Tigalingga, Dairi
Tigalingga | |
---|---|
![]() Kantor Kecamatan Tigalingga | |
![]() Peta lokasi Kecamatan Tigalingga | |
Negara | ![]() |
Provinsi | Sumatra Utara |
Kabupaten | Dairi |
Pemerintahan | |
• Camat | Carlos Situmorang |
Populasi | |
• Total | 24,838(2.003) jiwa |
Kode Kemendagri | 12.11.03 ![]() |
Luas | 197 km² |
Tigalingga adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Dairi, Sumatra Utara.
Sejarah[sunting | sunting sumber]
Tigalingga adalah salah satu wilayah perbatasan yang oleh penguasa Belanda dulu disebut sebagai Onderdistrik van Karo Kampung. Kawasan ini meliputi lima kenegrian yakni Tigalingga, Tanah Pinem, Pegagan Hilir, Juhar Kidupen Manik, dan Lau Juhar. Dinamai Karo Kampung karena kulturnya mayoritas Karo dan kawasan ini merupakan wilayah Karo yang masuk wilayah Dairi akibat demarkasi oleh Belanda.
Kecamatan Tigalingga memekarkan Kecamatan Gunung Sitember pada tahun 2003.
Pemerintahan[sunting | sunting sumber]
Kecamatan Tigalingga terdiri dari 14 desa. Desa Tigalingga adalah ibu kota kecamatan, sedang pusat pemerintahan berada di Desa Lau Bagot.
Sosial Kemasyarakatan[sunting | sunting sumber]
Suku[sunting | sunting sumber]
Demografi berdasarkan Marga di Kecamatan Tigalingga [1]
Kecamatan Tigalingga adalah kecamatan yang multi-etnis, mayoritas penduduknya merupakan Suku Toba, disusul oleh Suku Karo, Suku Pakpak, Suku Simalungun, dan terdapat juga minoritas penduduk dari Suku Jawa.
Marga yang mendominasi di Kecamatan Tigalingga beragam dan berasal dari lintas etnis; terdapat empat kelompok marga yang mencapai lebih dari 6% dari penduduk Kecamatan Tigalingga yaitu:
- Persatuan marga Nai Ambaton (Parna) (marga Simbolon, Sitanggang, Munthe, Saragi/Saragih, dan lain-lain[note 1]) mencapai sekitar 6,85% dari penduduk Kecamatan Tigalingga
- Marga Karokaro (termasuk sub-marga Sinulingga, Sitepu, Kaban, dan lain-lain) yang mencapai sekitar 6,66%,
- Marga Ginting (termasuk sub-marga Munthe, Manik, Suka dan lain-lain) yang mencapai sekitar 6,51%[note 2]
- Persatuan marga Siraja Oloan (marga Naibaho (termasuk Bako dan Sitindaon)[note 3], Sihotang/Siketang (termasuk Simarsoit dan Hasugian/Kesogihen), Bakara, Sinambela, Sihite, dan Manullang) yang mencapai sekitar 6.12%.[2]
Sedangkan marga dari Suku Pakpak berjumlah mencapai sekitar 10,86% dari total penduduk Kecamatan Tigalingga, dimana marga terbanyak adalah Manik, Berutu, Sagala, Maibang, Padang, dan Lingga.[3]
Perekonomian[sunting | sunting sumber]
Pertanian[sunting | sunting sumber]
Sumber penghasilan utama penduduk di Kecamatan Tigalingga adalah di sektor pertanian dan perkebunan rakyat. Hasil bumi musiman yang terkenal dari Kecamatan Tigalingga adalah buah durian.
Perdagangan[sunting | sunting sumber]
Kecamatan Tigalingga memiliki 1 unit pasar yang bernama Pekan Tigalingga berlokasi di Desa Tigalingga dan beroperasi setiap hari kamis.
Catatan[sunting | sunting sumber]
Referensi[sunting | sunting sumber]
- ^ Data diolah dari Daftar Pemilih Pemilu 2019 Kecamatan Tigalingga
- ^ Data diolah dari Daftar Pemilih Pemilu 2019 Kecamatan Tigalingga
- ^ Data diolah dari Daftar Pemilih Pemilu 2019 Kecamatan Tigalingga