Uji manik

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Uji manik atau uji mutiara merupakan prosedur analisis anorganik kualitatif tradisional yang bertujuan untuk menguji keberadaan logam tertentu. Uji manik yang tertua adalah uji manik boraks atau uji blister, yang diperkenalkan oleh Jons Jakob Berzelius pada tahun 1812.[1] Setelah itu, garam lain digunakan sebagai alternatif, seperti natrium karbonat atau natrium fluorida. Sesuai namanya, uji manik boraks menggunakan boraks sebagai bahan utamanya.

Manik boraks[sunting | sunting sumber]

Lingkaran kecil dibuat di ujung kawat platina atau nikrom dan dipanaskan dalam nyala api Bunsen hingga berwarna merah menyala. Kawat yang terbuat dari bahan inert lain seperti kawat magnesia (MgO) juga dapat digunakan. Kawat kemudian dicelupkan ke dalam bubuk boraks dan ditempatkan di bagian terpanas api di mana boraks akan membengkak karena kehilangan air hablur dan kemudian menyusut, membentuk manik kaca transparan yang tidak berwarna (campuran natrium metaborat dan borat anhidrida).

Manik dibiarkan mendingin lalu dicelupkan ke dalam sampel untuk diuji, sambil diatur agar sampel yang menempel pada manik tidak terlalu banyak. Jika sampel yang melekat terlalu banyak, manik akan menjadi gelap dan buram. Manik dan zat yang menempel kemudian dipanaskan di bagian bawah, di bagian api reduksi, lalu dibiarkan dingin, dan warnanya diamati. Manik lalu dipanaskan di api oksidasi, didinginkan, dan warnanya diamati lagi.[2]

Manik-manik yang berwarna khas dihasilkan dari garam-garam tembaga, besi, kromium, mangan, kobalt, dan nikel. Setelah pengujian, manik dibuang dengan dipanaskan hingga titik lelehnya, lalu dicelupkan ke dalam wadah berisi air.

Logam[3] Api oksidasi Api reduksi[4]
Aluminum tak berwarna (panas dan dingin), buram tak berwarna, buram
Antimon tak berwarna, kuning atau coklat (panas) abu-abu gelap
Barium tak berwarna
Besi kuning (panas dan dingin), gelap hijau botol, gelap
Bismut tak berwarna, kuning atau kecoklatan (panas) abu-abu gelap
Emas kuning-coklat (panas dan dingin), gelap abu-abu gelap
Germanium tak berwarna (panas dan dingin), gelap tak berwarna, gelap
Itrium tak berwarna (panas dan dingin), gelap tak berwarna, gelap
Kadmium tak berwarna abu-abu gelap
Kalsium tak berwarna
Kobalt biru tua (panas dan dingin), gelap biru tua, gelap
Kromium hijau (panas dan dingin), gelap hijau gelap
Magnesium tak berwarna (panas dan dingin), gelap tak berwarna, gelap
Mangan merah muda (panas dan dingin), gelap tak berwarna, gelap
Molibdenum tak berwarna (panas dan dingin), gelap kuning-coklat, gelap
Neodimium tak berwarna (panas dan dingin), gelap tak berwarna, gelap
Nikel kuning-coklat (panas dan dingin), gelap abu-abu gelap
Perak tak berwarna (panas dan dingin), gelap abu-abu gelap
Platinum tak berwarna (panas dan dingin), gelap abu-abu gelap
Praseodimium tak berwarna (panas dan dingin), gelap tak berwarna, gelap
Serium merah (panas) tak berwarna (panas dan dingin)
Silikon tak berwarna (panas dan dingin), gelap tak berwarna, gelap
Stronsium tak berwarna (panas dan dingin), gelap tak berwarna, gelap
Tembaga biru langit (panas dan dingin), gelap merah gelap
Timah tak berwarna (panas dan dingin), gelap tak berwarna, gelap
Titanium tak berwarna (panas dan dingin), gelap kuning, gelap (panas) ungu (dingin)
Torium tak berwarna (panas dan dingin), gelap tak berwarna, gelap
Uranium kuning-coklat (panas dan dingin), gelap hijau gelap
Vanadium tak berwarna (panas dan dingin), gelap hijau gelap
Wolfram tak berwarna (panas dan dingin), gelap coklat, gelap

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Materials Handbook: A Concise Desktop Reference, François Cardarelli [1]
  2. ^ Vogel, Arthur I.; Svehla, G. (1979), Vogel's Textbook of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic Analysis (edisi ke-5th), London: Longman, ISBN 0-582-44367-9 
  3. ^ CRC Handbook of Chemistry and Physics. CRC Press. 1985. ISBN 0-8493-0466-0. 
  4. ^ http://webmineral.com/help/BoraxBead.shtml