Lompat ke isi

Sulawesi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 167: Baris 167:


== Referensi ==
== Referensi ==
=== Rujukan ===
{{reflist}}
{{reflist|30em}}

=== Daftar pustaka ===
* {{citation |ref={{harvid|IHO|1953}} |url=http://iho.int/iho_pubs/standard/S-23/S-23_Ed3_1953_EN.pdf |title=Limits of Oceans and Seas, ''3rd ed.'' |year=1953 |publisher=[[International Hydrographic Organization]] }}.
* {{citation |last=Von Rintelen |first=T. |author2-last=Stelbrink |author2-first=B. |author3-last=Marwoto |author3-first=R.M. |author4-last=Glaubrecht |author4-first=M. |display-authors=1 |date=2014 |contribution=A Snail Perspective on the Biogeography of Sulawesi, Indonesia: Origin and Intra-Island Dispersal of the Viviparous Freshwater Gastropod ''Tylomelania''" |title=PLoS ONE |volume=Vol. 9, No. 6 |p=e98917 |doi=10.1371/journal.pone.0098917 |ref={{harvid|Von Rintelen & al.|2014}} }}.


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==

Revisi per 24 November 2017 12.24

Sulawesi
Geografi
LokasiAsia Tenggara
Koordinat2°08′S 120°17′E / 2.133°S 120.283°E / -2.133; 120.283
KepulauanKepulauan Sunda Besar
Luas180,680.7 km² km2
Titik tertinggi3,478 m m
Pemerintahan
NegaraIndonesia
Kependudukan
Penduduk19 juta jiwa
Kepadatan92/km² jiwa/km2
Peta

Sulawesi atau Pulau Sulawesi (atau sebutan lama dalam bahasa Inggris: Celebes) adalah sebuah pulau dalam wilayah Indonesia Indonesia yang terletak di antara Pulau Kalimantan di sebelah barat dan Kepulauan Maluku di sebelah timur. Dengan luas wilayah sebesar 180.680,7 km², Sulawesi merupakan pulau terbesar ke-11 di dunia. Di Indonesia hanya luas Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Pulau Papua sajalah yang lebih luas wilayahnya daripada Pulau Sulawesi, sementara dari segi populasi hanya Pulau Jawa dan Sumatera sajalah yang lebih besar populasinya daripada Sulawesi.

Etimologi

Nama Sulawesi diperkirakan berasal dari kata dalam bahasa-bahasa di Sulawesi Tengah yaitu kata sula yang berarti nusa (pulau) dan kata mesi yang berarti besi (logam), yang mungkin merujuk pada praktik perdagangan bijih besi hasil produksi tambang-tambang yang terdapat di sekitar Danau Matano, dekat Sorowako, Luwu Timur.[1] Sedangkan bangsa/orang-orang Portugis yang datang sekitar abad 14-15 masehi adalah bangsa asing pertama yang menggunakan nama Celebes untuk menyebut pulau Sulawesi secara keseluruhan.

Geografi

Sulawesi merupakan pulau terbesar keempat di Indonesia setelah Papua, Kalimantan dan Sumatera dengan luas daratan 174.600 kilometer persegi. Bentuknya yang unik menyerupai bunga mawar laba-laba atau huruf K besar yang membujur dari utara ke selatan dan tiga semenanjung yang membujur ke timur laut, timur, dan tenggara. Pulau ini dibatasi oleh Selat Makasar di bagian barat dan terpisah dari Kalimantan serta dipisahkan juga dari Kepulauan Maluku oleh Laut Maluku. Sulawesi berbatasan dengan Borneo di sebelah barat, Filipina di utara, Flores di selatan, Timor di tenggara dan Maluku di sebelah timur.

Geologi

Pulau ini terbentuk melalui lekukan tepi laut dalam yang mengelilinginya hingga wilayah pedalaman berupa pegunungan yang tinggi, dan sebagian besar non-vulkanik. Gunung berapi aktif ditemukan di Semenanjung Minahasa yang berada di utara Sulawesi, dan terus membentang ke utara menuju Kepulauan Sangihe. Semenanjung utara Sulawesi merupakan tempat bagi beberapa gunung berapi aktif seperti Gunung Lokon, Gunung Awu, Soputan dan Karangetang.

Menurut rekonstruksi lempeng, pulau ini diyakini terbentuk melalui proses tumbukan terran antara Lempeng Asia (yang membentuk semenanjung barat dan barat daya) dan Lempeng Australia (yang membentuk semenanjung tenggara dan Banggai), dengan busur kepulauan yang sebelumnya berada di Samudera Pasifik (dan membentuk semenanjung utara dan timur).[2] Karena ketidakstabilan riwayat tektoniknya, berbagai sesar terbentuk dan akibatnya pulau ini menjadi rawan gempa bumi.

Sulawesi, berbeda dengan sebagian besar pulau lainnya di wilayah biogeografis Wallacea, tidak sepenuhnya memiliki sifat samudera, namun merupakan pulau komposit di pusat zona tabrakan Asia-Australia. Bagian dari pulau ini sebelumnya menyatu, entah pada batas benua Asia atau Australia sebelum akhirnya terpisah dari benua asalnya melalui proses vikarian.[3] Di sebelah barat, pembukaan Selat Makassar memisahkan Sulawesi Barat dari Sundaland pada zaman Eosen sekitar 45 juta tahun yang lalu.[3] Di sebelah timur, pandangan awam tentang tumbukan yang melibatkan beberapa fragmen mikro-benua yang terpisah dari Pulau Nugini dengan batas volkanik aktif di Sulawesi Barat pada waktu yang berbeda sejak zaman Miosen Awal sekitar 20 juta tahun yang lalu, baru-baru ini digantikan oleh hipotesis bahwa fragmen tambahan tersebut merupakan hasil dari tabrakan tunggal yang terjadi pada zaman Miosen antara Sulawesi Barat dengan Titik Sula, yang merupakan ujung barat dari sabuk lipat kuno asal Variskan pada zaman Paleozoikum Akhir.[3]

Sejarah

Penari 'Padjogé' di Maros, Sulawesi, pada tahun 1870an.

Sejak abad ke-13, akses terhadap barang perdagangan berharga dan sumber mineral besi mulai mengubah pola lama budaya disulawesi, dan ini memungkinkan individu yang ambisius untuk membangun unit politik yang lebih besar. Tidak diketahui mengapa kedua hal tersebut muncul bersama-sama, mungkin salah satu adalah hasil yang lain. Pada 1400an, sejumlah kerajaan pertanian yang baru telah muncul di barat lembah Cenrana, serta di daerah pantai selatan dan di pantai timur dekat Parepare yang modern.[4]

Orang-orang Eropa pertama yang mengunjungi pulau ini (yang dipercayai sebagai negara kepulauan karena bentuknya yang mengerut) adalah pelaut Portugis pada tahun 1525, dikirim dari Maluku untuk mencari emas, yang kepulauan memiliki reputasi penghasil.[5] Belanda tiba pada tahun 1605 dan dengan cepat diikuti oleh Inggris, lalu mendirikan pabrik di Makassar.[6] Sejak 1660, Belanda berperang melawan Kerajaan Gowa Makasar terutama di bagian pesisir barat yang berkuasa. Pada tahun 1669, Laksamana Speelman memaksa penguasa, Sultan Hasanuddin, untuk menandatangani Perjanjian Bongaya, yang menyerahkan kontrol perdagangan ke Perusahaan Hindia Belanda. Belanda dibantu dalam penaklukan mereka oleh panglima perang Bugis Arung Palakka, penguasa kerajaan Bugis Bone. Belanda membangun benteng di Ujung Pandang, sedangkan Arung Palakka menjadi penguasa daerah dan kerajaan Bone menjadi dominan. Perkembangan politik dan budaya tampaknya telah melambat sebagai akibat dari status quo. Pada tahun 1905 seluruh Sulawesi menjadi bagian dari koloni negara Belanda dari Hindia Belanda sampai pendudukan Jepang dalam Perang Dunia II. Selama Revolusi Nasional Indonesia, "Turk" Westerling Kapten Belanda membunuh sedikitnya 4.000 orang selama Kampanye Sulawesi Selatan [7] Setelah penyerahan kedaulatan pada Desember 1949, Sulawesi menjadi bagian dari Republik Indonesia Serikat (RIS). Dan pada tahun 1950 menjadi tergabung dalam kesatuan Republik Indonesia.[8]

Pada saat kemerdekaan Indonesia, Sulawesi berstatus sebagai provinsi dengan bentuk pemerintahan otonom di bawah pimpinan seorang Gubernur. Provinsi Sulawesi ketika itu beribukota di Makassar, dengan Gubernur DR.G.S.S.J. Ratulangi.[9] Bentuk sistem pemerintahan provinsi ini merupakan perintis bagi perkembangan selanjutnya, hingga dapat melampaui masa-masa di saat Sulawesi berada dalam Negara Indonesia Timur (NIT) dan kemudian NIT menjadi negara bagian dari negara federasi Republik Indonesia Serikat (RIS).[10] Saat RIS dibubarkan dan kembali kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, Sulawesi statusnya dipertegas kembali menjadi provinsi.[11] Status Provinsi Sulawesi ini kemudian terus berlanjut sampai pada tahun 1960.

Gubernur Sulawesi[12]

Mulai tahun 1960 Sulawesi terdiri dari dua buah Daerah Tingkat I [13], yaitu :

Pada tahun 1964 dibentuk Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah, yang dipisahkan dari Daerah Tingkat I Sulawesi Utara-Tengah, sedangkan Daerah Tingkat I Sulawesi Utara-Tengah diubah menjadi Daerah Tingkat I Sulawesi Utara. Demikian pula Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara dibentuk terpisah dari Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan-Tenggara, sedangkan Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan-Tenggara diubah menjadi Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan.[14]

Mulai tahun 1999 pemakaian istilah Daerah tingkat I dihilangkan, sehingga ke-empat wilayah di atas sebutannya berubah masing-masing menjadi provinsi. Memasuki era Reformasi seiring dengan munculnya pemekaran wilayah berkenaan dengan otonomi daerah, terbentuk provinsi Gorontalo pada tahun 2000, dan kemudian provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2004.

Pemerintahan

Pemerintahan di Sulawesi dibagi menjadi enam provinsi berdasarkan urutan pembentukannya yaitu provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, dan Sulawesi Barat. Sulawesi Tengah merupakan provinsi terbesar dengan luas wilayah daratan 68,033 kilometer persegi dan luas laut mencapai 189,480 kilometer persegi yang mencakup semenanjung bagian timur dan sebagian semenanjung bagian utara serta Kepulauan Togean di Teluk Tomini dan pulau-pulau di Banggai Kepulauan di Teluk Tolo. Sebagian besar daratan di provinsi ini bergunung-gunung (42.80% berada di atas ketinggian 500 meter dari permukaan laut) dan Katopasa adalah gunung tertinggi dengan ketinggian 2.835 meter dari permukaan laut.

Kota besar

Berikut 10 kota besar di Sulawesi berdasarkan jumlah populasi tahun 2010.[15]

Urutan Kota, Provinsi Populasi
1 Makassar, Sulawesi Selatan 1,339,374
2 Manado, Sulawesi Utara 675,354
3 Kendari, Sulawesi Tenggara 289,153
4 Palu, Sulawesi Tengah 335,297
5 Gorontalo, Gorontalo 1,097,990
6 Bitung, Sulawesi Utara 387,932
7 Palopo, Sulawesi Selatan 148,033
8 Baubau, Sulawesi Tenggara 137,118
9 Parepare, Sulawesi Selatan 129,542
10 Kotamobagu, Sulawesi Utara 107,216

Lihat Pula Daftar kota di Indonesia menurut jumlah penduduk.

Sumber daya alam

Daftar gunung di Sulawesi

Empat semenanjung utama

Bahasa

Bugis-Makassar

Suku Bugis-Makassar adalah suku yang lebih dominan di Pulau Sulawesi ini. Di mana suku ini dapat ditemui di mana-mana di Pulau Sulawesi. Suku Bugis mayoritas adalah pedagang jadi tidak heran jika rata-rata pasar di pulau ini dikuasai oleh Suku Bugis. Suku Bugis adalah suku yang taat beragama. Suku Bugis adalah suku yang sangat menjunjung tinggi harga diri dan martabat. Suku ini sangat menghindari tindakan-tindakan yang mengakibatkan turunnya harga diri atau martabat seseorang.

Budaya

Hasil kebudayaan Bugis-Makassar yang paling terkenal adalah Kapal Pinisi. Kapal Pinisi adalah alat transportasi zaman dulu, biasanya untuk mengangkut barang. Kapal laut ini tergolong kapal layar, yang memakai tenaga angin sebagai penggerak. Kapal Pinisi ini sudah terkenal sejak abad ke-14. Bahkan sekarang, dunia sudah mengakui keberadaan Kapal Pinisi. Saat ini Kapal Pinisi digunakan sebagai kapal pesiar mewah dan kapal ekspedisi. Akan tetapi masih ada masyarakat Sulawesi yang menggunakan kapal ini sebagai alat transportasi sehari-hari. Anda bisa menemui kapal ini beserta proses pembuatannya di kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Penduduk suku Toraja terkenal sebagai penduduk yang bermukim di dataran tinggi atau pegunungan. Nenek moyangnya berasal dari suku bangsa cina. Hasil kebudayaannya sangat beragam, dan masih terjaga sampai saat ini. Yang paling mudah dikenali dari kebudayaan Toraja adalah rumah adatnya. Tongkonan adalah rumah adat suku Toraja. Rumah ini merupakan simbol spiritualital masyarakat Toraja. Berbagai upacara adat Toraja diselenggarakan di rumah ini.[16]

Referensi

Rujukan

  1. ^ Watuseke, F. S. 1974. On the name Celebes. Sixth International Conference on Asian History, International Association of Historians of Asia, Yogyakarta, 26th-30th August. Unpublished.
  2. ^ Researchers find biggest exposed fault on Earth 28 November 2016
  3. ^ a b c Von Rintelen & al. (2014).
  4. ^ Caldwell, I.A. 1988. 'South Sulawesi A.D. 1300–1600; Ten Bugis texts.' Ph.D thesis, The Australian National University; Bougas, W. 1998. 'Bantayan; An early Makassarese kingdom 1200 -1600 AD. Archipel 55: 83-123; Caldwell, I. and W.A. Bougas 2004. 'The early history of Binamu and Bangkala, South Sulawesi.' Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 64: 456-510; Druce, S. 2005. 'The lands west of the lake; The history of Ajattappareng, South Sulawesi, AD 1200 to 1600.' Ph.D thesis, The University of Hull.
  5. ^ Crawfurd, J. 1856. A descriptive dictionary of the Indian islands and adjacent countries. London: Bradbury & Evans.
  6. ^ Bassett, D. K. (1958). English trade in Celebes, 1613-67. Journal of the Royal Asiatic Society 31(1): 1-39.
  7. ^ Kahin (1952), p. 145
  8. ^ Westerling, R. 1952. Challenge to Terror
  9. ^ Sejarah Provinsi Sulawesi Utara
  10. ^ Kementerian Penerangan, Republik Indonesia: Provinsi sulawesi, 1953, hal. 176-177
  11. ^ Peraturan Pemerintah nomor 21 tahun 1950
  12. ^ [1]
  13. ^ Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 47 Tahun 1960
  14. ^ Undang Undang nomor 13 tahun 1964
  15. ^ "Indonesia: Provinces, Cities & Municipalities". City Population. Diakses tanggal 2010-04-28. 
  16. ^ Potensi Wisata Sulawesi

Daftar pustaka

Pranala luar

  1. Daftar Taman Nasional di Sulawesi Diakses 5 Desember 2014.