tanah regosol adalah berbutir kasar, berwarna kelabu sampai kuning, dan bahan organik rendah. Sifat tanah yang demikian membuat tanah tidak dapat menampung air dan mineral yang dibutuhkan tanaman dengan baik.

Dengan kandungan bahan organik yang sedikit dan kurang subur, regosol lebih banyak dimanfaatkan untuk tanaman palawija, tembakau, dan buah-buahan yang juga tidak terlalu banyak membutuhkan air. Penyebaran terutama pada daerah lereng gunung api. Tanah ini banyak terdapat di daerah Sumatera bagian timur dan barat, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.

Berdasarkan Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Pulau Bali (Gambar 1.7), zona kerentanan gerakan tanah, kawasan TWA Gunung Batur Bukit Payang termasuk ke dalam zona kerentanan gerakan tanah rendah, menengah dan tinggi. Pada kaldera batur formasi geologi terdiri dari formasi geologi Batuan Gunung api Batur yang mengandung aglomerat, lava, dan tufa.Sedangkan berdasarkan Peta Geologi Kaldera Batur Tahun 1992 (Gambar 1.4 dan 1.5), geologi di kawasan ini terbagi atas :

  • BPj : Endapan Jatuhan Piroklastika Batur

Skoria andesitik abu-abu kehitaman, vesikuler, ukuran abu sampai bom, mengandung olivin, miskin fragmen litik; struktur lapisan menonjol adalah perlapisan bersusun. Tebal 0.1–2 m.

  • L974 : Leleran Lava 1974

Leleren hitam berstruktur aa dan pasta gigi berupa andesit basaltik, abu-abu kehitaman, sangat vesikuler, mengandung plagioklas, klinopiroksin, hipersten dan olivin dalam masa dasar gelasan. Tebal 2–5 m.

  • L968 : Leleran Lava 1968

Andesit basaltik abu-abu kehitaman, sangat vesikuler, mengandung 30 persen fenokris halus plagioklas, olivine and piroksin. Tebal 3–6 m.

  • L963 : Leleran Lava 1963

Leleran lava tersebar ke tiga arah, berupa andesit basaltik, sangat vesikuler, abu-abu kehitaman sampai abu-abu, mengandung 35 persen fenokris terutama plagioklas dengan banyak inklusi gelas, sedangkan olivin dan piroksin umumnya berbutir halus (1 mm atau lebih kecil). Tebal 2–15 m.

  • L926 : Leleran Lava 1926

Andesit basaltik abu-abu kehitaman sampai abuabu, masif sampai vesikuler, mengandung fenokris 25-40 persen (<2>

  • L905 : Leleran Lava 1905

Sebaran lava sangat luas berupa basal abu-abu, vesikuler, mengandung agak dominan hipersten berstruktur glomeroporfirtik dengan plagioklas dan olivin. Tebal 2–8 m.

  • L904 : Leleran Lava 1904

Lava aa dengan permukaan leleran berbongkah, terdiri atas basal vesikuler abu-abu, mengandung 35 persen fenokris (<2mm> dengan inklusi apatit dan augit sebagai mikrofenokris). Tebal 2–4 m.

  • L888 : Leleran Lava 1888

Andesit basaltik, abu-abu sampai abu-abu kehitaman, masif dan sebagian vesikuler dengan bentuk permukaannya tidak teratur dan skoriaan, mengandung 35 persen plagioklas (<2mm>)

  • L849 : Leleran Lava 1849

Bagian permukaan lelerannya skoriaan, berupa andesit basaltik, abu-abu kehitaman, mengandung banyak olivin dan sedikit augit. Plagioklas berjumlah 40 persen mengandung banyak inklusi gelas terutama di bagian pusatnya. Tebal 4-8m.

  • Pyl : Lava Payang

Lava Payang merupakan kubah lainnya yang terjadi di kawah Gunung Payang, terdiri atas lava andesit abu-abu keunguan, miskin fenokris dalam masadasar mikrokristalin. Fenokris plagioklas dan augit berbutir halus tersebar sedikit di antara masadasar. Garis tengan kubah lk 200m.

  • Swm : Maar Sampeanwani

Kelompok beberapa kawah di dalam kaldera dalam bentuk maar, umumnya hancur oleh leleran lava Gunung Batur, dan tererosi oleh air permukaan; banyak kawahnya terbuka. Batuannya terdiri atas tefra berasal dari magma dan batuan samping, berlapik baik, abu-abu kehitaman sampai coklat kekuningan, ukuran abu dan lipili, dan tersebar bongkah-bongkah berkomposisi andesit dan dasit dengan garis tengah 5–40 cm.

  • L921 : Leleran Lava 1921

Andesit basaltik abu-abu kehitaman sampai abuabu, sangat vesikuler, mengandung fenokris lk 40 persen terdiri atas plagioklas dengan banyakinklusi gelas, olivin dan banyak augit berbutir halus, sedangkan hipersten langka; banyak butiran halus oksida besi. Tebal 3–6 m.

  • Aks: Kerucut Sinder Gunung Anti

Kelompok kerucut sinder, terdiri atas bom dan lapili andesit basaltik sampai basal, tidak terlaskan, sangat skoriaan, mengandung sedikit olivin dalam masadasar gelas sangat vesikuler; struktur perlapisan dan perlapisan bersusun tersingkap baik. Pada umumnya tubuhnya rusak oleh leleran lava Gunung Batur.

  • Bri : Ignimbrit Batur

Bagian atas satuan tidak terlaskan terdiri atas batu apung putih kapur, merah muda dan merah hingga ungu kemerahan; bagian tengah terlaskan kuat terdiri atas ignimbrit abu-abu hingga coklat kemerahan; dan bagian bawahnya adalah endapan jatuhan tak terlaskan. Pada bagian tengah tersusun sekurang-kurangnya lima subsatuan aliran, yang dipisahkan oleh lapisan tipis (15–40 cm) endapan jatuhan terlaskan, berkomposisi ignimbrit terlaskan sempurna, hitam sampai coklat kemerahan, miskin fenokris (5-10 persen) dengan masa dasar gelas yang memperlihatkan tekstur aliran di antara berbagai ukuran butiran litik dan fenokris. Tebal 20-200m.

  • Ls : Lava Songan

Tidak tercatat erupsinya, terdiri atas andesit basaltik, umumnya porfiritik, abu-abu, vesikuler mengandung olivin 4 persen dan sedikit augit. Plagioklas (<2>gelas. Tebal 3–9 m.

DAS/Sub DAS[sunting | sunting sumber]

Pinus merkusii

Dalam sistem Daerah Aliran Sungai (DAS), kawasan TWA ini termasuk ke dalam SWP DAS Blingkang Anyar, dengan hulu di Gunung Batur. Berdasarkan pengelolaannya, termasuk ke dalam wilayah kerja Resort KSDA TWA Gunung Batur Bukit Payang, KPHK Kintamani, Seksi Konservasi Wilayah II, Balai KSDA Bali

Tipe Iklim[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar, menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, kawasan Kecamatan Kintamani termasuk ke dalam tiga klasifikasi, yaitu agak B (Basah), C (Agak Basah) dan D (Sedang) dengan rata-rata curah hujan sekitar 1489 mm/tahun serta memiliki kelembaban sekitar 75 - 90% dan Temperatur bulanan kawasan suhu sekitar 20 - 30 °C.

Flora[sunting | sunting sumber]

  • Tingkat pohon: Ampupu (Eucaliyptus urophylla), Pinus (Pinus merkusii), Cemara gunung (Casuarina junghuhniana), dll.
  • Tingkat pancang : Sonokeling (Dalbergia latifolia), Ampupu (Eucaliyptus urophylla), Pinus (Pinus merkusii), Seming (Pometia sp.), dll.
  • Tingkat semai : Pinus (Pinus merkusii), Kacing landa, Kerasi (Lantana camara), Pepaya hutan, Ketiblun, Kayu sinduk, Kayu padi, Kayu tulak (Schefflera sp.), dll.
  • Tumbuhan bawah: Padang Bagas, Kasua, Paku, Kesimbukan, Gelagah, dll.

Fauna[sunting | sunting sumber]

Badai Jawa (Lonchura leucogastroides)

Alap-alap (Falco moluccensis), Ayam hutan merah (Gallus gallus), Beluk ketupa (Ketupa ketupu), Bentet kelabu (Lanius schach), Bandai jawa (Lonchura leucogastroides), Bandai peking (Lonchura punctulata), Gereja (Passer montanus), Cabai jawa (Oicaeum trochileum), Cabak kota (Caprimulgus affinis), Caladi ulam (Oendrocopos macei), Cekakak sungai (Todiramphus chloris), Cerukcuk (Pycnonotus goiavier), Cica kopi melayu (Pomatorhinus montanus), Tepus pipi perak (Stachyris melanotorax), Cica koreng jawa (Megalurus palustris), Perenjak jawa (Prinia familiaris), Cipoh kacat (Aegithina tiphia), Decu belang (Saxicola torquata), Meninting besar (Enicurus leschenaulti), Elang bido (Spilornis cheela), Elang berontok (Nisaetus cirrhatus), Gelatik batu (Parus major), Gemak loreng (Turnix suscitator), Gemak tegalan (Turnix sylvatica), lsap madu (Lichmera limbata), Jingjing batu (Hemipus hirudinaceus), Kacamata biasa (Zosterops palpebrosus), Kepodang (Oriolus chinensis), Layang layang api (Hirundo rustica), Madu sriganti (Nectarinia jugularis), Punai gading (Treron vernans), Tekukur (Streptopellia chinensis), Sikatan bodoh (Ficedula westermanni), Takur (Megalaima sp.), Walet sapi (Collocalia esculenta), Wiwik uncuing (Cuculus sepulcralis).