Jalan Utama Berunsur Delapan

Bagian dari seri tentang |
Agama Buddha |
---|
![]() |
|
Jalan Utama Berunsur Delapan (bahasa Pali: Ariya aṭṭhaṅgika magga; bahasa Sanskerta: Ārya 'ṣṭāṅga mārgaḥ) merupakan ajaran utama agama Buddha yang menjelaskan "Jalan" menuju lenyapnya Penderitaan (Dukkha) dan mencapai pencerahan. Jalan Utama Berunsur Delapan merupakan bagian keempat dari Empat Kebenaran Mulia. Bagian pertama dari Jalan Utama Berunsur Delapan adalah Pengertian Benar akan Empat Kebenaran Mulia yang juga dikenal sebagai "Jalan Tengah".
Pengertian[sunting | sunting sumber]
Berdasarkan Sutta-sutta dalam Tipitaka, Jalan Utama Berunsur Delapan ditemukan kembali oleh Siddharta Gautama dalam upayanya mencapai pencerahan. Sutta menggambarkannya sebagai sebuah jalan tua yang dilalui dan diteladani olah para buddha sebelumnya. Jalan Utama Berunsur Delapan membantu pemeluk agama Buddha menuju ke kehidupan yang mulia.
“ | Maggānaṭṭhaṅgiko seṭṭho, saccānaṁ caturo padā; virāgo seṭṭho dhammānaṁ, dvipadānañca cakkhumā. (Di antara semua jalan, maka "Jalan Utama Berunsur Delapan" adalah yang terbaik; di antara semua kebenaran, maka "Empat Kebenaran Mulia" adalah yang terbaik.)
Etañhi tumhe paṭipannā, dukkhassantaṁ karissatha; akkhāto vo‚ mayā maggo, aññāya sallakantanaṁ. (Dengan mengikuti jalan ini, engkau dapat mengakhiri penderitaan. Dan jalan ini pula yang kutunjukkan setelah aku mengetahui bagaimana cara mencabut duri-duri (kekotoran batin).)
|
” |
— Dhammapada 273-276, [1][2] |
Tiga Kelompok[sunting | sunting sumber]
Jalan Utama Berunsur Delapan sering kali dibagi menjadi tiga bagian:
- Pengertian Benar (sammā-ditthi)
- Pikiran Benar (sammā-sankappa)
- Ucapan Benar (sammā-vācā)
- Perbuatan Benar (sammā-kammanta)
- Mata Pencaharian Benar (sammā-ajiva)
- Konsentrasi (Pali: Samādhi)
- Daya-upaya Benar (sammā-vāyāma)
- Perhatian Benar (sammā-sati)
- Konsentrasi Benar (sammā-samādhi)
Kedelapan unsur tersebut menyandang kata Benar yang diterjemahkan dari kata sammā (Pali) atau samyañc (bahasa Sanskerta). Kata-kata lain seperti sempurna (perfect) atau sesuai (ideal)[3]
“ | Ariyena nu kho, ayye, aṭṭhaṅgikena maggena tayo khandhā saṅgahitā udāhu tīhi khandhehi ariyo aṭṭhaṅgiko maggo saṅgahito ti? (Bhante, apakah tiga kelompok dimasukkan oleh jalan mulia berunsur delapan, atau jalan mulia berunsur delapan dimasukkan oleh tiga kelompok?)
|
” |
— Culavedalla Sutta, [4][5] |
Kebijaksanaan (Pañña)[sunting | sunting sumber]
Pengertian Benar[sunting | sunting sumber]
Pengertian Benar (sammā-ditthi) yang merupakan kunci utama agama Buddha, Tipitaka menjelaskan [6]
“ | Katamā ca, bhikkhave, sammādiṭṭhi? (Dan apakah, para bhikkhu, pandangan benar?)
|
” |
— Magga-vibhanga Sutta, [7] |
Pengertian Benar mencakup pengetahuan tentang:
- Empat Kebenaran Mulia (Cattari Ariya Saccani)
- Tiga Corak Umum (Tilakkhana)
- Hukum Sebab-musabab (Paticcasamuppada)
- Hukum Kamma
Bhikkhu Sariputta menjelaskan lebih lanjut mengenai "Pengertian Benar" dalam Sammaditthi Sutta (Pali:Sammādiṭṭhi Sutta), di mana dijelaskan pula bahwa pengertian benar dapat dicapai melalui pengertian yang lebih mendalam akan kebijakan dan ketidak-bijakan, empat jenis makanan (cattaro ahara), dua belas nidana atau tiga noda (asava). "Pengertian Salah" timbul karena ketidaktahuan (avijja), yang merupakan penyebab dari pemikiran salah, ucapan salah, perbuatan salah, pencaharian salah, daya-upaya salah, perhatian salah, dan konsentrasi salah. Praktisi (penganut agama Buddha) harus menggunakan daya-upaya benar untuk meninggalkan pengertian salah dan mempertahankan pengertian benar. Perhatian benar digunakan untuk senantiasa berada pada pengertian benar.
Pemikiran Benar[sunting | sunting sumber]
Pengertian Benar mengakibatkan Pemikiran Benar (sammä-sankappa). Karena itu, faktor kedua dari jalan utama ini, mempunyai dua tujuan:
- melenyapkan pikiran-pikiran jahat, dan ;
- mengembangkan pikiran-pikiran baik. Pikiran baik terdiri dari tiga bagian, yaitu:
- Nekkhamma; melepaskan diri dari kesenangan dunia dan sifat mementingkan diri sendiri yang berlawanan dengan kemelekatan, sifat mau menang sendiri.
- Abyapada; cinta kasih, itikad baik, atau kelemah-lembutan yang berlawanan dengan kebencian, itikad jahat, atau kemarahan.
- Avihimsa; tidak kejam atau kasih sayang, yang berlawanan dengan kekejaman atau kebengisan
Kemoralan (Sīla)[sunting | sunting sumber]
Ucapan Benar[sunting | sunting sumber]
Ucapan Benar (sammä-väcä) adalah berusaha menahan diri dari berbohong (musãvãdã), memfitnah (pisunãvãcã), berucap kasar / caci-maki (pharusavãcã), dan percakapan yang tidak bermanfaat / pergunjingan (samphappalãpã). Berikut syarat untuk sebuah ucapan dikategorikan sebagai ucapan benar.[8]
- Ucapan itu benar
- Ucapan itu beralasan
- Ucapan itu berfaedah
- Ucapan itu tepat pada waktunya
“ | Pangeran, demikian juga dengan ucapan atau kata-kata semacam itu yang diketahui oleh Tathagata bukan mewakili apa keadaannya tidaklah sesuai dengan kebenaran dan tidak berhubungan dengan kebaikan, ucapan mana adalah tidak disenangi dan tidak disetujui oleh orang-orang lain. Tathagata tidak mengatakan ucapan-ucapan semacam itu.
Ucapan Tathagata ketahui mewakili apa keadaannya, sesuai dengan realita, berhubungan dengan kebaikan, tetapi ucapan itu adalah tidak disenangi dan tidak disetujui oleh orang-orang lain, maka Tathagata tahu waktu yang tepat untuk menggunakan ucapan itu.
Ucapan yang diketahui oleh Sang Tathagata, mewakili keadaannya sesuai dengan realita, tetapi tidak berhubungan dengan kebaikan, ucapan ini disenangi dan disetujui oleh orang-orang lain; ucapan semacam itu tidak diucapkan oleh Sang Tathagata.
|
” |
— Abhayarajakumara Sutta, [9] |
Perbuatan Benar[sunting | sunting sumber]
Perbuatan Benar (sammā-kammanta) juga dapat diartikan sebagai "tindakan benar". Praktisi (dalam hal ini penganut agama Buddha) diharapkan untuk bertindak benar secara moral, tidak melakukan perbuatan yang dapat mencelakakan diri sendiri maupun orang lain. Tipitaka menjelaskan:
“ | Katamo ca, bhikkhave, sammākammanto? (Dan apakah , para bhikkhu, perbuatan benar?)
|
” |
— Magga-vibhanga Sutta, [7] |
Pencaharian Benar[sunting | sunting sumber]
Pencaharian Benar (sammā-ājīva) berarti bahwa praktisi (pengikut Agama Buddha) tidak sepatutnya berhubungan dengan usaha atau pekerjaan yang, secara langsung atau tidak langsung, melukai mahluk hidup lainnya. Tipitaka menjelaskan:[6]
“ | Katamo ca, bhikkhave, sammā-ājīvo? (Dan apakah, para bhikkhu, penghidupan benar?)
|
” |
— Magga-vibhanga Sutta, [7] |
Lima jenis bisnis yang seharusnya tidak dilakukan olah seorang umat awam:[10]
- Bisnis Senjata
- Bisnis Manusia
- Bisnis Daging
- Bisnis barang yang dapat menyebabkan lemahnya kesadaran
- Bisnis Racun
Konsentrasi (Samädhi)[sunting | sunting sumber]
Daya-upaya Benar[sunting | sunting sumber]
Daya-upaya Benar (sammā-vāyāma) juga dapat diartikan dengan "usaha benar". Untuk hal ini, praktisi (pengikut agama Buddha) harus berupaya keras untuk meninggalkan seluruh pikiran yang salah dan dapat merugikan, perkataan, dan perbuatan. Praktisi (penganut agama Buddha) sebaliknya harus berupaya keras untk meningkatkan apa yang baik dan berguna untuk diri mereka sendiri dan orang lain dalam pemikiran mereka, perkataan dan perbuatan, tanpa mengikut-sertakan pemikiran akan kesulitan atau kekhawatiran. Tipitaka menjelaskan:[6]
“ | Dan apakah, para bhikkhu, usaha benar?
|
” |
— Magga-vibhanga Sutta |
Keempat daya-upaya benar dimaksud di atas adalah:[11]
- Usaha melenyapkan kejahatan yang telah timbul,
- Usaha mencegah timbulnya kejahatan yang belum timbul,
- Usaha membangkitkan kebajikan yang belum timbul, dan
- Usaha mengembangkan kebajikan yang telah timbul.
Perhatian Benar[sunting | sunting sumber]
Perhatian Benar (sammā-sati), juga dapat diartikan sebagai "Ingatan Benar" atau "Kesadaran Benar". Dengan demikian penganut agama Buddha harus senantiasa menjaga pikiran-pikiran mereka terhadap fenomena yang memengaruhi tubuh dan pikiran. Mereka harus waspada dan berhati-hati supaya tidak bertindak laku atau berkata-kata karena kelalaian atau kecerobohan. Tipitaka menjelaskan hal ini demikian:[6]
“ | Dan apakah, para bhikkhu, perhatian benar?
|
” |
— Magga-vibhanga Sutta |
Konsentrasi Benar[sunting | sunting sumber]
Konsentrasi Benar (sammā-samādhi), seperti yang ditunjukkan dalam bahasa Pali, adalah melatih konsentrasi (samādhi). Dengan demikian seorang praktisi memusatkan pikiran kepada suatu objek pikiran hingga mencapai konsentrasi penuh dan masuk kedalam kondisi meditatif (Jhana). Biasanya, pelatihan samadhi dapat ditempuh melalui pengaturan pernapasan (anapanasati), melalui visualisasi benda (kasina), dan melalui pengulangan kalimat-kalimat tertentu. Samadhi dilakukan untuk menekan lima gangguan guna memasuki jhana. Jhana merupakan sebuah media guna pengembangan kebijaksanaan dengan menanamkan pengertian dan menggunakannya untuk menguji kesungguhan suatu fenomena dengan pengenalan langsung. Hal ini membantu mengurani kekotoran, merealisasikan dhamma dan, pada akhirnya, mencapai kesadaran diri. Selama berlatih konsentrasi benar, seorang praktisi harus memeriksa dan membuktikan pandangan benar mereka. Pada proses demikian, pengetahuan benar akan timbul, dan diikuti dengan pembebasan sesungguhnya. Tipitaka menjelaskan:[6]
“ | Dan apakah, para bhikkhu, konsentrasi benar?
|
” |
— Magga-vibhanga Sutta |
Konsentrasi Benar berarti pemusatan pikiran pada objek yang tepat sehingga batin mencapai keadaan yang lebih tinggi dan lebih dalam. Cara ini disebut dengan Samatha Bhavana. Empat Keadaan Batin yang Luhur:
- Cinta kasih (Metta)
- Welas asih (Karuna)
- Turut berbahagia (Mudita)
- Keseimbangan batin (Upekkha)
Dalam melakukan meditasi menggunakan objek-objek yang dipilih dengan hati hati dan sesuai dengan watak, pengikut agama Buddha melatih pengembangan 5 kemampuan batin yang luar biasa (Abhinna) yaitu:
- Mata-dewa (Dibbacakkhu)
- Telinga-dewa (Dibbasota)
- Ingatan akan kelahiran-kelahiran lampau (Pubbenivasanussati-nana)
- Membaca pikiran (Paracitta vijanana),
- dan berbagai kemampuan batin lainnya (Iddhividha).
Adapun kemampuan luar biasa tersebut tidak mutlak bagi pencapaian pencerahan.
“ | Bhante, apakah yang dimaksud dengan konsentrasi, apakah tanda meditasi, apa perlengkapan meditas, bagaimana mengembangkan meditasi?
|
” |
— Culavedalla Sutta |
Lihat pula[sunting | sunting sumber]
Referensi[sunting | sunting sumber]
- ^ Magga Vagga 273-276, Dhammapada. Diakses tanggal 20 Juni 2022. Sariputta.com. Pali
- ^ Magga Vagga 273-276, Dhammapada. Diakses tanggal 20 Juni 2022. Sariputta.com. Indonesia
- ^ (Inggris) A Basic Buddhism Guide: The Eight-Fold Path
- ^ Kumpulan Sutta Majjhima Nikaya II, Oleh Team Penterjemah Kitab Suci Agama Buddha, Penerbit: Proyek Sarana Kehidupan Beragama Buddha Departemen Agama RI, 1994
- ^ "Tipitaka – Cūḷavedallasuttaṃ, Majjhimanikāyo 44 (MN 44)" (PDF) (dalam bahasa Pali). hlm. 191–192.
- ^ a b c d e Magga-vibhanga Sutta Sebuah analisis dari sang Jalan
- ^ a b c "Tipitaka – Magga-Vibhaṅgasuttaṁ, Saṁyutta Nikaya 45.8 (SN 45.8)" (PDF) (dalam bahasa Pali). hlm. 4–5.
- ^ Samanna Phala Sutta 44
- ^ Kumpulan Sutta Majjhima Nikaya II, Oleh: Team Penterjemah Kitab Suci Agama Buddha, Penerbit: Proyek Sarana Kehidupan Beragama Buddha Departemen Agama RI, 1994
- ^ Bhikkhu Thannisaro. "Vanijja Sutta". Dhammacitta. Diakses tanggal 2009-07-26.
- ^ "Intisari Agama Buddha, ditulis oleh Ven. Narada Mahathera dengan judul asli "Buddhism in Nutshell", Penerbit: Yayasan Dhamma Phala, Semarang". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-10-17. Diakses tanggal 2009-07-26.
Pranala luar[sunting | sunting sumber]
- (Indonesia) Dhamma Sari Diarsipkan 2009-05-10 di Wayback Machine.
- (Indonesia) Samaggi-Phala Buddhist Information Network
- (Indonesia) mengenal diri
- (Inggris) The Noble Eightfold Path: The Way to the End of Suffering by Bhikkhu Bodhi