Bidadari (Islam)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Dalam Islam, bidadari adalah salah satu penghuni surga. Tubuh mereka sangat indah, begitu manis serta cantik nan jelita dan terbuat dari campuran antara za'faran, misik, anbar dan kafur. Para bidadari tersebut diciptakan tanpa kelahiran dalam kondisi gadis perawan. Mereka tinggal di kemah-kemah di dalam surga bersama dengan suaminya yang juga penghuni surga. Adapun bidadari diciptakan oleh allah untuk para lelaki syahid yang meninggal berjuang dijalan allah.

Penciptaan[sunting | sunting sumber]

Bahan penciptaan[sunting | sunting sumber]

Allah menciptakan bidadari dari empat warna, yaitu putih, hijau, kuning dan merah. Bagian rambutnya terbuat dari sutra. Bagian tubuh bidadari diciptakan dari bawah ke atas secara berurutan menggunakan za'faran, misik, anbar dan kafur. Za'faran digunakan untuk membuat jari-jari kaki hingga ke lutut. Misik digunakan untuk membuat bagian atas lutut hingga ke payudara. Anbar digunakan untuk membuat bagian payudara hingga ke leher. Sedangkan kafur digunakan untuk membuat bagian leher hingga kepala. Bahan pengaduk keempat jenis lempung tersebut adalah air kehidupan. Ini diperoleh dari hadis periwayatan Ibnu Abbas. Nama bidadari-bidadari ini adalah Aina.[1]

Tujuan penciptaan[sunting | sunting sumber]

Bidadari khusus dibuat untuk melayani laki-laki yang menjadi penghuni surga. Kekhususan ini berkaitan dengan watak dan tabiat manusia. Perempuan memiliki watak dan tabiat yang suci. Karena itu, banyak di antara mereka yang tetap setia dengan seorang suami mereka dan tidak menikah lagi setelah suaminya wafat. Sebagai ganti atas harga diri dan kehormatan diri perempuan, Allah memberikan harga diri dan kehormatan diri bagi perempuan yang menjadi penghuni surga.[2]

Sementara itu, laki-laki memiliki sifat kejantanan yang ditunjukkan dengan memiliki lebih dari satu orang istri. Di dunia, Allah mengharamkan perempuan untuk memiliki lebih dari satu suami. Sedangkan laki-laki diizinkan memiliki lebih dari satu istri. Hal ini berkaitan dengan tabiat yang berbeda antara laki-laki dan perempuan.[2]

Ketika menjadi penghuni surga, watak buruk manusia dihilangkan oleh Allah. Watak ini meliputi kecemburuan, iri dan dengki. Karena itu, di antara para penghuni surga timbul perasaan bersaudara dan tiada dendam di hati mereka. Mereka saling berhadap-hadapan dengan berada di atas dipan-dipan. Penjelasan kondisi di surga ini diperoleh dari Surah Al-Hijr ayat 47.[3]

Sifat-sifat[sunting | sunting sumber]

Al-Qur'an menjelaskan mengenai sifat-sifat bidadari. Dalam Surah Al-Waqi'ah ayat 35–37, Allah berfirman bahwa mereka memiliki sifat yang penuh cinta.[4]

Ciri fisik[sunting | sunting sumber]

Bidadari-bidadari diciptakan tanpa kelahiran dan langsung menjadi gadis.[4] Tubuh bidadari sangat indah dan menampakkan bahwa mereka seumuran dan dilahirkan di saat yang bersamaan.[2] Surah At-Tur ayat 20 memberikan keterangan bahwa bidadari-bidadari memiliki mata yang indah.[4] Bidadari juga memiliki kulit yang putih dan lunak. Tubuh mereka seperti telur rebus yang telah dikupas cangkangnya.[4] Surah Ar-Rahman ayat 58 menjelaskan bahwa tubuh mereka seumpama permata yakut dan marjan.[4]

Tempat tinggal[sunting | sunting sumber]

Surah Ar-Rahman ayat 72 menjelaskan bahwa para bidadari tinggal di dalam kemah-kemah yang dibangun di surga. Kemudian pada Surah As-Saffat ayat 49 dijelaskan bahwa mereka seumpama telur-telur yang disimpan dengan baik.[4] Kemah-kemah bidadari selebar 60 mil. Bahannya terbuat dari permata berongga. Bidadari-bidadari yang menjadi istri penghuni surga tidak akan saling melihat satu sama lain di dalam kemah. Di sekeliling kemah terdapat kebun yang berisi emas dan perak.[5]

Referensi[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Qamariyah, Ulfa (2015). Usman dan Alfrida, ed. Nama-Nama Surga dan Penghuninya. Semarang: Bengawan Ilmu. hlm. 11. ISBN 978-979-021-573-3. 
  2. ^ a b c asy-Sya'rawi 2020, hlm. 88.
  3. ^ asy-Sya'rawi 2020, hlm. 88-89.
  4. ^ a b c d e f asy-Sya'rawi 2020, hlm. 87.
  5. ^ Hadi, Syofyan (2021). Surga dan Neraka: Syarahan terhadap Kitab Washf al-Jannah wa al-Nar Min Shahih al- Sunnah wa al-Akhbar li Syaikh Wahid ibn Abd al-Salam Bali (PDF). Serang: Penerbit A-Empat. hlm. 99. ISBN 978-623-6289-33-4. 

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]

  • asy-Sya'rawi, M. Mutawalli (2020). Basyarahil, U., dan Legita, I. R., ed. Anda Bertanya Islam Menjawab. Diterjemahkan oleh al-Mansur, Abu Abdillah. Jakarta: Gema Insani. ISBN 978-602-250-866-3.