Lompat ke isi

Dakwah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Dakwah Islamiyah)

Dakwah (Arab: دعوة, da‘wah; "ajakan") adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil manusia untuk beriman dan taat kepada Allah sesuai dengan akidah, akhlak dan syariat Islam secara sadar dan terencana. Tujuan utama dari dakwah adalah mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.[1]

Etimologi dan terminologi

[sunting | sunting sumber]

Dakwah adalah ciri khas dari agama Islam. Keberhasilan penegakan Islam ditentukan oleh keberhasilan dakwah. Dakwah dapat dimaknai secara bahasa dan secara istilah.[2] Dalam bahasa Arab, kata dakwah merupakan kata benda dari kata kerja da'a yad'u yang berarti panggilan, seruan, ajakan atau jamuan.[3]

Kata dakwah merupakan isim masdar dari kata da'a yang diartikan sebagai ajakan kepada Islam. Di dalam Al-Qur'an, kata da'a disebutkan sebanyak 5 kali, kata ya'du sebanyak 8 kali dan kata dakwah terulang sebanyak 4 kali.[4] Dalam berbagai bentuk kata, kata-kata yang bermakna dakwah disebutkan sebanyak 203 kali di dalam Al-Qur'an.[5]

Dakwah ditinjau dari konsepnya yang paling mendasar adalah kegiatan mengajak manusia untuk mengikuti perintah Tuhan. Seluruh umat muslim mengakui doktrin ini sebagai teori universal. Mereka menetapkan konsep ini sebagai sebuah konsensus dan pengetahuan umum.[6]

Surah Al-Hajj ayat 67 menjelaskan tentang dakwah yang benar. Setiap dakwah yang sesuai dengan perintah Allah adalah bentuk kebenaran. Sedangkan dakwah selain yang diperintahkan oleh Allah merupakan suatu kesalahan dan kesesatan. Kondisi ini karena suatu pekerjaan hanya memiliki dua pilihan yaitu berada dalam kebenaran atau berada dalam kesesatan.[7]

Dakwah termasuk suatu kegiatan yang dikerjakan dengan sengaja dan terencana. Kegiatan dakwah bertujuan untuk mengajak manusia dalam meyakini dan mengamalkan akidah dan syariat Islam.[8]

Para rasul ditugaskan oleh Allah untuk berdakwah sebagai utusan-Nya. Dakwah para rasul bertujuan mengajak kaumnya untuk beriman kepada Allah.[9] Tujuan utama dakwah ialah mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridai oleh Allah. Nabi Muhammad ﷺ mencontohkan dakwah kepada umatnya dengan berbagai cara melalui lisan, tulisan dan perbuatan. Dimulai dari istrinya, keluarganya, dan teman-teman karibnya hingga raja-raja yang berkuasa pada saat itu. Di antara raja-raja yang mendapat surat atau risalah nabi ﷺ adalah kaisar Heraklius dari Byzantium, Mukaukis dari Mesir, Kisra dari Persia (Iran) dan Raja Najasyi dari Habasyah (Ethiopia).[butuh rujukan]

Landasan dasar

[sunting | sunting sumber]

Dakwah dalam Islam memiliki beberapa landasan dasar. Landasan pertama dan utama adalah keyakinan bahwa ajaran Islam merupakan kebenaran yang bersifat universal. Ajaran Islam tidak melakukan diskriminasi dalam bentuk dan hal apapu, Hal ini membuatnya harus tersiar secara universal. Landasan kedua adalah adanya teladan dari Nabi Muhammad. Selama hidupnya, ia menggunakan waktunya untuk berdakwah.[10]

Surah An-Nahl ayat 125

[sunting | sunting sumber]

Surah An-Nahl ayat 125 menyatakan perintah Allah untuk menyeru manusia kepada petunjuk-Nya. Seruan ini harus dilakukan dengan  hikmah dan pelajaran yang baik. Ayat ini juga memerintahkan seruan dalam bentuk bantahan dengan cara yang baik. Surah An-Nahl ayat 125 mengisyaratkan perintah untuk berdakwah. Perintah ini disertai dengan tuntunan pelaksanaannya.[11]

Dakwah pada masa Nabi Muhammad

[sunting | sunting sumber]

Masa dakwah Nabi Muhammad terbagi menjadi dua periode, yaitu periode dakwah di Makkah dan periode dakwah di Madinah. Periode awal pada dakwah di Makkah dilakukan dengan metode dakwah sembunyi-sembunyi. Nabi Muhammad hanya menyampaikan dakwah kepada orang-orang terdekatnya. Ia mula-mula mengajak istrinya yaitu Khadijah untuk menerima Islam. Lalu ajakan ini ditawarkan kepada Ali selaku keponakannya. Kemudian kepada Zaid bin Haritsah yang masih berstatus sebagai budaknya. Setelah itu, Nabi Muhammad berdakwah kepada para sahabatnya.[12]

Unsur-unsur dakwah

[sunting | sunting sumber]

Dai adalah pemberi dakwah. Istilah Dai sering disamakan secara umum dengan mubalig. Namun, istilah mubalig umumnya hanya untuk sebagai penyeru Islam melalui perkataan, seperti pemberi khutbah dan pembicara agama. Sedangkan Dai menyeru kepada Islam tidak hanya melalui perkataan, melainkan pula melalui catatan atau kegiatan. Dai juga bukan hanya perorangan, melainkan dapat pula berbentuk khalayak, himpunan atau majelis.[13]  

Dalam melakukan dakwah, Dai wajib menambah wawasan pengetahuannya. Selain itu, Dai harus memiliki kemampuan teknis dan ilmu yang memadai untuk berdakwah. Penambahwan wawasan, kemampuan dan ilmu ini diperlukan untuk memberika dukungan pada kondisi perubahan dalam dakwah.[14]

Penerima dakwah

[sunting | sunting sumber]

Dakwah merupakan kegiatan yang berlaku secara universal. Jangkauannya mencakup seluruh kegiatan dalam kehidupan manusia.[15] Masyarakat perkotaan menerima dakwah melalui televisi dan bacaan-bacaan pada surat kabar, majalah, dan buku. Bacaan dakwah juga diperoleh oleh mereka dari internet yang diakses dari kantor-kantor, rumah-rumah ataupun kafe yang jumlahnya banyak di perkotaan. Pada sebagian masyarakat perkotaan dan pedesaan, dakwah diperoleh melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara intensif. Kegiatan ini antara lain majelis taklim, ceramah, halaqah, akikah, dan peringatan hari raya Muslim. Semua kegiatan yang mengajak kepada kebenaran bagi umat Islam merupakan tempat pelaksanaan dakwah.[16]

Penerima dakwah juga terdiri dari orang-orang yang memerlukan perhatian khusus dari masyarakat. Dakwah semacam ini diberikan kepada para tahanan dalam lembaga pemasyarakatan, para pasien di rumah sakit, atau pada para orang tua di panti jompo. Penerima dakwah yang memerlukan perhatian khusus juga terdiri dari para remaja yang menerima rehabilitasi akibat pemakaian narkoba, anak-anak dengan perilaku menyimpang dan anak jalan dari golongan masyarakat miskin.[16]

Materi dakwah

[sunting | sunting sumber]

Materi dakwah yang disampaikan secara umum ada tiga, yaitu masalah akidah, syariat Islam dan akhlak. Akidah membahas persoalan dasar-dasar agama Islam. Syariat Islam membahas tentang semua jenis aturan yang terdapat dalam ajaran Islam. Aturan ini meliputi hubungan makhluk dengan Allah dan hubungan antara makhluk dengan makhluk. Sedangkan akhlak berkaitan dengan persoalan budi pekerti.[17]

Ilmu dakwah adalah suatu ilmu yang berisi cara dan tuntunan untuk menarik perhatian orang lain supaya menganut, mengikuti, menyetujui atau melaksanakan suatu ideologi, agama, pendapat atau pekerjaan tertentu. Orang yang menyampaikan dakwah disebut "Dai" sedangkan yang menjadi objek dakwah disebut "mad'u". Setiap Muslim yang menjalankan fungsi dakwah Islam adalah "Dai".[butuh rujukan]

Media dakwah

[sunting | sunting sumber]

Media dakwah digunakan sebagai sarana dan prasarana penyampaian dakwah.[18] Kecenderungan berdakwah dengan tatap muka dan penyampaian langsung mulai berkurang. Pada masa modern, dakwah mulai memanfaatkan kemajuan teknologi di bidang media komunikasi. Jenis media komunikasi ini terbagi menjadi media cetak dan media elektronik.[19]

Dakwah perseorangan

[sunting | sunting sumber]

Dakwah perseorangan atau dakwah fardiyah merupakan metode dakwah yang dilakukan oleh pendakwah dengan penerima dakwah hanya perorangan. Tujuannya untuk meningkatkan keimanan seseorang menjadi lebih baik hingga mendapat keridaan Allah.[20] Dakwah perseorangan dapat dilakukan kepada beberapa orang dalam jumlah yang sedikit dan terbatas. Dakwah perseorangan biasanya dilaksanakan tanpa adanya persiapan yang terencana sebelumnya. Beberapa bentuk dakwah perseorangan yaitu menasihati rekan kerja, memberikan teguran, atau menganjurkan untuk memberi contoh. Dakwah perseorangan dapat dilakukan ketika sedang mengunjungi orang sakit, saat sedang memberikan ucapan selamat, dan saat sedang menghadiri acara kelahiran.[21] Salah satu contoh dakwah fardiyah pada masa Nabi Muhammad adalah dakwah ri rumah Al-Arqam bin Abi al-Arqam.[22]

Dakwah ammah

[sunting | sunting sumber]

Dakwah Ammah merupakan jenis dakwah yang dilakukan oleh seseorang dengan media lisan yang ditujukan kepada orang banyak dengan maksud menanamkan pengaruh kepada mereka. Media yang dipakai biasanya berbentuk khotbah (pidato). Dakwah Ammah ini kalau ditinjau dari segi subjeknya, ada yang dilakukan oleh perorangan dan ada yang dilakukan oleh organisasi tertentu yang berkecimpung dalam soal-soal dakwah.[butuh rujukan]

Dakwah bil-lisan

[sunting | sunting sumber]

Dakwah jenis ini adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui lisan (ceramah atau komunikasi langsung antara subjek dan objek dakwah). dakwah jenis ini akan menjadi efektif bila: disampaikan berkaitan dengan hari ibadah seperti khutbah Jumat atau khutbah hari Raya, kajian yang disampaikan menyangkut ibadah praktis, konteks sajian terprogram, disampaikan dengan metode dialog dengan hadirin.[butuh rujukan]

Dakwah melalui amal

[sunting | sunting sumber]

Dakwah melalui amal atau dakwah melalui perbuatan adalah metode dakwah yang mengutamakan perbuatan nyata. Tujuan berdakwah melalui amal adalah peningkatan harkat dan martabat serta kesejahteraan hidup masyarakat.[23] Dakwah melalui amal dapat membuat penerima dakwah dapat mengikuti contoh amal yang dilakukan oleh pemberi dakwah. Dakwah melalui amal mempunyai pengaruh yang besar pada diri penerima dakwah.[butuh rujukan]

Pada saat pertama kali rasulullah ﷺ tiba di kota Madinah, dia mencontohkan dakwah melalui amal ini dengan mendirikan Masjid Quba, dan mempersatukan kaum Anshar dan kaum Muhajirin dalam ikatan persaudaraan Islam.[butuh rujukan]

Dakwah bit-tadwin

[sunting | sunting sumber]

Memasuki zaman global seperti saat sekarang ini, pola dakwah bit at-tadwin (dakwah melalui tulisan) baik dengan menerbitkan kitab-kitab, majalah, internet, koran, dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan dakwah sangat penting dan efektif.[butuh rujukan]

Keuntungan lain dari dakwah model ini tidak menjadi musnah meskipun sang dai, atau penulisnya sudah wafat. Menyangkut dakwah bit-Tadwim ini rasulullah ﷺ bersabda, "Sesungguhnya tinta para ulama adalah lebih baik dari darahnya para syuhada".[butuh rujukan]

Dakwah melalui kebijaksanaan

[sunting | sunting sumber]

Dakwah melalui kebijaksanaan adalah menyampaikan dakwah dengan kearifan. Metode ini sesuai untuk diterapkan kepada para cendekiawan. Mereka mencari kebenaran dan mampu berpikir kritis. Karena itu, tiap persoalan yang dibahas dapat dengan mudah mereka mengerti.[24] Dakwah dilakukan dengan pendekatan yang sedemikian rupa sehingga pihak objek dakwah mampu melaksanakan dakwah atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan, tekanan maupun konflik. Dengan kata lain dakwah bi al-hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi dakwah yang dilakukan atas dasar persuasif.[butuh rujukan]

Dalam kitab al-Hikmah fi ad-Dakwah Ilallah Ta'ala oleh Said bin Ali bin Wahif al-Qathani diuraikan lebih jelas tentang pengertian al-Hikmah, antara lain Menurut bahasa:[butuh rujukan]

  • Memperbaiki (membuat manjadi lebih baik atau pas) dan terhindar dari kerusakan
  • Ungkapan untuk mengetahui sesuatu yang utama dengan ilmu yang utama
  • Objek kebenaran (al-haq) yang didapat melalui ilmu dan akal
  • Pengetahuan atau ma'rifat.

Menurut istilah Syar'i:[butuh rujukan]

  • Valid dalam perkataan dan perbuatan, mengetahui yang benar dan mengamalkannya, wara' dalam dinullah, meletakkan sesuatu pada tempatnya dan menjawab dengan tegas dan tepat.

Dakwah kultural

[sunting | sunting sumber]

Dakwah kultural merupakan metode dakwah yang menilai penerima dakwah sebagai makhluk yang berbudaya. Kesuksesan metode dakwah kultural bergantung kepada penerimaan masyarakat budaya atas pesan-pesan yang disampaikan oleh pendakwah.[25] Dakwah kultural digunakan pada masyarakat pedesaan. Penyetaraan keagamaan melalui dakwah kultural dibagi menjadi dua metode. Pertama, menggunakan bahasa ibu dari kaum yang didakwahi. Metode ini menggunakan pendekatan struktur dan kultur yang relevan dengan masyarakat kota. Karakteristik dakwah bersifat dinamis, rasional, dan demokratis. Sedangkan yang kedua menggunakan bahasa lisan atau bahasa tulisan. Pemilihan bahasa disesuaikan dengan pola pikir masyarakat perkotaan yang peka terhadap informasi.[26]

Dakwah partisipatif

[sunting | sunting sumber]

Dakwah partisipatif adalah dakwah yanf dilakukan dengan memanfaatkan partisipasi dari pengguna media sosial. Peran pengguna media sosial adalah sebagai penyebar konten dakwah dan pemberi komentar baik atasnya. Komentar yang diberikan dapa berbentuk opini, data, maupun fakta baru. Pada dakwah partisipatif, produsen konten sekaligus menjadi konsumen konten yang dibuatnya. Keberhasilan dakwah partisipatif ditentukan oleh interaksi yang terjadi di media sosial.[27]

Kemudahan

[sunting | sunting sumber]

Perilaku tolong-menolong dalam kebaikan

[sunting | sunting sumber]

Dakwah akan memperoleh kemudahan dalam pelaksanaannya melalui perilaku tolong-menolong dalam kebaikan. Karena tolong-menolong membentuk suatu hubungan keakraban di antara sesama muslim. Risalah dari Allah dan rasul-Nya kemudian menjadi lebih mudah untuk disampaikan akibat adanya keakraban ini.[28]

Ilmu yang memahami aspek hukum dan tatacara yang berkaitan dengan dakwah, sehingga para muballigh bukan saja paham tentang kebenaran Islam akan tetapi mereka juga didukung oleh kemampuan yang baik dalam menyampaikan Risalah al Islamiyah.[butuh rujukan]

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Syukur 2017, hlm. 3.
  2. ^ Winengan 2018, hlm. 1.
  3. ^ Syukur 2017, hlm. 2.
  4. ^ Amin 2013, hlm. 2.
  5. ^ Suriati dan Samsinar (2021). Ilmu Dakwah (PDF). Tulungagung: Akademia Pustaka. hlm. 2. ISBN 978-623-6364-22-2. 
  6. ^ Ismail, A. I., dan Hotman, P. (2013). Filsafat Dakwah: Rekayasa Membangun Agama dan Peradaban Islam. Jakarta: Kencana. hlm. 211. ISBN 978-602-8730-78-5. 
  7. ^ Hasanah, Umdatul (2016). Ilmu dan Filsafat Dakwah (PDF). Serang: Penerbit fseipress. hlm. 1–2. ISBN 978-602-7787-14-8. 
  8. ^ Bashori, A. H., dan Jalaluddin, M. (2021). "Dakwah Islamiyah di Era Milenial" (PDF). Syiar: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam. 1 (2): 90. doi:10.54150/syiar.v1i2.40. ISSN 2808-7941. 
  9. ^ Fahrurrozi, Faizah, dan Kadri (2019). Ilmu Dakwah (PDF). Jakarta: Prenadamedia Group. hlm. 35. ISBN 978-623-218-333-9. 
  10. ^ Machendrawaty, Nanih (2021). Manajemen Dakwah: Identitas dan Eksperimentasi (PDF). Bandung: CV. Mimbar Pustaka. hlm. 1. ISBN 978-623-93889-3-5. 
  11. ^ Hasan, Mohammad (2013). Metodologi Pengembangan Ilmu Dakwah (PDF). Pena Salsabila. hlm. 21. 
  12. ^ Abdullah 2019, hlm. 83.
  13. ^ Rohman 2020, hlm. 8.
  14. ^ Basit 2013, hlm. 84.
  15. ^ Arifin 2015, hlm. 202-203.
  16. ^ a b Basit 2013, hlm. 79.
  17. ^ Rohman 2020, hlm. 28-29.
  18. ^ Arifin 2015, hlm. 202.
  19. ^ Arifin 2015, hlm. 203.
  20. ^ Mahmud 1995, hlm. 29.
  21. ^ Winengan 2018, hlm. 12.
  22. ^ Mahmud 1995, hlm. 26.
  23. ^ Abdullah 2019, hlm. 62.
  24. ^ Amin 2013, hlm. 26.
  25. ^ Arafah, M., Budira, dan Suarni (2018). "Gerakan Dakwah Kultural dalam Mewujudkan Masyarakat Berperadaban dalam Perspektif Muhammadiyah" (PDF). Prosiding Konferensi Nasional Ke- 7 Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (APPPTMA): 163. ISBN 978-602-50710-7-2. 
  26. ^ Habibullah, Y., dan Rosi, B. (2021). "Dakwah Kultural terhadap Komunitas PNS di Desa Dasok Pademawu". Da’wa: Jurnal Bimbingan Penyuluhan & Konseling Islam. 1 (1): 3. 
  27. ^ Hariyanti, P., dkk. (2019). Komunikasi Dakwah Milenial. Sleman: Penerbit Komunikasi UII Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia. hlm. 4. ISBN 978-623-91438-6-2. 
  28. ^ Maulidiyah, Zulfa (2020). Implementasi Dakwah Dokter H. Nurul Kawakib, dr. SpB. Finacs dalam Praktek Operasi terhadap Pasien (PDF). Surabaya: Intigrafika Sukses Mulia. hlm. 5. ISBN 978-602-98406-8-1. 

Daftar pustaka

[sunting | sunting sumber]
  • Syukur, Yanuardi (2017). Menulis di Jalan Tuhan. Sleman: Deepublish. ISBN 978-602-401-711-8.