Muazin: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Ciko (bicara | kontrib)
k Membalikkan revisi 18718833 oleh Pinokowi (bicara)
Tag: Pembatalan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Rintojiang (bicara | kontrib)
k Melindungi "Muazin": Vandalisme berulang ([Sunting=Hanya untuk pengguna terdaftar otomatis] (kedaluwarsa 20 Agustus 2021 16.27 (UTC)) [Pindahkan=Hanya untuk pengguna terdaftar otomatis] (kedaluwarsa 20 Agustus 2021 16.27 (UTC)))
(Tidak ada perbedaan)

Revisi per 20 Juli 2021 16.27

Lukisan yang menggambarkan Muazzin sedang mengumandangkan Azan, tahun 1878

Muazin (ejaan KBBI) atau Mu'azzin (bahasa Arab:مؤذن mu’aḏḏin) adalah orang atau beberapa orang terpilih di masjid yang ditugaskan untuk mengumandangkan panggilan ibadah (Shalat), yaitu "Azan" dan "Iqamah". Peran tambahan lainya, seorang Muazin juga biasanya bertugas untuk mengumandangkan takbir hari raya (Takbiran) yang dilakukan pada malam Idul Fitri dan Idul Adha. Seorang Muazin dipilih karena suara dan kepribadianya yang bagus.

Seorang Muazzin juga sering disebut sebagai "Bilal", nama tersebut diambil dari nama Muazzin pertama dalam sejarah Islam, Bilal bin Rabah.

Muazzin pada masjid-masjid besar biasanya terdapat lebih dari satu dan mereka diberi waktu bergilir untuk bertugas mengumandangkan panggilan ibadah, contohnya di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi terdapat kurang lebih 10 Muazzin, dan ditugaskan secara bergilir sesuai jadwal yang dibuat kerajaan, salah satu Muazzin ternama adalah Ali Ahmed Mulla (Muazzin Masjidil Haram, Mekkah) yang rekaman Azannya telah mendunia.

Sejarah

Muazin pertama dalam sejarah Islam adalah Bilal bin Rabah RA, yaitu seorang budak yang dibebaskan pada zaman Nabi Muhammad (salallahu alayhi wasallam). Bilal bin Rabah dipilih oleh Rasulullah sebagai Muazzin karena suaranya yang indah dan merdu.

Sebelum adanya Pengeras suara (loud-speaker), para Mu'azzin mengumandangkan Azan dari menara Masjid agar dapat didengar oleh warga dan orang di sekitar masjid, praktik ini merupakan cara tradisional para Muazzin sejak dulu dan masih dipraktikkan di beberapa negara muslim seperti di sebagian masjid di negara Turki, walaupun sudah menggunakan Mikrofon tetapi mereka tetap mengumandangkan Azan dari Menara.

Muazzin di zaman Kesultanan Ottoman

Mu'azzin di Kesultanan Ottoman termasuk di antara personel yang terikat pada masjid-masjid tetapi tidak diharuskan memiliki gelar pendidikan tinggi, tidak sebagaimana mereka yang benar-benar ditugaskan untuk memimpin Sholat Berjemaah dan menyampaikan Khutbah (Imam). Pada dasarnya, para Muazzin dipilih untuk kualitas suara mereka yang bagus.[1] Walaupun para Muazzin biasanya ketentuanya tingkat pendidikanya tidak harus setinggi Imam, namun banyak pula Muazzin yang bergelar akademis tinggi.

Syarat menjadi seorang Muazzin

  1. Muslim
  2. Pria
  3. Berakal sehat
  4. Memiliki suara yang bagus
  5. Suci dari hadast dan najis
  6. Mengetahui waktu tibanya masuk Shalat dengan benar

Muazin ternama

Pranala luar

  1. ^ http://www.hurriyetdailynews.com/the-history-of-the-muezzin--74007