Tunggal panaluan
Tunggal panaluan (Surat Batak: ᯖᯮᯰᯎᯞ᯲ ᯇᯉᯞᯮᯀᯉ᯲) adalah tongkat kayu yang digunakan oleh datu, dukun Batak di Sumatera Utara. Bentuk tongkat yang lebih kecil dikenal sebagai tungkot malehat. Tongkat ini dibuat dari kayu pohon trengguli wanggang yang memiliki daya mistis bagi orang Batak. Tongkat ini diukir dengan rupa manusia atau binatang yang masing-masing berdiri di atas yang lain, berhubungan dengan kepercayaan Batak. Tunggal panaluan digunakan dalam upacara adat untuk mengusir bencana atau juga mendatangkannya.[1] Untuk menghasilkan kekuatan mistis, datu membuat lubang di tongkat dan menambahkan ramuan yang disebut pupuk. Salah satu material pupuk adalah sisa-sisa tubuh anak yang dikorbankan. Tongkat ini juga digunakan dalam tari tortor tunggal panaluan yang dibawakan oleh para datu/dukun.[2]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "Sistem Registrasi Museum Kemdikbud". museum.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 2019-12-03.[pranala nonaktif permanen]
- ^ Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya. "Tor-Tor". Warisan Budaya Takbenda Indonesia. Diakses tanggal 3 Desember 2019.