Elisabet: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 2: Baris 2:
'''Elisabeth''' adalah tokoh [[Alkitab]] dalam [[Perjanjian Baru]].<ref name="Baigent"/><ref name="Sutama">{{id}}Adji A. Sutama., ''Yesus Tidak Bangkit?'', Yogyakarta: Kanisius, 2008</ref> Elisabet adalah istri dari seorang Imam bernama [[Zakharia (imam)|Zakharia]].<ref name="Sutama"/> Keduanya adalah keturunan [[Harun]]<ref>{{Alkitab|Lukas 1:5}}</ref> Tinggal di sebuah kota di daerah [[Yudea]].<ref name="Setiawati">{{id}}Maria Setiawati., ''Seri Orang Kudus 24 SANTO YOHANES PEMBAPTIS'', Yogyakarta: Kanisius, 2005</ref> Lama dalam perkawinan itu mereka tidak mempunyai anak, sebab Elisabet mandul dan keduanya telah lanjut umurnya.<ref>{{Alkitab|Lukas 1:7}}</ref> Namun atas anugerah Tuhan dia memperoleh seorang putra di masa tuanya.<ref name="Sutama"/> Hal itu terjadi setelah [[malaikat]] [[Gabriel]] menampakkan diri kepada [[Zakharia (imam)|Zakharia]] ketika bertugas di [[Bait Suci]] dan berkata kepadanya: "Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, isterimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes." <ref>{{Alkitab|Lukas 1:13}}</ref> Kelak anaknya lebih dikenal sebagai [[Yohanes Pembaptis]], tokoh yang sangat penting terkait dengan karya [[Allah]] dalam diri [[Yesus Kristus]].<ref name="Sutama"/> Yohanes Pembaptis adalah sahabat Yesus, dan dia yang membaptis Yesus.<ref name="Sutama"/> Kisah tentang Elisabet yang mengandung Yohanes Pembaptis ini terdapat dalam [[Injil Lukas]].<ref name="Sutama"/>
'''Elisabeth''' adalah tokoh [[Alkitab]] dalam [[Perjanjian Baru]].<ref name="Baigent"/><ref name="Sutama">{{id}}Adji A. Sutama., ''Yesus Tidak Bangkit?'', Yogyakarta: Kanisius, 2008</ref> Elisabet adalah istri dari seorang Imam bernama [[Zakharia (imam)|Zakharia]].<ref name="Sutama"/> Keduanya adalah keturunan [[Harun]]<ref>{{Alkitab|Lukas 1:5}}</ref> Tinggal di sebuah kota di daerah [[Yudea]].<ref name="Setiawati">{{id}}Maria Setiawati., ''Seri Orang Kudus 24 SANTO YOHANES PEMBAPTIS'', Yogyakarta: Kanisius, 2005</ref> Lama dalam perkawinan itu mereka tidak mempunyai anak, sebab Elisabet mandul dan keduanya telah lanjut umurnya.<ref>{{Alkitab|Lukas 1:7}}</ref> Namun atas anugerah Tuhan dia memperoleh seorang putra di masa tuanya.<ref name="Sutama"/> Hal itu terjadi setelah [[malaikat]] [[Gabriel]] menampakkan diri kepada [[Zakharia (imam)|Zakharia]] ketika bertugas di [[Bait Suci]] dan berkata kepadanya: "Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, isterimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes." <ref>{{Alkitab|Lukas 1:13}}</ref> Kelak anaknya lebih dikenal sebagai [[Yohanes Pembaptis]], tokoh yang sangat penting terkait dengan karya [[Allah]] dalam diri [[Yesus Kristus]].<ref name="Sutama"/> Yohanes Pembaptis adalah sahabat Yesus, dan dia yang membaptis Yesus.<ref name="Sutama"/> Kisah tentang Elisabet yang mengandung Yohanes Pembaptis ini terdapat dalam [[Injil Lukas]].<ref name="Sutama"/>
==Kunjungan Maria==
==Kunjungan Maria==
Elisabet sendiri adalah saudara dari [[Maria]] ibu dari [[Yesus]] [[Kristus]].<ref name="Baigent">{{id}}Michael Baigent., ''The Messsianic Legacy''Ufuk Publishing House, </ref>Kemungkinan adalah saudara sepupu.<ref name="Setiawati"/> Maria tahu kalau Elisabet mengandung, karena diberitahu oleh [[malaikat]] [[Gabriel]] saat mengabarkan bahwa Maria sendiri akan mengandung oleh [[Roh Kudus]].<ref>{{Alkitab|Lukas 1:36}}</ref> Padahal Elisabet sejak mengandung selama 5 bulan tidak menampakkan diri.<ref>{{Alkitab|Lukas 1:24}}</ref> Maria mengunjungi Elisabet, saat kandungan Elisabet sudah berusia 6 bulan. Jarak rumah mereka cukup jauh. Maria tinggal di Nazaret, Galilea, dan pergi ke rumah Elisabet di Yudea.<ref name="Setiawati"/>
Elisabet sendiri adalah sanak saudara dari [[Maria]] ibu dari [[Yesus]] [[Kristus]];<ref name="Baigent">{{id}}Michael Baigent., ''The Messsianic Legacy''Ufuk Publishing House.</ref><ref>{{Alkitab|Lukas 1:36}}</ref> kemungkinan adalah saudara sepupu.<ref name="Setiawati"/> Maria tahu kalau Elisabet mengandung, karena diberitahu oleh [[malaikat]] [[Gabriel]] saat mengabarkan bahwa Maria sendiri akan mengandung oleh [[Roh Kudus]].<ref>{{Alkitab|Lukas 1:36}}</ref> Padahal Elisabet sejak mengandung selama 5 bulan tidak menampakkan diri.<ref>{{Alkitab|Lukas 1:24}}</ref> Maria mengunjungi Elisabet, saat kandungan Elisabet sudah berusia 6 bulan. Jarak rumah mereka cukup jauh. Maria tinggal di Nazaret, Galilea, dan pergi ke rumah Elisabet di Yudea.<ref name="Setiawati"/>


Peristiwa kunjungan Maria kepada Elisabet inilah yang banyak dimaknai dalam kehidupan iman orang [[Kristen]] dan [[Katolik]].<ref name="Kanisius"/> Sebab waktu Maria berkunjung, Yohanes yang saat itu masih dalam kandungan Elisabeth melonjak kegirangan. Dan hal ini dimaknai karena Yohanes telah mengetahui kedatangan Yesus yang ada dalam kandungan Maria.<ref name="Kanisius"/> Yohanes Pembaptis merespon kehadiran Yesus yang harus ia persiapkan jalan-Nya untuk berkarya di dunia dalam rangka menyelamatkan manusia.<ref name="Kanisius"/> Dari sinilah, Yohanes Pembaptis dan Yesus disebut [[Mesias]] karena sama-sama ingin mengentaskan orang [[Yahudi]] yang saat itu penuh dengan kemunafikan dan jauh dari Tuhan.<ref name="Kanisius"/> Selain itu Salam yang diucapkan oleh Elisabet kepada Maria menjadi salah satu dasar Salam Maria dalam tradisi Katolik.<ref name="Kanisius"/> Hal ini berdasarkan teori Santo [[Ambrosius]] pada Abad IV, Uskup Agung dari [[Milan]], [[Itali]].<ref name="Kanisius">{{id}}''Inspirasi Batin 2007'' Yogyakarta: Kanisius, 2007</ref> Salam Elsabet yang diucapkan kepada Maria ini menenangkan hati Maria, dan hal ini ditafsirkan sebagai kerendahan hati Elisabet, sebabagai hamba Allah yang telah terpilih.<ref name="Setiawati"/>
Peristiwa kunjungan Maria kepada Elisabet inilah yang banyak dimaknai dalam kehidupan iman orang [[Kristen]] dan [[Katolik]].<ref name="Kanisius"/> Sebab waktu Maria berkunjung, Yohanes yang saat itu masih dalam kandungan Elisabeth melonjak kegirangan. Dan hal ini dimaknai karena Yohanes telah mengetahui kedatangan Yesus yang ada dalam kandungan Maria.<ref name="Kanisius"/> Yohanes Pembaptis merespon kehadiran Yesus yang harus ia persiapkan jalan-Nya untuk berkarya di dunia dalam rangka menyelamatkan manusia.<ref name="Kanisius"/> Dari sinilah, Yohanes Pembaptis mempersiapkan pekerjaan Yesus yang disebut [[Mesias]], dengan mengentaskan orang [[Yahudi]] yang saat itu penuh dengan kemunafikan dan jauh dari Tuhan.<ref name="Kanisius"/> Selain itu Salam yang diucapkan oleh Elisabet kepada Maria menjadi salah satu dasar Salam Maria dalam tradisi Katolik.<ref name="Kanisius"/> Hal ini berdasarkan teori Santo [[Ambrosius]] pada Abad IV, Uskup Agung dari [[Milan]], [[Itali]].<ref name="Kanisius">{{id}}''Inspirasi Batin 2007'' Yogyakarta: Kanisius, 2007</ref> Salam Elisabet yang diucapkan kepada Maria ini menenangkan hati Maria, dan hal ini ditafsirkan sebagai kerendahan hati Elisabet, sebabagai hamba Allah yang telah terpilih.<ref name="Setiawati"/>
{{cquote|Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana.|||Lukas 1:42-45}}
{{cquote|Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana.|||Lukas 1:42-45}}



Revisi per 2 Januari 2012 08.22

Elizabeth (kiri) dikunjungi Maria (Ibu Yesus), lukisan oleh Philippe de Champaigne

Elisabeth adalah tokoh Alkitab dalam Perjanjian Baru.[1][2] Elisabet adalah istri dari seorang Imam bernama Zakharia.[2] Keduanya adalah keturunan Harun[3] Tinggal di sebuah kota di daerah Yudea.[4] Lama dalam perkawinan itu mereka tidak mempunyai anak, sebab Elisabet mandul dan keduanya telah lanjut umurnya.[5] Namun atas anugerah Tuhan dia memperoleh seorang putra di masa tuanya.[2] Hal itu terjadi setelah malaikat Gabriel menampakkan diri kepada Zakharia ketika bertugas di Bait Suci dan berkata kepadanya: "Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, isterimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes." [6] Kelak anaknya lebih dikenal sebagai Yohanes Pembaptis, tokoh yang sangat penting terkait dengan karya Allah dalam diri Yesus Kristus.[2] Yohanes Pembaptis adalah sahabat Yesus, dan dia yang membaptis Yesus.[2] Kisah tentang Elisabet yang mengandung Yohanes Pembaptis ini terdapat dalam Injil Lukas.[2]

Kunjungan Maria

Elisabet sendiri adalah sanak saudara dari Maria ibu dari Yesus Kristus;[1][7] kemungkinan adalah saudara sepupu.[4] Maria tahu kalau Elisabet mengandung, karena diberitahu oleh malaikat Gabriel saat mengabarkan bahwa Maria sendiri akan mengandung oleh Roh Kudus.[8] Padahal Elisabet sejak mengandung selama 5 bulan tidak menampakkan diri.[9] Maria mengunjungi Elisabet, saat kandungan Elisabet sudah berusia 6 bulan. Jarak rumah mereka cukup jauh. Maria tinggal di Nazaret, Galilea, dan pergi ke rumah Elisabet di Yudea.[4]

Peristiwa kunjungan Maria kepada Elisabet inilah yang banyak dimaknai dalam kehidupan iman orang Kristen dan Katolik.[10] Sebab waktu Maria berkunjung, Yohanes yang saat itu masih dalam kandungan Elisabeth melonjak kegirangan. Dan hal ini dimaknai karena Yohanes telah mengetahui kedatangan Yesus yang ada dalam kandungan Maria.[10] Yohanes Pembaptis merespon kehadiran Yesus yang harus ia persiapkan jalan-Nya untuk berkarya di dunia dalam rangka menyelamatkan manusia.[10] Dari sinilah, Yohanes Pembaptis mempersiapkan pekerjaan Yesus yang disebut Mesias, dengan mengentaskan orang Yahudi yang saat itu penuh dengan kemunafikan dan jauh dari Tuhan.[10] Selain itu Salam yang diucapkan oleh Elisabet kepada Maria menjadi salah satu dasar Salam Maria dalam tradisi Katolik.[10] Hal ini berdasarkan teori Santo Ambrosius pada Abad IV, Uskup Agung dari Milan, Itali.[10] Salam Elisabet yang diucapkan kepada Maria ini menenangkan hati Maria, dan hal ini ditafsirkan sebagai kerendahan hati Elisabet, sebabagai hamba Allah yang telah terpilih.[4]

Referensi

  1. ^ a b (Indonesia)Michael Baigent., The Messsianic LegacyUfuk Publishing House.
  2. ^ a b c d e f (Indonesia)Adji A. Sutama., Yesus Tidak Bangkit?, Yogyakarta: Kanisius, 2008
  3. ^ Lukas 1:5
  4. ^ a b c d (Indonesia)Maria Setiawati., Seri Orang Kudus 24 SANTO YOHANES PEMBAPTIS, Yogyakarta: Kanisius, 2005
  5. ^ Lukas 1:7
  6. ^ Lukas 1:13
  7. ^ Lukas 1:36
  8. ^ Lukas 1:36
  9. ^ Lukas 1:24
  10. ^ a b c d e f (Indonesia)Inspirasi Batin 2007 Yogyakarta: Kanisius, 2007