Levamisol

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Levamisol
Skeletal formula of levamisole
Ball-and-stick model of the levamisole molecule
Nama sistematis (IUPAC)
(S)-6-Fenil-2,3,5,6-tetrahidroimidazo[2,1-b][1,3]tiazol
Data klinis
Nama dagang Obat Cacing No. 17 Kam Cek San
AHFS/Drugs.com Micromedex Detailed Consumer Information
MedlinePlus a697011
Kat. kehamilan ?
Status hukum ?
Rute Per oral
Data farmakokinetik
Metabolisme Hati
Waktu paruh 3–4 jam
Ekskresi Urine (70%)
Pengenal
Nomor CAS 14769-73-4 YaY
Kode ATC P02CE01 QP52AE01
PubChem CID 26879
Ligan IUPHAR 7210
DrugBank DB00848
ChemSpider 25037 YaY
UNII 2880D3468G YaY
KEGG D08114 YaY
ChEBI CHEBI:6432 N
ChEMBL CHEMBL1454 YaY
Data kimia
Rumus C11H12N2S 
Massa mol. 204.292 g/mol
SMILES eMolecules & PubChem
  • InChI=1S/C11H12N2S/c1-2-4-9(5-3-1)10-8-13-6-7-14-11(13)12-10/h1-5,10H,6-8H2/t10-/m1/s1 YaY
    Key:HLFSDGLLUJUHTE-SNVBAGLBSA-N YaY

Data fisik
Kepadatan 1.31 g/cm³

Levamisol termasuk dalam obat anthelmintik atau obat cacing yang efektif mengobati penyakit askariasis atau infeksi yang disebabkan oleh cacing gelang (Ascaris lumbricoides).[1][2][3][4] Obat levamisol juga bermanfaat sebagai obat terapi kanker, terutama kanker kolon (usus besar) dan bersifat sebagai imunomodulator.[5][6][7]

Efek samping penggunaan obat ini adalah mual, muntah, diare, sakit kepala, dan reaksi hipersensitivitas. Selain itu, levamisol juga dapat menyebabkan gangguan hematologi seperti agranulositosis, leukopenia, dan trombositopenia.[6][8][9]

Penggunaan[sunting | sunting sumber]

Penggunaan levamisol pertama kali sebagai derivat imidazotiazol adalah sebagai imunomodulator atau imunoterapi (terapi penyakit autoimun). Sejak tahun 1970, levamisol digunakan untuk terapi artritis reumatoid. Perawatan pasien kanker kolon menggunakan levamisol ini ditemukan oleh Dr. Charles Moetel pada tahun 1975, seorang ahli onkologi dari Amerika Serikat. Penelitian yang dilakukannya menunjukkan hasil kombinasi levamisol dan 5 florourasil (5-FU) dapat memperpanjang hidup pasien kanker kolon stadium 3. FDA (Food and Drug Administration) Amerika Serikat menyetujui penggunaan levamisol untuk terapi kanker kolon pada tahun 1990. Namun pada tahun 2000, obat ini ditarik dari pasaran Amerika Serikat dan tahun 2003 dari Kanada karena efek agranulositosisnya. Saat ini levamisol digunakan sebagai pengobatan anthelmintik di dunia kedokteran hewan. Beberapa negara masih menggunakan obat ini untuk dikonsumsi manusia sebagai obat anticacing.[7][10][11][12][13]

Di Amerika, levamisol digunakan sebagai bahan tambahan untuk kokain karena struktur fisiknya yang sangat mirip, dengan tujuan untuk menambah volume kokain yang diperdagangkan. Pertama kali dideteksi sebagai campuran kokain pada tahun 2001, kadarnya sebagai unsur tambahan hanya sekitar 1%. Lalu meningkat menjadi 10% pada tahun 2009 dengan total kokain yang mengandung levamisol yang masuk ke Amerika adalah 69% (data dari DEA). Di Inggris, levamisol ditemukan pada lebih dari 50% kokaina yang diperiksa di laboratorium. Dan pada tahun 2008 ditemukan levamisol sebagai campuran heroin.[14][15][16][17]

Sifat fisik dan kimia[sunting | sunting sumber]

Levamisol dengan struktur kimia C11H12N2S memiliki berat molekul 204,29 g/mol, titik lebur 264,5 °C, dan titik didihnya 344,4 °C. Densitasnya 1,3±0,1 gram/cm3, tekanan uapnya 0,0±0,8 mmHg pada suhu 25 °C, volume molarnya 154,1±7,0 cm3. Levamisol agak sulit larut dalam air, mudah larut dalam alkohol dan metil alkohol, tidak larut dalam eter, dan pH 5% larutan dalam air adalah 3-4,5. Obat ini stabil dalam bentuk padat selama 4 minggu dan dalam bentuk larutan (100 mg/ml dalam pelarut air dan pH 7) stabil selama 9 hari bila diletakkan di bawah temperatur normal.[4][7][18][19]

Farmakodinamika[sunting | sunting sumber]

Mekanisme kerja[sunting | sunting sumber]

Levamisol sebagai imunomodulator dan terapi untuk kanker kolon bekerja dengan cara meningkatkan fungsi kemotaksis dan proliferasi makrofag, monosit, dan limfosit T, merangsang pembentukan antibodi, dan meningkatkan jumlah sel pembunuh alami (natural killer cell atau sel NK). Selain itu, levamisol juga merangsang kemotaksis dan mobilitas neutrofil, meningkatkan regulasi reseptor, dan meningkatkan proses maturasi sel dendrit.[7][10][19][20][21]

Sebagai campuran kokain, mekanisme kerja levamisol belum diketahui dengan jelas. Diduga levamisol memberikan dampak potensiasi untuk efek asetilkolin nikotinik pada sistem saraf pusat, sehingga akan memperpanjang efek euforia kokain. Levamisol juga akan dimetabolisme menjadi aminoreks, yang merupakan substrat pengangkut serotonin, yang secara tidak langsung bekerja sebagai agonis serotonin.[19][22][23]

Levamisol bekerja sebagai antiparasit melalui aktivitas reseptor asetilkolin nikotinik subtipe-L pada otot nematoda. Hal ini akan menyebabkan penurunan kemampuan cacing jantan untuk mengontrol otot-otot reproduksinya dan membatasi kemampuan untuk kopulasi. Cacing ini kemudian akan dikeluarkan melalui mekanisme gerakan peristaltik usus dalam 24 jam.[7][8][13][19]

Interaksi dengan obat/zat lain[sunting | sunting sumber]

Pemberian levamisol tidak disarankan bersamaan dengan alkohol, antikoagulan seperti warfarin, dan fenitoin karena dapat menyebabkan peningkatan risiko efek samping seperti mual, muntah, dan pusing.[24][25] Penggunaan levamisol bersamaan dengan obat penghambat faktor nekrosis tumor (tumor necrosis factor atau TNF) akan meningkatkan risiko infeksi,[26] bersamaan dengan antipsikotik seperti clozapin akan menurunkan jumlah sel darah putih,[27] bersamaan dengan vaksin campak,[28] vaksin bcg,[29] vaksin influenza,[30] vaksin virus parotitis,[31] vaksin polio,[32] vaksin rotavirus,[33] vaksin rubela,[34] vaksin cacar (variola),[35] vaksin untuk penyakit tifoid,[36] vaksin cacar air (varisela)[37] vaksin demam kuning,[38] dan vaksin herpes zooster,[39] akan menyebabkan infeksi akibat daya tahan tubuh yang menurun.[6]

Farmakokinetika[sunting | sunting sumber]

Levamisol diabsorbsi dengan cepat dari saluran pencernaan (sekitar 2 jam). Konsentrasi plasma maksimumnya akan dicapai setelah dikonsumsi 1,5-2 jam. Levamisol dimetabolisme di hati dalam bentuk metabolit aktif dan inaktif, dengan waktu paruh 4,4-5,6 jam yang bersifat bifasik. Hanya 3,2 ± 2,9% dari dosis oral levamisol yang dieksresikan ke dalam urine sebagai metabolit p-hidroksilevamisol dan feses. Konsentrasi p-hidroksilevamisol yang dihitung sebelum dan setelah hidrolisis urine dengan β-glukoronidase, kemudian ditentukan tingkat konjugasi metabolitnya dengan asam glukoronat. Angka kumulatif pemulihan metabolit sebelum dan setelah hidrolisis masing-masing sebesar 1,6±1,1% dan 12,4±5,5%. Hal ini menunjukkan bahwa p-hidroksilevamisol merupakan jalur metabolisme yang penting untuk obat ini.[4][7][13][17][19][40]

Efek Samping[sunting | sunting sumber]

Pemakaian levamisol menimbulkan efek samping antara lain reaksi alergi, demam, mual, muntah, nyeri di mulut atau bibir, hilang nafsu makan, diare, sakit kepala, nyeri otot, dan nyeri punggung. Efek samping yang serius adalah leukopenia, agranulositosis, dan trombositopenia. Agranulositosis akibat levamisol merupakan reaksi hipersensitivitas tipe II (klasifikasi Coombs). Ketiga gangguan hematologi ini bersifat sementara dan sembuh spontan saat pengobatan dihentikan, tetapi akan menetap dan memburuk bila tetap mengkonsumsi levamisol. Levamisol juga menyebabkan gangguan dermatologi berupa kebotakan, pruritus (gatal-gatal), dan urtikaria.[5][9][41][42][43]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Cacing Gelang (Ascaris) | PIO Nas". pionas.pom.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-02-07. Diakses tanggal 14 Desember 2019. 
  2. ^ "ASKAMEX 25 MG 4 TABLET - Kegunaan, Efek Samping, Dosis dan Aturan Pakai". halodoc. Diakses tanggal 14 Desember 2019. 
  3. ^ "Ini Daftar Obat Cacing Untuk Anak yang Aman Dikonsumsi". Alodokter. 16 April 2017. Diakses tanggal 16 Desember 2019. 
  4. ^ a b c "Levamisol | Kandungan, Indikasi, Efek Samping, Dosis, Obat Apa". Farmasi-id.com. 8 Juli 2019. Diakses tanggal 24 Maret 2020. 
  5. ^ a b "Levamisole | Fungsi, Cara Pemakaian, Dosis, Efek Samping". SehatQ. Diakses tanggal 16 Desember 2019. 
  6. ^ a b c "Levamisole Advanced Patient Information". Drugs.com. Diakses tanggal 24 Maret 2020. 
  7. ^ a b c d e f "Levamisole". www.drugbank.ca. Diakses tanggal 24 Maret 2020. 
  8. ^ a b "Levamisole Pharmacology & Usage Details | Medicine India". www.medicineindia.org. Diakses tanggal 24 Maret 2020. 
  9. ^ a b "LEVAMISOLE - ORAL (Ergamisol) side effects, medical uses, and drug interactions". MedicineNet. Diakses tanggal 24 Maret 2020. 
  10. ^ a b Lee, Kachiu C.; Ladizinski, Barry; Federman, Daniel G. (Juni 2012). "Complications Associated With Use of Levamisole-Contaminated Cocaine: An Emerging Public Health Challenge". Mayo Clinic Proceedings. 87 (6): 581–586. doi:10.1016/j.mayocp.2012.03.010. ISSN 0025-6196. PMC 3498128alt=Dapat diakses gratis. PMID 22677078. 
  11. ^ "Kanker Usus". Mengenal Kanker. Diakses tanggal 16 Desember 2019. 
  12. ^ Sany, J. (Juli 1970). "Immunological treatment of rheumatoid arthritis". Clinical and Experimental Rheumatology. 8 Suppl 5: 81–88. ISSN 0392-856X. PMID 2245532. 
  13. ^ a b c "WHO Model Prescribing Information: Drugs Used in Parasitic Diseases - Second Edition: Helminths: Intestinal nematode infection: Levamisole". apps.who.int. Diakses tanggal 24 Maret 2020. 
  14. ^ Centers for Disease Control and Prevention (CDC) (18 Desember 2009). "Agranulocytosis associated with cocaine use - four States, March 2008-November 2009". MMWR. Morbidity and mortality weekly report. 58 (49): 1381–1385. ISSN 1545-861X. PMID 20019655. 
  15. ^ Schneider, Serge; Meys, François (10 Oktober 2011). "Analysis of illicit cocaine and heroin samples seized in Luxembourg from 2005-2010". Forensic Science International. 212 (1-3): 242–246. doi:10.1016/j.forsciint.2011.06.027. ISSN 1872-6283. PMID 21767923. 
  16. ^ "Impact of Drugs on Society - National Drug Threat Assessment 2010 (UNCLASSIFIED)". www.justice.gov. Diakses tanggal 24 Maret 2020. 
  17. ^ a b "Cocaine Adulterated with Levamisole on the Rise". www.erowid.org. Diakses tanggal 24 Maret 2020. 
  18. ^ "Levamisole | C11H12N2S | ChemSpider". www.chemspider.com. Diakses tanggal 24 Maret 2020. 
  19. ^ a b c d e "Levamisole". pubchem.ncbi.nlm.nih.gov. Diakses tanggal 24 Maret 2020. 
  20. ^ Stein, A. N.; Díez, R. A.; Sen, L.; Estévez, M. E. (Maret 1985). "Chemotactic function of polymorphonuclear leukocytes from patients with recurrent infections: partial correction by levamisole "in vitro"". Allergologia Et Immunopathologia. 13 (2): 127–134. ISSN 0301-0546. PMID 4003229. 
  21. ^ "NCI Drug Dictionary". National Cancer Institute. 2 Februari 2011. Diakses tanggal 24 Maret 2020. 
  22. ^ Bertol, Elisabetta; Mari, Francesco; Milia, Maria Grazia Di; Politi, Lucia; Furlanetto, Sandra; Karch, Steven B. (15 Juli 2011). "Determination of aminorex in human urine samples by GC-MS after use of levamisole". Journal of Pharmaceutical and Biomedical Analysis. 55 (5): 1186–1189. doi:10.1016/j.jpba.2011.03.039. ISSN 1873-264X. PMID 21531521. 
  23. ^ Martin, R. J.; Verma, S.; Levandoski, M.; Clark, C. L.; Qian, H.; Stewart, M.; Robertson, A. P. (2005). "Drug resistance and neurotransmitter receptors of nematodes: recent studies on the mode of action of levamisole". Parasitology. 131 Suppl: S71–84. doi:10.1017/S0031182005008668. ISSN 0031-1820. PMID 16569294. 
  24. ^ "Pencarian Interaksi Obat | PIO Nas". ioni.pom.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-03-17. Diakses tanggal 16 Desember 2019. 
  25. ^ "Pencarian Interaksi Obat | PIO Nas". ioni.pom.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-03-17. Diakses tanggal 16 Desember 2019. 
  26. ^ "Adalimumab and levamisole Drug Interactions". Drugs.com. Diakses tanggal 24 Maret 2020. 
  27. ^ "Clozapine and levamisole Drug Interactions". Drugs.com. Diakses tanggal 24 Maret 2020. 
  28. ^ "Levamisole and measles virus vaccine Drug Interactions". Drugs.com. Diakses tanggal 24 Maret 2020. 
  29. ^ "Bcg vaccine and levamisole Drug Interactions". Drugs.com. Diakses tanggal 24 Maret 2020. 
  30. ^ "Influenza virus vaccine, h1n1, live and levamisole Drug Interactions". Drugs.com. Diakses tanggal 24 Maret 2020. 
  31. ^ "Levamisole and mumps virus vaccine Drug Interactions". Drugs.com. Diakses tanggal 24 Maret 2020. 
  32. ^ "Levamisole and poliovirus vaccine, live, trivalent Drug Interactions". Drugs.com. Diakses tanggal 24 Maret 2020. 
  33. ^ "Levamisole and rotavirus vaccine Drug Interactions". Drugs.com. Diakses tanggal 24 Maret 2020. 
  34. ^ "Levamisole and rubella virus vaccine Drug Interactions". Drugs.com. Diakses tanggal 24 Maret 2020. 
  35. ^ "Levamisole and smallpox vaccine Drug Interactions". Drugs.com. Diakses tanggal 24 Maret 2020. 
  36. ^ "Levamisole and typhoid vaccine, live Drug Interactions". Drugs.com. Diakses tanggal 24 Maret 2020. 
  37. ^ "Levamisole and varicella virus vaccine Drug Interactions". Drugs.com. Diakses tanggal 24 Maret 2020. 
  38. ^ "Levamisole and yellow fever vaccine Drug Interactions". Drugs.com. Diakses tanggal 24 Maret 2020. 
  39. ^ "Levamisole and zoster vaccine live Drug Interactions". Drugs.com. Diakses tanggal 24 Maret 2020. 
  40. ^ Kouassi, E.; Caillé, G.; Léry, L.; Larivière, L.; Vézina, M. (1986). "Novel assay and pharmacokinetics of levamisole and p-hydroxylevamisole in human plasma and urine". Biopharmaceutics & Drug Disposition (dalam bahasa Inggris). 7 (1): 71–89. doi:10.1002/bdd.2510070110. ISSN 1099-081X. 
  41. ^ "Levamisole Side Effects: Common, Severe, Long Term". Drugs.com. Diakses tanggal 24 Maret 2020. 
  42. ^ "Levamisole - Kegunaan, Efek Samping, Ulasan, Komposisi, Interaksi, Peringatan, Substitusi, dan Dosis". Tabletwise. Diakses tanggal 7 Januari 2020. 
  43. ^ "Levamisole (Oral Route) Side Effects - Mayo Clinic". www.mayoclinic.org. Diakses tanggal 24 Maret 2020.