Kejadian 17

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kejadian 17 (disingkat Kej 17) adalah bagian dari Kitab Kejadian dalam Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Termasuk dalam kumpulan kitab Taurat yang disusun oleh Musa.[1][2]

Teks

Ayat 12

Peraturan sunat (Kejadian 17:12): (firman Allah kepada Abraham:) "Anak yang berumur 8 hari haruslah disunat, yakni setiap laki-laki di antara kamu, turun-temurun: baik yang lahir di rumahmu, maupun yang dibeli dengan uang dari salah seorang asing, tetapi tidak termasuk keturunanmu."

Dan ketika genap 8 hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya.[3]

Ayat 17

Lalu tertunduklah Abraham dan tertawa serta berkata dalam hatinya: "Mungkinkah bagi seorang yang berumur seratus tahun dilahirkan seorang anak dan mungkinkah Sara, yang telah berumur sembilan puluh tahun itu melahirkan seorang anak?"[4]

Dari ayat ini diketahui bahwa saat itu Sara telah berumur 90 tahun, sedangkan di ayat 24 diketahui bahwa Abraham saat itu berusia 99 tahun; di ayat ini Abraham membayangkan seandainya hari itu juga Sara mulai hamil, maka baru pada usia 100 tahun Abraham akan memperoleh seorang anak.[5]

Ayat 24

Abraham berumur sembilan puluh sembilan tahun ketika dikerat kulit khatannya.[5]

Abram/Abraham kini berusia 99 tahun dan Sarai/Sara (90 tahun) jauh melampaui usia yang mampu melahirkan anak. Tetapi 13 tahun setelah kelahiran Ismael dan 24 tahun setelah janji Allah yang pertama, Tuhan menampakkan diri kepada Abram dengan suatu berita dan sebuah tuntutan.

  1. Allah menyatakan diri sebagai "Allah Yang Mahakuasa" (bahasa Ibrani: El Shaddai), yang artinya bahwa Ia dapat melakukan segala sesuatu dan tidak ada yang mustahil bagi Dia. Sebagai Allah Yang Mahakuasa, Ia dapat menggenapi semua janji-Nya ketika secara alami tidak mungkin digenapi lagi. Dengan demikian anak Abram yang dijanjikan itu akan lahir ke dalam dunia oleh suatu mukjizat (bandingkan ayat Kejadian 17:15–19; 35:11; Yesaya 13:6; Roma 4:19; Ibrani 11:12).
  2. Allah menuntut bahwa Abram berjalan di hadapan-Nya dengan tidak bercela (yaitu, mengabdi sepenuhnya untuk melaksanakan kehendak Allah). Sama seperti iman Abram diperlukan untuk menerima perjanjian Allah, demikian pula suatu usaha sungguh-sungguh untuk menyenangkan Allah dituntut bagi kesinambungan berkat-berkat perjanjian dengan Allah (bandingkan Kejadian 22:16–18). Iman Abram harus disertai ketaatan (Roma 1:5), jikalau tidak dia akan dinyatakan tak mampu berperan serta dalam maksud-maksud abadi Allah

Dengan kata lain, semua janji dan mukjizat Allah hanya akan terjadi ketika umat-Nya berusaha untuk hidup tidak bercacat dan hati mereka tetap terarah kepada-Nya (bandingkan Kejadian 5:24; 6:9; Ulangan 13:4; Matius 17:20).[6]

Tradisi Yahudi

  • Pasal ini seluruhnya termasuk ke dalam bahan bacaan Taurat mingguan (Ibrani: פרשת, parsyah) לך־לך (Lekh-Lekha) yang dimulai dari pasal 12 ayat 1 dan berakhir pada ayat ke-27 pasal ini.[7]

Referensi

  1. ^ W.S. LaSor, D.A. Hubbard & F.W. Bush. Pengantar Perjanjian Lama 1. Diterjemahkan oleh Werner Tan dkk. Jakarta:BPK Gunung Mulia. 2008. ISBN 9794158151, 9789794158159
  2. ^ J. Blommendaal. Pengantar kepada perjanjian lama. Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1983. ISBN 9794153850, 9789794153857
  3. ^ Lukas 2:21
  4. ^ Kejadian 17:17
  5. ^ a b Kejadian 17:24
  6. ^ The Full Life Study Bible. Life Publishers International. 1992. Teks Penuntun edisi Bahasa Indonesia. Penerbit Gandum Mas. 1993, 1994.
  7. ^ Penanggalan parsyah

Lihat pula

Pranala luar