Tigalingga, Dairi
Tigalingga | |
---|---|
Kecamatan | |
![]() Peta lokasi Kecamatan Tigalingga |
|
Negara | ![]() |
Provinsi | Sumatera Utara |
Kabupaten | Dairi |
Pemerintahan | |
• Camat | Carlos Situmorang |
Luas | 197 km² |
Jumlah penduduk | 24.838(2003) |
Kepadatan | 126 jiwa per km² (2003) |
Tigalingga adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Dairi, Sumatera Utara.
Daftar isi
Sejarah[sunting | sunting sumber]
Tigalingga adalah salah satu wilayah perbatasan yang oleh penguasa Belanda dulu disebut sebagai Onderdistrik van Karo Kampung. Kawasan ini meliputi lima kenegrian yakni Tigalingga, Tanah Pinem, Pegagan Hilir, Juhar Kidupen Manik, dan Lau Juhar. Dinamai Karo Kampung karena kulturnya memang Karo dan kawasan ini merupakan wilayah Karo yang masuk wilayah Dairi akibat demarkasi oleh Belanda.
Kecamatan Tigalingga dahulunya merupakan wilayah Karo boleh dibilang sejak lama menjadi model bagi Dairi dalam hal pertanian. Sejak bersentuhan dengan teknologi pertanian pada masa Hindia Belanda Karo telah menjadi sentra agribisnis utama di Sumatera bahkan di Indonesia.[1]
Data Umum[sunting | sunting sumber]
Kecamatan Tigalingga terdiri dari 14 Desa, yaitu Lau Sireme, Laumil ,Lau Bagot, Sukandebi, Lau Mulgap, Lau Pakpak, Palding, Bertungen Julu, Palding Jaya Sumbul, Sarintonu, Juma Gerat, Ujung Teran, Sumbul Tengah dan Tiga lingga.
Kecamatan Tigalingga merupakan Kecamatan Induk dari Kecamatan Gunung Sitember yang dulunya merupakan satu Kecamatan pada tahun 2003. Hasil bumi musiman yang terkenal adalah buah durian. Bertani adalah mata pencaharian utama penduduk Kecamatan Tigalingga dan sebagian ada juga yang berwirausaha. Hari Kamis merupakan hari pekan bagi masyarakat Kecamatan Tigalingga untuk menjual dan membeli hasil taninya yang dibawa dari kebun dan ladang ke lokasi Pekan Tigalingga.
Galeri[sunting | sunting sumber]
-
Durian khas dari Tigalingga
-
Tugu Perjuangan Kota Tigalingga
Referensi[sunting | sunting sumber]
- ^ Flores Tanjung dkk, Dairi dalam Kilatan Sejarah
|
|