Lompat ke isi

Demam berdarah dengue

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Dengue)
Demam berdarah dengue
Photograph of a person's back with the skin exhibiting the characteristic rash of dengue fever
Ruam yang biasa terlihat pada penderita demam berdarah dengue
Informasi umum
Nama lainDengue, demam sendi[1][2]
Pelafalan
SpesialisasiPenyakit infeksi
PenyebabVirus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes[1]
Aspek klinis
Gejala dan tandaDemam, sakit kepala, nyeri otot dan sendi, ruam[1][2]
KomplikasiPerdarahan, kadar keping darah rendah, penurunan tekanan darah ekstrim[2]
Awal muncul3–14 hari setelah terpapar[2]
Durasi2–7 hari[1]
DiagnosisDeteksi antibodi virus atau RNAnya[2]
Kondisi serupaMalaria, demam kuning, hepatitis viral, leptospirosis[3]
Tata laksana
PencegahanVaksin demam dengue, pengendalian populasi nyamuk[1][4]
PerawatanPenanganan suportif, cairan infus, transfusi darah[2]
Distribusi dan frekuensi
Prevalensi390 juta per tahun[6]
Kematian~40.000[5]

Demam berdarah dengue (disingkat DBD; disebut juga demam dengue, tetapi biasanya dikenal dengan demam berdarah saja) adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Beberapa jenis nyamuk menularkan (atau menyebarkan) virus dengue. Demam dengue juga disebut sebagai "breakbone fever" atau "bonebreak fever" (demam sendi) karena dapat menyebabkan penderitanya mengalami nyeri hebat seakan-akan tulang mereka patah. Sejumlah gejala dari demam dengue adalah demam; sakit kepala; kulit kemerahan yang tampak seperti campak; serta nyeri otot dan persendian. Pada sejumlah pasien, demam dengue dapat berubah menjadi satu dari dua bentuk yang mengancam jiwa. Bentuk pertama adalah demam berdarah, yang menyebabkan pendarahan, kebocoran pembuluh darah (saluran yang mengalirkan darah), dan rendahnya tingkat trombosit darah (yang menyebabkan darah membeku). Bentuk kedua adalah sindrom renjat dengue, yang menyebabkan tekanan darah rendah yang berbahaya.

Terdapat empat jenis virus dengue. Apabila seseorang telah terinfeksi satu jenis virus, biasanya dia menjadi kebal terhadap jenis tersebut seumur hidupnya. Namun, dia hanya akan terlindung dari tiga jenis virus lainnya dalam waktu singkat. Jika kemudian dia terkena satu dari tiga jenis virus tersebut, dia mungkin akan mengalami masalah yang serius.

Belum ada vaksin yang dapat mencegah seseorang terkena virus dengue tersebut. Terdapat beberapa tindakan pencegahan demam dengue. Orang-orang dapat melindungi diri mereka dari nyamuk dan meminimalkan jumlah gigitan nyamuk. Para ilmuwan juga menganjurkan untuk memperkecil habitat nyamuk dan mengurangi jumlah nyamuk yang ada. Apabila seseorang terkena demam dengue, biasanya dia dapat pulih hanya dengan meminum cukup cairan, selama penyakitnya tersebut masih ringan atau tidak parah. Jika seseorang mengalami kasus yang lebih parah, dia mungkin memerlukan cairan infus (cairan yang dimasukkan melalui vena, menggunakan jarum dan pipa infus), atau transfusi darah (diberikan darah dari orang lain).

Sejak 1960-an, makin banyak orang yang terkena demam dengue. Penyakit tersebut mulai menimbulkan masalah di seluruh dunia sejak Perang Dunia Kedua. Penyakit ini umum terjadi di lebih dari 110 negara. Setiap tahun, sekitar 50–100 juta orang terkena demam dengue.

Para ahli sedang mengembangkan obat-obatan untuk menangani virus secara langsung. Masyarakat pun melakukan banyak usaha untuk membasmi nyamuk.

Deskripsi pertama dari demam dengue ditulis pada 1779. Pada awal abad ke-20, para ilmuwan mengetahui bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh virus dengue, dan bahwa virus tersebut ditularkan (atau disebarkan) oleh nyamuk.

Tanda dan gejala

[sunting | sunting sumber]
Gambaran torso manusia dengan anak panah yang menunjukkan organ-organ tubuh yang terkena virus pada berbagai tahap demam dengue
Gambar yang memperlihatkan gejala demam dengue

Sekira 80% dari pasien (atau 8 dari 10 pasien) yang terinfeksi virus dengue tidak menunjukkan gejala, atau hanya menunjukkan gejala ringan (seperti demam biasa).[7][8][9] Sekira 5% dari orang yang terinfeksi (atau 5 dari 100) akan mengalami infeksi berat. Penyakit tersebut bahkan mengancam jiwa sedikit dari mereka. Pada sebagian kecil penderita ini, penyakit tersebut mengancam jiwa.[7][9] Gejala akan muncul antara 3 dan 14 hari setelah seseorang terpajan virus dengue. Seringkali gejala muncul setelah 4 hingga 7 hari.[10] Oleh karena itu jika seseorang baru kembali dari wilayah yang memiliki banyak kasus dengue, kemudian ia menderita demam atau gejala lainnya setelah lebih dari 14 hari dia kembali dari wilayah tersebut, kemungkinan penyakitnya tersebut bukan dengue.[11]

Seringkali, apabila anak-anak terkena demam dengue, gejala yang muncul sama dengan gejala pilek atau gastroenteritis (atau flu perut; misalnya, muntah-muntah dan diare).[12] Namun, anak-anak mungkin mengalami masalah yang parah karena demam dengue.[11]

Laju penyakit secara klinis

[sunting | sunting sumber]

Gejala klasik demam dengue adalah demam yang terjadi secara tiba-tiba; sakit kepala (biasanya di belakang mata); ruam; nyeri otot dan nyeri sendi. Julukan "demam sendi" untuk penyakit ini menggambarkan betapa rasa sakit yang ditimbulkannya dapat menjadi sangat parah.[7][13] Demam dengue terjadi dalam tiga tahap: demam, kritis, dan pemulihan.[14]

Pada fase demam, seseorang biasanya mengalami demam tinggi. ("Demam" berarti bahwa seseorang mengalami demam.) Panas badan sering kali mencapai 40 derajat Celsius (104 derajat Fahrenheit). Penderita juga biasanya menderita sakit yang umum atau sakit kepala. Fase febrile biasanya berlangsung selama 2 hingga 7 hari.[13][14] Pada fase ini, sekira 50 hingga 80% pasien dengan gejala mengalami ruam.[13][15] Pada hari pertama atau kedua, ruam akan tampak seperti kulit yang terkena panas (merah). Selanjutnya (pada hari ke-4 hingga hari ke-7), ruam tersebut akan tampak seperti campak.[15][16] Bintik merah kecil (petekia) dapat muncul di kulit. Bintik-bintik ini tidak hilang jika kulit ditekan. Bintik-bintik ini disebabkan oleh pembuluh kapiler yang pecah.[14] Penderita mungkin juga mengalami perdarahan ringan membran mukosa mulut dan hidung.[11][13] Demam itu sendiri cenderung akan berhenti (pulih) kemudian terjadi lagi selama satu atau dua hari. Namun, pola ini berbeda-beda pada masing-masing penderita.[16][17]

Pada beberapa penderita, penyakit berkembang ke fase kritis setelah demam tinggi mereda. Fase kritis tersebut biasanya berlangsung selama hingga 2 hari.[14] Selama fase ini, cairan dapat menumpuk di dada dan abdomen. Hal ini terjadi karena pembuluh darah kecil bocor. Cairan tersebut akan makin banyak, kemudian cairan berhenti bersirkulasi di dalam tubuh. Ini berarti bahwa organ-organ vital (terpenting) tidak mendapatkan suplai darah sebanyak biasanya.[14] Karena itu, organ-organ tersebut tidak bekerja secara normal. Penderita penyakit tersebut juga dapat mengalami perdarahan parah (biasanya dari sistem gastrointestinal).[11][14]

Kurang dari 5% dari orang dengan dengue mengalami renjat peredaran darah, sindrom renjat dengue, dan demam berdarah.[11] Jika seseorang pernah mengidap jenis dengue yang lain (“infeksi sekunder”), kemungkinan mereka akan mengalami masalah yang serius.[11][18]

Pada fase penyembuhan, cairan yang keluar dari pembuluh darah diambil kembali ke dalam aliran darah.[14] Fase penyembuhan biasanya berlangsung selama 2 hingga 3 hari.[11] Pasien biasanya makin pulih dalam tahap ini. Namun, mereka mungkin menderita gatal-gatal yang parah dan detak jantung yang lemah.[11][14] Selama fase ini, pasien dapat mengalami kondisi kelebihan cairan (yakni terlalu banyak cairan yang diambil kembali). Jika terkena otak, cairan tersebut dapat menyebabkan kejang atau perubahan derajat kesadaran (yakni seseorang yang pikirannya, kesadarannya, dan perilakunya tidak seperti biasanya).[11]

Masalah terkait

[sunting | sunting sumber]

Sesekali, dengue dapat memengaruhi sistem lain di dalam tubuh manusia.[14] Seseorang yang terkena dengue dapat menderita gejalanya saja, atau disertai gejala dengue klasik juga.[12] Tingkat kesadaran yang menurun terjadi pada 0,5–6% dari kasus parah. Ini dapat terjadi apabila virus dengue menyebabkan infeksi di otak. Ini juga dapat terjadi apabila organ vital, seperti hati, tidak berfungsi dengan baik.[12][17]

Kelainan neurologikal lainnya (kelainan yang memengaruhi otak dan saraf) dilaporkan terjadi pada pasien yang mengalami demam dengue. Misalnya, dengue dapat menyebabkan mielitis melintang dan sindrom Guillain-Barré.[12] Meskipun hal ini hampir tidak pernah terjadi, dengue juga dapat mengakibatkan infeksi jantung dan gagal ginjal akut.[11][14]

Gambar mikroskopis elektron transmisi yang menunjukkan virus dengue
Gambar yang diperbesar menunjukkan virus dengue (the cluster of dark dots near the center)

Demam dengue disebabkan oleh virus dengue. Dalam sistem ilmiah yang menamakan dan mengklasifikasikan virus, virus dengue tersebut merupakan bagian dari famili Flaviviridae dan genus Flavivirus. Virus lainnya juga merupakan bagian dari famili yang sama dan menyebabkan penyakit pada manusia. Contohnya, virus demam kuning, virus Nil Barat, virus ensefalitis Saint Louis, virus ensefalitis Jepang, virus ensefalitis bawaan caplak, virus penyakit hutan Kyasanur, dan virus demam berdarah Omsk termasuk ke dalam keluarga Flaviviridae.[17] Hampir semua virus ini ditularkan oleh nyamuk dan caplak.[17]

Penularan

[sunting | sunting sumber]
Foro close-up seekor nyamuk Aedes aegypti yang sedang menggigit kulit manusia
Nyamuk Aedes aegypti menghisap darah manusia

Virus dengue ditularkan (atau disebarkan) sebagian besar oleh nyamuk Aedes, khususnya tipe nyamuk Aedes aegypti.[8] Nyamuk ini biasanya hidup di antara garis lintang 35° Utara dan 35° Selatan, di bawah ketinggian 1000 m.[8] Nyamuk-nyamuk tersebut lebih sering menggigit pada siang hari.[19] Satu gigitan dapat menginfeksi manusia.[20]

Terkadang, nyamuk juga tertular dengue dari manusia. Jika nyamuk betina yang menggigit orang yang terinfeksi, nyamuk tersebut dapat tertular virus. Mulanya virus hidup di sel yang menuju saluran pencernaan nyamuk. Sekira 8 hingga 10 hari berikutnya, virus menyebar ke kelenjar saliva nyamuk, yang memproduksi saliva (atau "ludah"). Ini berarti bahwa saliva yang diproduksi oleh nyamuk tersebut terinfeksi virus dengue. Oleh karena itu ketika nyamuk menggigit manusia, saliva yang terinfeksi tersebut masuk ke dalam tubuh manusia dan menginfeksi orang tersebut. Virus sepertinya tidak menimbulkan masalah pada nyamuk yang terinfeksi, yang akan terus terinfeksi sepanjang hidupnya. Nyamuk Aedes aegypti adalah nyamuk yang paling banyak menyebarkan dengue. Ini karena nyamuk tersebut menyukai hidup berdekatan dengan manusia dan makan dari manusia alih-alih dari binatang.[21] Nyamuk ini juga suka bertelur di wadah-wadah air yang dibuat oleh manusia.

Dengue juga dapat disebarkan melalui produk darah yang telah terinfeksi dan melalui donasi organ.[22][23] Jika seseorang dengan dengue mendonasikan darah atau organ tubuh, yang kemudian diberikan kepada orang lain, orang tersebut dapat terkena dengue dari darah atau organ yang didonasikan tersebut. Di beberapa negara, seperti Singapura, dengue biasa terjadi. Di negara-negara ini, antara 1,6 dan 6 transfusi darah dari setiap 10.000 menularkan dengue.[24] Virus dengue juga dapat ditularkan dari ibu ke anaknya selama kehamilan atau ketika anak tersebut dilahirkan.[25] Dengue biasanya tidak ditularkan dengan cara-cara lain.[13]

Dibandingkan dengan orang dewasa, bayi dan anak kecil yang menderita dengue lebih berisiko mengalami infeksi yang serius. Anak-anak cenderung berisiko mengalami sakit berat apabila mereka tergolong anak-anak yang berkecukupan gizi (jika mereka sehat dan memakan makanan bergizi).[11] (Ini berbeda dari banyak infeksi lainnya, yang biasanya lebih parah terjadi pada anak-anak yang termasuk golongan kurang gizi, tidak sehat, atau tidak memakan makanan bergizi.) Perempuan lebih cenderung terserang sakit yang lebih parah daripada laki-laki.[26][27]Dengue bisa mengancam jiwa pada pasien dengan penyakit kronis (jangka panjang), seperti diabetes dan asma.[26]

Mekanisme

[sunting | sunting sumber]

Apabila nyamuk menggigit orang, air liur nyamuk tersebut masuk ke kulit orang tersebut. Jika nyamuk tersebut mengandung dengue, virus terbawa dalam air liurnya. Sehingga apabila nyamuk tersebut menggigit orang, virusnya masuk ke dalam kulit orang tersebut bersama air liur nyamuk. Virus tersebut tertanam dan memasuki sel darah putih orang tersebut (sel darah putihnya seharusnya membantu pertahanan tubuh dengan memerangi ancaman, seperti infeksi). Ketika sel darah putih tersebut bergerak-gerak di dalam tubuh, virus memproduksi kembali (atau memperbanyak diri). Sel darah putih bereaksi dengan cara memperbanyak protein pengisyarat (apa yang disebut dengan sitokin), seperti faktor-faktor interleukin, interferon, dan tumor nekrosis. Protein ini menyebabkan demam, gejala yang menyerupai flu, dan rasa nyeri yang luar biasa yang terjadi bersama dengue.

Jika seseorang menderita infeksi (serius), virus bereproduksi dengan lebih cepat. Dengan makin banyaknya virus, makin banyak pula organ (seperti hati dan sumsum tulang) yang terkena dampaknya. Cairan dari aliran darah bocor melalui dinding-dinding pembuluh darah kecil ke dalam rongga-rongga tubuh. Oleh karena itu, lebih sedikit darah yang bersirkulasi (atau berputar di dalam tubuh) di dalam pembuluh darah. Tekanan darah orang tersebut menjadi sangat rendah sehingga jantungnya tidak dapat memasok cukup darah ke organ vital (yang paling penting). Sumsum tulang juga tidak dapat membuat cukup platelet yang dibutuhkan darah agar bisa membeku dengan benar. Tanpa cukup platelet, orang tersebut akan memiliki masalah pendarahan. Pendarahan adalah komplikasi berat dari dengue (satu dari masalah yang paling berat yang diakibatkan oleh penyakit tersebut).[28]

Diagnosis

[sunting | sunting sumber]

Biasanya, profesional pelayanan kesehatan mendiagnosis dengue dengan cara memeriksa pasien dan menyadari bahwa gejala-gejalanya cocok dengan dengue. Profesional pelayanan kesehatan khususnya akan dapat mendiagnosis dengue dengan cara ini di wilayah di mana penyakit ini banyak terjadi.[7] Namun, apabila dengue masih dalam fase awalnya, sulit untuk membedakannya dengan infeksi virus lainnya (infeksi yang disebabkan oleh virus).[11] Seorang pasien mungkin menderita dengue jika dia demam dan dua dari gejala berikut ini: mual dan muntah; ruam; nyeri di sekujur tubuh; jumlah sel darah putih sedikit; atau hasil tes tourniquet yang positif. Tanda-tanda plus demam biasanya merupakan sinyal bahwa pasien tersebut menderita dengue di wilayah di mana penyakit tersebut banyak terjadi.[29]

Tanda peringatan biasanya akan tampak sebelum dengue menjadi parah.[14] Tes tourniquet berguna apabila tes laboratorium tidak dapat dilakukan. Untuk melakukan tes tourniquet, profesional pelayanan kesehatan akan membebatkan alat pengukur tekanan darah di lengan pasien selama 5 menit. Petugas kesehatan tersebut akan menghitung bintik-bintik merah kecil di kulit pasien. Jumlah bintik yang makin banyak berarti bahwa orang tersebut mungkin menderita demam dengue.[14]

Sulit membedakan demam dengue dan chikungunya. Chikungunya adalah infeksi virus yang mirip dan memiliki banyak gejala yang sama dengan dengue, dan terjadi di wilayah yang sama di dunia.[13] Dengue juga dapat memiliki gejala yang sama seperti penyakit lainnya, seperti malaria, leptospirosis, demam tifoid, dan penyakit meningokokus. Seringkali, sebelum seseorang terdiagnosis dengue, petugas kesehatan yang menanganinya akan melakukan tes untuk memastikan bahwa pasien tidak mengalami satu dari kondisi-kondisi ini.[11]

Jika seseorang menderita dengue, perubahan paling awal yang dapat dilihat pada tes laboratorium adalah jumlah sel darah putih yang sedikit. Jumlah platelet yang sedikit dan asidosis metabolik juga merupakan tanda-tanda dengue.[11] Jika seseorang terserang dengue parah, terdapat perubahan lainnya yang dapat dilihat jika darahnya diteliti. Dengue yang parah menyebabkan cairan keluar dari aliran darah. Ini menyebabkan hemokonsentrasi (di mana terdapat lebih sedikit plasma–bagian yang cair dari darah–dan lebih banyak sel darah merah di dalam darah). Ini juga menyebabkan level albumin yang rendah di dalam darah.[11]

Terkadang, dengue yang parah menyebabkan efusi pleura yang besar (cairan yang bocor menumpuk di sekitar paru-paru) atau asites (cairan menumpuk di abdomen). If these are large enough, a health care professional may notice them when he examines the person.[11] Profesional pelayanan kesehatan dapat mendiagnosis shock dengue dari awal jika dia dapat menggunakan alat ultrasound medis untuk mendeteksi adanya cairan tersebut di dalam tubuh.[7][11] Tetapi di beberapa wilayah di mana dengue adalah penyakit yang biasa menyerang, para profesional pelayanan kesehatan dan klinik tidak memiliki mesin ultrasound.[7]

Klasifikasi

[sunting | sunting sumber]

Pada 2009, World Health Organization (WHO) mengklasifikasikan, atau membagi, demam dengue ke dalam dua jenis: tanpa komplikasi dan parah.[7][29] Sebelum ini, pada 1997, WHO telah membagi penyakit tersebut ke dalam demam yang tidak terdiferensiasi (tidak dapat digolongkan), demam dengue, dan demam berdarah. WHO memutuskan bahwa cara lama pembagian dengue ini harus disederhanakan. Mereka juga menetapkan bahwa cara tersebut terlalu membatasi: tidak mencakup semua cara yang diperlihatkan pada dengue. Meskipun klasifikasi dengue telah diubah secara resmi, klasifikasi lama tersebut masih sering digunakan.[11][29][30]

Dalam sistem lama WHO untuk klasifikasi, demam berdarah dibagi ke dalam empat fase, yang disebut tingkat I–IV:

  • Pada Tingkat I, pasien menderita demam. Dia mudah melebam atau memiliki hasil tes tourniquet yang positif.
  • Pada Tingkat II, pasien mengeluarkan darah melalui kulit dan bagian lain tubuhnya.
  • Pada Tingkat III, pasien menunjukkan tanda-tanda renjatan sirkulasi.
  • Pada Tingkat IV, pasien mengalami renjatan yang sangat parah sehingga tekanan darah dan detak jantungnya tidak dapat dirasakan.[30] Tingkat III dan IV disebut "sindrom renjatan dengue."[29][30]

Tes laboratorium

[sunting | sunting sumber]

Demam dengue dapat didiagnosis menggunakan pengujian laboratorium mikrobiologis.[29] Beberapa tes berbeda dapat dilakukan. Satu tes (isolasi virus) mengisolasi (atau memisahkan) virus dengue dalam kultur (atau sampel) sel. Tes lainnya (deteksi asam nukleat) mencari asam nukleat dari virus, menggunakan teknik yang disebut reaksi berantai polimerase (PCR). Tes ketiga (deteksi antigen) mencari antigen dari virus. Tes lainnya mencari beberapa antibodi di dalam darah yang dibuat oleh tubuh untuk memerangi virus dengue.[26][31] Tes isolasi virus dan deteksi asam nukleus bekerja lebih baik daripada deteksi antigen. Namun, tes ini lebih mahal, sehingga tidak tersedia di banyak fasilitas kesehatan.[31] Apabila dengue masih dalam tahap awal penyakit, semua hasil tes mungkin negatif (berarti bahwa hasil tes tersebut tidak menunjukkan bahwa pasien menderita penyakit tersebut).[11][26]

Kecuali tes antibodi, tes laboratorium hanya dapat mendiagnosis demam dengue selama fase akut (awal) dari penyakit tersebut. Namun, tes antibodi dapat memastikan bahwa orang tersebut menderita dengue dalam fase berikutnya dari infeksti tersebut. Tubuh membuat antibodi yang secara khusus memerangi virus dengue setelah 5 hingga 7 hari.[13][26][32]

Pencegahan

[sunting | sunting sumber]

Terdapat dua vaksin yang telah disetujui sebagai vaksin untuk mencegah manusia agar tidak terserang virus dengue.[7] Untuk mencegah infeksi, World Health Organization (WHO) menyarankan pengendalian populasi nyamuk dan melindungi masyarakat dari gigitan nyamuk.[19][33][dated info]

WHO menganjurkan program untuk mencegah dengue (disebut program "Integrated Vector Control") yang mencakup lima bagian yang berbeda:

  • Advokasi, menggerakkan masyarakat, dan legislasi (undang-undang) harus digunakan agar organisasi kesehatan masyarakat dan masyarakat menjadi lebih kuat.
  • Semua bagian masyarakat harus bekerja bersama. Ini termasuk sektor umum (seperti pemerintah), sektor swasta (seperti bisnisperusahaan), dan bidang perawatan kesehatan.
  • Semua cara untuk mengendalikan penyakit harus harus terintegrasi (atau dikumpulkan), sehingga sumber daya yang tersedia dapat memberikan hasil yang paling besar.
  • Keputusan harus dibuat berdasarkan pada bukti. Ini akan membantu memastikan bahwa intervensi (tindakan yang dilakukan untuk mengatasi dengue) berguna.
  • Wilayah di mana dengue menjadi masalah harus diberi bantuan, sehingga mereka dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk merespon dengan baik penyakit dengan usaha mereka sendiri.[19]

WHO juga menyarankan beberapa tindakan khusus untuk mengendalikan dan menghindarkan gigitan nyamuk. Cara terbaik untuk mengendalikan nyamuk “Aedes aegypti” adalah dengan menyingkirkan habitatnya.[19] Masyarakat harus mengosongkan wadah air yang terbuka (sehingga nyamuk tidak dapat bertelur di dalam wadah-wadah terbuka tersebut). Insektisida atau agen-agen pengendali biologi juga dapat digunakan untuk mengendalikan nyamuk di wilayah-wilayah ini.[19] Para ilmuwan berpendapat bahwa menyemprotkan insektisida organofosfat atau piretroid tidak membantu.[9] Air diam (tidak mengalir) harus dibuang karena air tersebut menarik nyamuk, dan juga karena manusia dapat terkena masalah kesehatan jika insektisida menggenang di dalam air diam.[19] Untuk mencegah gigitan nyamuk, orang-orang dapat memakai pakaian yang menutup kulit mereka sepenuhnya. Mereka juga dapat menggunakan anti nyamuk (seperti semprotan nyamuk), yang membantu menjauhkan nyamuk. (DEET paling ampuh.) Orang-orang juga dapat menggunakan kelambu saat beristirahat.[20]

Manajemen

[sunting | sunting sumber]

Tidak ada perawatan khusus untuk demam dengue.[7] Orang yang berbeda memerlukan perawatan yang berbeda pula, bergantung pada gejala mereka. Sebagian dari mereka dapat membaik hanya dengan meminum banyak cairan di rumah, kemudian profesional pelayanan kesehatan akan memastikan keadaan kesehatan mereka telah membaik. Sedangkan sebagian orang memerlukan cairan infus dan transfusi darah.[34] Profesional pelayanan kesehatan dapat menentukan untuk merujuk pasien ke rumah sakit jika pasien mengalami tanda-tanda peringatan serius, khususnya jika pasien tersebut telah mengalami kondisi kesehatan kronis.[11]

Apabila orang-orang yang terinfeksi memerlukan cairan melalui infus, mereka biasanya memerlukan infus hanya selama satu atau dua hari.[34] Profesional pelayanan kesehatan akan meningkatkan jumlah cairan yang diberikan sehingga pasien tersebut memberikan volume tertentu urin (0,5–1 ml/kg/jam). Cairan infus juga ditambah hingga hematokrit (jumlah iron di dalam darah) pasien dan tanda-tanda vital pasien kembali normal.[11] Karena risiko perdarahan, profesional pelayanan kesehatan mencoba untuk tidak menggunakan prosedur medis invasif seperti intubasi nasogastrik (memasukkan tube melalui hidung pasien ke dalam perut), injeksi intramuskular (menyuntikkan obat ke dalam otot), dan suntikan arteri (memasukkan jarum ke dalam arteri).[11] Asetaminofen (Tylenol) dapat diberikan untuk demam dan nyeri. Jenis obat anti-peradangan yang dinamakan obat anti-inflamasi nonsteroid (OAINS atau NSAID) (seperti ibuprofen dan aspirin) tidak boleh digunakan karena obat tersebut dapat memperbesar risiko perdarahan.[34] Transfusi darah harus dimulai lebih awal jika tanda-tanda vital pasien berubah atau tidak normal, dan jika jumlah sel darah merahnya menurun.[35] Jika transfusi diperlukan, pasien harus diberi darah utuh (darah yang belum dipisah-pisahkan) atau dikemas dalam kantung darah dalam bentuk sel darah merah. Platelet (dipisahkan dari darah utuh) dan plasma segar yang dibekukan biasanya tidak dianjurkan.[35]

Jika seorang pasien dalam masa pemulihan dari dengue, dia biasanya tidak akan diberi cairan infus lagi sehingga pasien tidak mengalami kelebihan cairan.[11] Jika kelebihan cairan terjadi, namun tanda-tanda vitalnya masih stabil (tidak berubah), maka ini menjadi alasan yang cukup untuk menghentikan pemberian cairan.[35] Jika pasien tidak lagi berada dalam masa kritis, pasien bisa diberikan diuretik furosemide (Lasix). Ini dapat membantu mengeluarkan cairan berlebih dari sirkulasi darah pasien.[35]

Kemungkinan

[sunting | sunting sumber]

Sebagian besar orang yang terkena dengue pulih dan baik-baik saja.[29] Tanpa pengobatan, 1 hingga 5% dari orang yang terinfeksi (1 hingga 5 dari 100 orang) meninggal karena dengue.[11] Dengan perawatan yang baik, kurang dari 1% meninggal.[29] Namun, pada orang dengan dengue parah 26% meninggal (26 dari 100).[11]

Dengue banyak terjadi di lebih dari 110 negara.[11] Setiap tahun, dengue menginfeksi 50 hingga 100 juta orang di seluruh dunia. Penyakit ini juga menyebabkan setengah juta perawatan di rumah sakit[7] dan sekira 12.500 hingga 25.000 kematian di seluruh dunia setiap tahunnya.[12][36]

Dengue adalah penyakit yang diakibatkan oleh virus dan paling banyak terjadi yang disebarkan oleh arthropod.[18] Dengue diperkirakan telah menjadi beban penyakit dari sekira 1600 tahun hidup tuna upaya (DALYS) per juta populasi. Ini berarti bahwa dalam setiap satu juta orang, dengue menyebabkan hilangnya kehidupan sekira 1600 tahun. Ini kira-kira sama dengan beban penyakit seperti penyakit anak-anak dan penyakit tropis. Ini sama dengan yang diakibatkan oleh penyakit pada anak-anak dan penyakit tropis lain.[26] Dengue dianggap sebagai penyakit terpenting kedua, setelah malaria.[11] World Health Organization juga mengakui dengue sebagai satu dari penyakit tropis terabaikan (berarti bahwa dengue tidak ditangani secara cukup serius sebagaimana mestinya).[37]

Dengue semakin merajalela di seluruh dunia. Pada 2010, dengue 30 kali lebih umum daripada pada 1960.[38] Beberapa hal yang dianggap sebagai penyebab peningkatan dengue. Lebih banyak pasien yang terdampak tinggal di kota besar. Populasi dunia (jumlah manusia di dunia) semakin besar. Lebih banyak orang yang bepergian secara internasional (dari satu negara ke negara lainnya). Pemanasan global juga dianggap telah berperan dalam peningkatan dengue tersebut.[7]

Dengue paling sering terjadi di sekitar ekuator. 2,5 miliar penduduk tinggal di wilayah di mana dengue terjadi. 70% dari populasi ini tinggal di Asia dan wilayah Pasifik.[38] Di Amerika Serikat, 2,9% hingga 8% dari penduduknya yang baru kembali dari wilayah di mana dengue terjadi, kemudian mereka mengalami demam, terinfeksi ketika sedang melancong.[20] Pada kelompok ini, dengue merupakan infeksi kedua yang paling banyak terdiagnosis, setelah after malaria.[13]

Dengue pertama kali ditulis bertahun-tahun yang lalu. Ensiklopedia medis China dari Dinasti Jin (yang berjaya dari 265 hingga 420 AD) menceritakan tentang seorang yang mungkin mengalami dengue. Buku tersebut menceritakan tentang “racun air” yang berhubungan dengan serangga yang terbang.[39][40] Terdapat juga catatan tertulis dari abad ke-17 (1600-an) tentang apa yang mungkin menjadi epidemik dengue (yakni ketika penyakit menyebar dengan sangat cepat dalam waktu singkat). Laporan-laporan yang paling awal tentang kemugkinan epidemik dengue adalah dari tahun 1779 dan 1780. Laporan ini bercerita tentang epidemik yang menyapu Asia, Afrika, dan Amerika Utara.[40] Sejak saat itu hingga 1940, tidak banyak lagi epidemik.[40]

Pada 1906, para ilmuwan membuktikan bahwa manusia terkena infeksi dari nyamuk Aedes. Pada 1907, para ilmuwan menunjukkan bahwa viruslah yang menyebabkan dengue. Ini adalah penyakit kedua yang ditunjukkan sebagai penyakit yang disebabkan oleh virus. (Sebelumnya para ilmuwan telah membuktikan bahwa viruslah yang menyebabkan sakit kuning.)[41] John Burton Cleland dan Joseph Franklin Siler terus meneliti virus dengue, dan mengetahui cara dasar virus menyebar.[41]

Dengue mulai menyebar dengan jauh lebih cepat selama dan setelah Perang Dunia Kedua. Ini diperkirakan karena perang tersebut mengubah lingkungan dengan cara berbeda. Jenis dengue berbeda juga menyebar ke wilayah baru.Untuk pertama kalinya, manusia mulai mengalami demam berdarah dengue. Bentuk penyakit yang parah ini pertama kali dilaporkan di Filipina pada 1953. Pada 1970-an, demam berdarah dengue telah menjadi penyebab utama kematian pada anak-anak. Penyakit tersebut juga mulai terjadi di wilayah Pasifik dan Amerika.[40] Demam berdarah dengue serta sindrom renjat dengue pertama kali dilaporkan di Amerika Tengah dan Selatan pada 1981. Pada saat itu, profesional pelayanan kesehatan mengetahui bahwa orang yang terkena virus dengue jenis 1 terkena dengue tipe 2 beberapa tahun kemudian.[17]

Sejarah di Dunia

[sunting | sunting sumber]

Tidak ada kejelasan dari bahasa apa kata "dengue" berasal. Beberapa orang berpendapat bahwa kata tersebut dari frasa Ka-dinga pepo Swahili. Frasa ini menceritakan bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh arwah jahat.[39] Kata Swahili dinga diperkirakan berasal dari kata dengue Spanyol. Kata ini berarti "berhati-hati". Kata itu mungkin sebelumnya digunakan untuk menggambarkan orang yang menderita nyeri tulang akibar demam dengue; nyeri itu akan menyebabkan penderita berjalan dengan hati-hati.[42] Namun, kemungkinan juga kata dalam bahasa Spanyol tersebut berasal dari kata dalam bahasa Swahili, dan bukan sebaliknya.[39]

Orang-orang lain berpendapat bahwa nama "dengue" berasal dari West Indies. Di West Indies, budak yang mengalami dengue disebut-sebut bahwa mereka berdiri dan berjalan seperti seorang yang "flamboyan". Oleh karenanya, penyakit tersebut juga disebut sebagai "demam flamboyan."[43][44]

Istilah "breakbone fever" pertama kali digunakan oleh Benjamin Rush, seorang dokter dan merupakan Bapak Pendiri Amerika Serikat "Bapak Pendiri". Pada 1789, Rush menggunakan istilah "breakbone fever" dalam laporan mengenai kejadian luar biasa dengue 1780 di Philadelphia. Dalam laporan tersebut, Rush lebih banyak menggunakan istilah yang lebih formal "bilious remitting fever".[45][46] Istilah "demam dengue" belum banyak digunakan hingga setelah 1828.[44] Sebelumnya, orang-orang menggunakan nama berbeda untuk penyakit ini. Contohnya, dengue juga disebut "breakheart fever" dan "la dengue."[44] Nama lain juga digunakan untuk dengue parah: contohnya, "infectious thrombocytopenic purpura", "Philippine," "Thai," dan "Singapore hemorrhagic fever."[44]

Penelitian

[sunting | sunting sumber]

Para ilmuwan terus melakukan riset untuk cara pencegahan dan pengobatan dengue. Orang-orang juga berupaya untuk mengendalikan nyamuk,[47] membuat vaksin, dan membuat obat-obatan untuk memerangi virus tersebut.[33]

Banyak hal sederhana telah dilakukan untuk mengendalikan nyamuk. Beberapa di antaranya telah berhasil. Contohnya,guppies (Poecilia reticulata) atau copepod dapat diletakkan di dalam air yang menggenang untuk memakan larvae (telur) nyamuknya.[47]

Para ilmuwan terus berusaha untuk menciptakan vaksin untuk melindungi manusia dari keempat jenis dengue.[33] Beberapa ilmuwan mengkhawatirkan bahwa vaksin dapat meningkatkan risiko keparahan penyakit melalui antibody-dependent enhancement (ADE).[48] Vaksin yang terbaik yang dapat digunakan biasanya memiliki beberapa kualitas berbeda. Pertama, vaksin aman. Kedua, vaksin akan bekerja setelah satu atau dua injeksi (atau suntikan). Ketiga, vaksin akan melawa semua jenis virus dengue. Keempat, vaksin tidak akan menyebabkan ADE. Kelima, vaksin akan mudah berpindah (bergerak) dan tersimpan (tersimpan hingga diperlukan. Keenam, vaksin berbiaya rendah dan efektif (sesuai biayanya).[48] Beberapa vaksin telah diuji pada 2009.[26][45][48] Para ilmuwan berharap agar vaksin pertama (atau beberapa vaksin) akan tersedia secara komersial (dapat dibeli) pada 2015.[33]

Para ilmuwan juga terus bekerja untuk membuat obat antivirus untuk mengobati serangan demam dengue dan mencegah agar manusia tidak terkena komplikasi parah.[49][50] Mereka juga berusaha untuk mengetahui bagaimana protein virus tersebut tersusun. Ini mungkin dapat membantu mereka untuk membuat obat-obatan yang bekerja efektif mengobati dengue.[50]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d e "Dengue and severe dengue Fact sheet N°117". WHO. May 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 September 2016. Diakses tanggal 3 February 2016. 
  2. ^ a b c d e f Kularatne SA (September 2015). "Dengue fever". BMJ. 351: h4661. doi:10.1136/bmj.h4661. PMID 26374064. 
  3. ^ Nelson Textbook of Pediatrics: The field of pediatrics. Elsevier Health Sciences. 2016. hlm. 1631. ISBN 9781455775668. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 September 2017. 
  4. ^ "First FDA-approved vaccine for the prevention of dengue disease in endemic regions". FDA (Siaran pers). 1 May 2019. Diakses tanggal 4 May 2019. 
  5. ^ "Global, regional, and national age-sex-specific mortality for 282 causes of death in 195 countries and territories, 1980-2017: a systematic analysis for the Global Burden of Disease Study 2017". Lancet. 392 (10159): 1736–88. November 2018. doi:10.1016/S0140-6736(18)32203-7. PMC 6227606alt=Dapat diakses gratis. PMID 30496103. 
  6. ^ "Dengue and severe dengue". www.who.int (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 29 February 2020. 
  7. ^ a b c d e f g h i j k Whitehorn J, Farrar J (2010). "Dengue". Br. Med. Bull. 95: 161–73. doi:10.1093/bmb/ldq019. PMID 20616106. 
  8. ^ a b c WHO (2009), pp. 14–16.
  9. ^ a b c Reiter P (2010-03-11). "Yellow fever and dengue: a threat to Europe?". Euro Surveil. 15 (10): 19509. PMID 20403310. 
  10. ^ Gubler (2010), p. 379.
  11. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa Ranjit S, Kissoon N (2010). "Dengue hemorrhagic fever and shock syndromes". Pediatr. Crit. Care Med. 12 (1): 90–100. doi:10.1097/PCC.0b013e3181e911a7. PMID 20639791. 
  12. ^ a b c d e Varatharaj A (2010). "Encephalitis in the clinical spectrum of dengue infection". Neurol. India. 58 (4): 585–91. doi:10.4103/0028-3886.68655. PMID 20739797. 
  13. ^ a b c d e f g h Chen LH, Wilson ME (2010). "Dengue and chikungunya infections in travelers". Curr. Opin. Infect. Dis. 23 (5): 438–44. doi:10.1097/QCO.0b013e32833c1d16. PMID 20581669. 
  14. ^ a b c d e f g h i j k l WHO (2009), pp. 25–27.
  15. ^ a b Wolff K, Johnson RA (eds.) (2009). "Viral Infections of Skin and Mucosa". Fitzpatrick's Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology (edisi ke-6th). New York: McGraw-Hill Medical. hlm. 810–2. ISBN 9780071599757. 
  16. ^ a b Knoop KJ, Stack LB, Storrow A, Thurman RJ (eds.) (2010). "Tropical Medicine". Atlas of Emergency Medicine (edisi ke-3rd). New York: McGraw-Hill Professional. hlm. 658–9. ISBN 0071496181. 
  17. ^ a b c d e Gould EA, Solomon T (2008). "Pathogenic flaviviruses". The Lancet. 371 (9611): 500–9. doi:10.1016/S0140-6736(08)60238-X. PMID 18262042. 
  18. ^ a b Rodenhuis-Zybert IA, Wilschut J, Smit JM (2010). "Dengue virus life cycle: viral and host factors modulating infectivity". Cell. Mol. Life Sci. 67 (16): 2773–86. doi:10.1007/s00018-010-0357-z. PMID 20372965. 
  19. ^ a b c d e f WHO (2009), pp. 59–60.
  20. ^ a b c Center for Disease Control and Prevention. "Chapter 5 – Dengue Fever (DF) and Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)". 2010 Yellow Book. Diakses tanggal 2010-12-23. 
  21. ^ Gubler (2010), pp. 377–78.
  22. ^ Wilder-Smith A, Chen LH, Massad E, Wilson ME (2009). "Threat of Dengue to Blood Safety in Dengue-Endemic Countries". Emerg. Infect. Dis. 15 (1): 8–11. doi:10.3201/eid1501.071097. PMC 2660677alt=Dapat diakses gratis. PMID 19116042. 
  23. ^ Stramer SL, Hollinger FB, Katz LM; et al. (2009). "Emerging infectious disease agents and their potential threat to transfusion safety". Transfusion. 49 Suppl 2: 1S–29S. doi:10.1111/j.1537-2995.2009.02279.x. PMID 19686562. 
  24. ^ Teo D, Ng LC, Lam S (2009). "Is dengue a threat to the blood supply?". Transfus Med. 19 (2): 66–77. doi:10.1111/j.1365-3148.2009.00916.x. PMC 2713854alt=Dapat diakses gratis. PMID 19392949. 
  25. ^ Wiwanitkit V (2010). "Unusual mode of transmission of dengue". Journal of Infection in Developing Countries. 4 (1): 51–4. PMID 20130380. 
  26. ^ a b c d e f g Guzman MG, Halstead SB, Artsob H; et al. (2010). "Dengue: a continuing global threat". Nat. Rev. Microbiol. 8 (12 Suppl): S7–S16. doi:10.1038/nrmicro2460. PMID 21079655. 
  27. ^ Kartika, Dwi Yoga (2018-06-08). "Prevalensi Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Asahan Ditinjau dari Perspektif Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2015-2016". 
  28. ^ Martina BE, Koraka P, Osterhaus AD (2009). "Dengue Virus Pathogenesis: an Integrated View". Clin. Microbiol. Rev. 22 (4): 564–81. doi:10.1128/CMR.00035-09. PMC 2772360alt=Dapat diakses gratis. PMID 19822889. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-05-18. Diakses tanggal 2014-01-30. 
  29. ^ a b c d e f g WHO (2009), pp. 10–11.
  30. ^ a b c WHO (1997). "Chapter 2: clinical diagnosis". Dengue haemorrhagic fever: diagnosis, treatment, prevention and control (PDF) (edisi ke-2nd). Geneva: World Health Organization. hlm. 12–23. ISBN 9241545003. 
  31. ^ a b WHO (2009), pp. 90–95.
  32. ^ Gubler (2010), p. 380.
  33. ^ a b c d WHO (2009) p. 137–146.
  34. ^ a b c WHO (2009), pp. 32–37.
  35. ^ a b c d WHO (2009), pp. 40–43.
  36. ^ WHO media centre (March 2009). "Dengue and dengue haemorrhagic fever". World Health Organization. Diakses tanggal 2010-12-27. 
  37. ^ Neglected Tropical Diseases. "Diseases covered by NTD Department". World Health Organization. Diakses tanggal 2010-12-27. 
  38. ^ a b WHO (2009), p. 3.
  39. ^ a b c Anonymous (2006). "Etymologia: dengue" (PDF). Emerg. Infec. Dis. 12 (6): 893. 
  40. ^ a b c d Gubler DJ (1998). "Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever". Clin. Microbiol. Rev. 11 (3): 480–96. PMC 88892alt=Dapat diakses gratis. PMID 9665979. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-10-25. Diakses tanggal 2014-01-30. 
  41. ^ a b Henchal EA, Putnak JR (1990). "The dengue viruses". Clin. Microbiol. Rev. 3 (4): 376–96. doi:10.1128/CMR.3.4.376. PMC 358169alt=Dapat diakses gratis. PMID 2224837. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-25. Diakses tanggal 2014-01-30. 
  42. ^ Harper D (2001). "Etymology: dengue". Online Etymology Dictionary. Diakses tanggal 2008-10-05. 
  43. ^ Anonymous (1998-06-15). "Definition of Dandy fever". MedicineNet.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-06-05. Diakses tanggal 2010-12-25. 
  44. ^ a b c d Halstead SB (2008). Dengue (Tropical Medicine: Science and Practice). River Edge, N.J: Imperial College Press. hlm. 1–10. ISBN 1-84816-228-6. 
  45. ^ a b Barrett AD, Stanberry LR (2009). Vaccines for biodefense and emerging and neglected diseases. San Diego: Academic. hlm. 287–323. ISBN 0-12-369408-6. 
  46. ^ Rush AB (1789). "An account of the bilious remitting fever, as it appeared in Philadelphia in the summer and autumn of the year 1780". Medical enquiries and observations. Philadelphia: Prichard and Hall. hlm. 104–117. 
  47. ^ a b WHO (2009), p. 71.
  48. ^ a b c Webster DP, Farrar J, Rowland-Jones S (2009). "Progress towards a dengue vaccine". Lancet Infect Dis. 9 (11): 678–87. doi:10.1016/S1473-3099(09)70254-3. PMID 19850226. 
  49. ^ Sampath A, Padmanabhan R (2009). "Molecular targets for flavivirus drug discovery". Antiviral Res. 81 (1): 6–15. doi:10.1016/j.antiviral.2008.08.004. PMC 2647018alt=Dapat diakses gratis. PMID 18796313. 
  50. ^ a b Noble CG, Chen YL, Dong H; et al. (2010). "Strategies for development of Dengue virus inhibitors". Antiviral Res. 85 (3): 450–62. doi:10.1016/j.antiviral.2009.12.011. PMID 20060421. 

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
Klasifikasi
Sumber luar