Cengkih

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Cengkih
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Divisi:
(tanpa takson):
(tanpa takson):
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
S. aromaticum
Nama binomial
Syzygium aromaticum
(L.) Merrill & Perry
Cengkih

Cengkih[1] atau cengkeh[2] (Syzygium aromaticum) adalah kuncup bunga kering beraroma dari keluarga pohon Myrtaceae. Cengkih adalah tanaman asli Indonesia, banyak digunakan sebagai bumbu masakan pedas di negara-negara Eropa,[3] dan sebagai bahan utama rokok kretek khas Indonesia. Cengkih ditanam terutama di Indonesia dan Madagaskar; selain itu juga dibudidayakan di Zanzibar, India, dan Sri Lanka. Cengkih umumnya memiliki musim panen yang bervariasi di negara-negara penghasilnya.[4] Tumbuhan ini adalah flora identitas Provinsi Maluku Utara.

Ciri botanis[sunting | sunting sumber]

Pohon cengkeh adalah tumbuhan hijau abadi yang tumbuh rata-rata setinggi 8–12 meter (26–39 ft), dengan daun besar dan bunga berwarna merah yang tumbuh dalam kelompok terminal. Kuncup bunga awalnya memiliki rona pucat, secara bertahap berubah menjadi hijau, kemudian beralih ke merah cerah saat siap dipanen. Kuncup bunga cengkih biasanya dipanen dengan panjang 15–2 sentimeter (5,91–0,79 in), dan terdiri dari kelopak bunga panjang yang memiliki empat sepal yang menyebar, dan empat kelopak yang belum dibuka yang membentuk bola tengah kecil.

Penggunaan[sunting | sunting sumber]

Cengkih digunakan sebagai bumbu dalam hidangan Asia, Afrika, Mediterania, serta negara-negara Timur Dekat dan Timur Tengah, untuk memberikan rasa pada daging, kari, dan bumbu-bumbu, serta buah-buahan (seperti apel, pir, dan rhubarb). Cengkih dapat digunakan untuk memberikan kualitas aromatik dan rasa pada minuman panas, sering dikombinasikan dengan bahan lain seperti lemon dan gula. Cengkih juga biasanya digunakan dalam campuran rempah-rempah dan bumbu, seperti bumbu pai labu dan roti rempah speculaas.

Cengkih dapat digunakan sebagai bumbu baik dalam bentuknya yang utuh atau sebagai bubuk. Bumbu ini digunakan di Eropa dan Asia. Di Indonesia, cengkih terutama digunakan sebagai bahan rokok kretek. Cengkih juga digunakan sebagai bahan dupa di Republik Rakyat Tiongkok dan Jepang. Minyak cengkih digunakan di aromaterapi dan juga untuk mengobati sakit gigi. Daun cengkih kering yang ditumbuk halus dapat digunakan sebagai pestisida nabati dan efektif untuk mengendalikan penyakit busuk batang Fusarium dengan memberikan 50-100 gram daun cengkih kering per tanaman.[5]

Sejarah cengkih[sunting | sunting sumber]

Awalnya, cengkih hanya tumbuh di 5 pulau kecil di Kepulauan Maluku, yaitu Bacan, Makian, Moti, Ternate dan Tidore. Kemudian, tanaman ini menyebar ke wilayah lainnya di Indonesia.[6] Pohon cengkih yang dianggap tertua yang masih hidup terdapat di Kelurahan Tongole, Kecamatan Ternate Tengah, sekitar 6 km dari pusat kota Ternate. Pohon yang disebut sebagai Cengkih Afo ini berumur 416 tahun, tinggi 36,60 m, berdiameter 198 m, dan keliling batang 4,26 m. Setiap tahunnya ia mampu menghasilkan sekitar 400 kg bunga cengkih.[7]

Cengkih

Cengkih mulai diperdagangkan ke Tiongkok dari sekitar 500 SM dan ke India dari sekitar 200 SM.[8] Pada abad yang keempat, pemimpin Dinasti Han dari Tiongkok memerintahkan setiap orang yang mendekatinya untuk sebelumnya menguyah cengkih, agar harumlah napasnya. Cengkih, pala dan merica sangatlah mahal pada zaman Romawi. Cengkih menjadi bahan tukar menukar oleh bangsa Arab pada abad pertengahan. Pada akhir abad ke-15, orang Portugis mengambil alih jalan tukar menukar di Samudra Hindia. Bersama itu diambil alih juga perdagangan cengkih dengan Perjanjian Tordesillas dengan Spanyol, selain itu juga dengan perjanjian dengan Kesultanan Ternate. Orang Portugis membawa banyak cengkih yang mereka peroleh dari Kepulauan Maluku ke Eropa. Pada saat itu harga 1 kg cengkih sama dengan harga 7 gram emas.

Perdagangan cengkih akhirnya didominasi oleh orang Belanda pada abad ke-17. Belanda membabat pohon-pohon cengkih untuk membatasi produksi cengkih di luar Ambon melalui pelayaran hongi.[8] Akan tetapi, akhirnya Prancis berhasil menyelundupkan cengkih ke Mauritius dan akhirnya tersebar pula ke Penang dan Zanzibar.[8] Hal itu menghancurkan monopoli cengkih oleh Belanda.

Taksonomi[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan klasifikasi saintifik, cengkih termasuk ke dalam domain Eukarya, kingdom Plantae, subkingdom Viridiplantae, infrakingdom Streptophyta, superdivisi Embryopyhyta, divisi Tracheophyta, subdivisi Spermatophyta, kelas Magnoliopsida, superordo Rosanae, ordo Myrtales, family Myrtaceae, genus Syzygium, spesies Syzygium aromaticum. Istilah “cariophylata” berasal dari Bahasa Yunani dan nama tersebut muncul karena adanya kesamaan bentuk daun dari pohon cengkih dengan pohon walnut. Istilah “clove” merupakan serapan dari Bahasa Latin berupa ”clavus” yang berarti kuku karena morfologi cengkih menyerupai kuku.[9]

Varietas[sunting | sunting sumber]

Secara geografis, cengkih memiliki sejumlah varietas, misalnya variaetas Afo, Posi-posi, Siputih, Zanzibar, & Sikotok terdapat di Indonesia. Cengkih varietas Afo, Posi-posi, dan Zanzibar banyak dijumpai di Pulau Maluku, sedangan cengkih varietas Sikotok dan Siputih banyak dijumpai di Sumatera Barat. Cengkih Zanzibar memiliki cabang-cabang rendah di batangnya, daunnya rimbun & berwarna hijau gelap, dan menghasilkan tunas bunga hijau muda. Cabang cengkih Siputih lebih jauh ke atas batang, daunnya tidak rimbun, dan melihat kuncup bunga kuning-hijau.

Berdasarkan morfologinya, cengkih dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis:

  • cengkih asli maluku (seperti Afo, Tibobo, Tauro, Sibela, Indari, Air Mata, Dokiri, Daun Buntal) ,
  • cengkih liar (seperti Raja, Amahusu, Haria Gunung, Cengkih Hutan Bogor), dan
  • cengkih budidaya (seperti Zanzibar, Siputih, Sikotok, Ambon).[6]

Bagian yang memiliki nilai jual tinggi dari pohon cengkih, yakni kuncup bunga cengkih yang berukuran 2 cm dan akan terbentuk setelah 4-6 tahun masa budidaya. Kuncup bunga cengkih dipanen saat maturasi sebelum berbunga. Kemudian kuncup cengkih dijemur di bawah sinar matahari hingga berwarna cokelat gelap. Selain kuncup bunga, bagian pohon cengkih yang memiliki nilai jual tinggi adalah minyak batang cengkih, minyak daun cengkih & buah cengkih.[10]

Sekarang, negara produsen cengkih terbesar adalah Indonesia diikuti India, Malaysia, Sri Langka, Madagascar, dan Tanzania. Cengkih merupakan salah satu rempah-rempahan yang sering digunakan sebagai agen preservatif makanan dan tanaman obat karena cengkih memiliki aktivitas antioksidan dan antimikroba. Cengkih juga sering digunakan sebagai antiseptik dan antifermentasi. Cengkih juga dapat digunakan sebagai desinfektan, analgesik, dan anestetik pada gigi berlubang. Selain itu, cengkih dapat mengobati gangguan pencernaan seperti diare, sakit perut yang berasal dari kembung dan dispepsia. Karena bersifat antiseptik juga, cengkih dapat mengobati sakit tenggorokan.[11]

Budidaya[sunting | sunting sumber]

Pohon Cengkih

Pertumbuhan pohon cengkih membutuhkan iklim tropis lembap atau subtropis dengan curah hujan sebesar 2.332 mm/tahun. Pohon cengkih dapat ditanam pada daerah yang jauh dari laut dan memiliki ketinggian 0–1500 m di atas permukaan laut. Pohon cengkih dapat tumbuh optimum pada suhu di sekitar 20-30 derajat Celcius. Pohon cengkih ditumbuhkan baik secara vegetatif lewat stem batang maupun generatif lewat biji. Kultivasi cengkih tidak disarankan dilakukan pada tanah berpasir. Biji cengkih ditaruh di atas permukaan tanah dan dijaga kelembapannya. Cengkih harus ditanam pada tanah yang memiliki pH 4,5-6, drainase yang baik, dan tinggi kandungan senyawa organiknya.

Cengkih dipropagasi dari biji cengkih yang berasal dari buah cengkih. Buah cengkih biasanya tersedia di sekitar bulan Juni sampai Oktober. Ketika matang, buah cengkih jatuh ke tanah secara alamiah. Setelah dikumpulkan, buah direndam dalam air semalam untuk mempermudah germinasi. Media untuk germinasi biji berupa lapisan tanah setinggi 20 cm, lebar 1 meter, dan panjang yang sesuai. Media perkecambahan diisi dengan lapisan tanah setebal 8 cm. Kemudian biji ditanam sedalam 2 cm dengan jarak antar biji sekitar 3 cm. Media perkecambahan harus dilindungi dari sinar matahari langsung. Germinasi biji terjadi setelah 15-60 hari inkubasi. Biji yang telah berkecambah kemudian dipindahkan ke media yang berisi tanah, pasir, dan kompos dengan rasio 3:3:1. Kecambah cengkih dapat dipindahkan ke lahan sesungguhnya setelah berusia 24 bulan.[12]

Lahan yang sesuai untuk perkebunan cengkih berupa lereng perbukitan, lembah dengan drainase baik dan tepian sungai. Area lahan perkebunan cengkih terlebih dahulu dibersihkan dari semak dan rerumputan dan dibuat lubang berukuran 60 hingga 75 cm dengan jarak 6-7 meter antar lubang sebelum musim hujan. Lubang-lubang sebagian diisi dengan tanah lapisan atas. Bibit ditransplantasikan ke lubang selama awal musim panas sekitar Juni—Juli, dan untuk daerah dataran rendah, menjelang akhir musim panas pada bulan September—Oktober.

Saat umur 3-— tahun, pohon cengkih perlu disiram secara teratur dan penyiramannya tidak boleh berlebihan. Pemupukan pohon cengkih dapat dilakukan dengan 50 kg kompos dan 4 kg tepung ikan per tahun. Saat pohon cengkih baru akan tumbuh, pupuk yang digunakan dapat berupa 40 g urea, 110 g superfosfast, & 80 g MOP/potassium sulfat. Setelah berumur 15 tahun, pohon cengkih dapat diberi pupuk berupa 600 g urea, 1560 g superfosfat, & 1250 g MOP. Penyakit yang sering menyerang pohon cengkih adalah layu bibit, busuk daun, dan bercak daun, sedangkan hama yang sering menyerang pohon cengkih adalah kutu putih.[12]

Cengkih baru dapat berproduksi pada umur 7 tahun. Setelah itu, produktivitasnya akan tinggi sejak berumur 10 tahun dan terus meningkat hingga berumur 30 tahun. Setelah berumur 30 tahun ke atas, cengkih akan mengalami penurunan produktivitas. Tingginya produksi pada tahun tertentu biasanya diikuti oleh penurunan produksi pada 1—2 tahun berikutnya, akibat pola panen besar yang diikuti dua panen kecil.[6]

Kandungan senyawa pada cengkih[sunting | sunting sumber]

Struktur Kimia Eugenol
Struktur Kimia Eugenol

Pada cengkih, kandungan senyawa yang terdapat berupa minyak atsiri (eugenol, caryophyllene, furfural, vanillin, metil salisilat, pirokatekol, metil keton, & aldehid valerat, eugenin, isoeugenitol, isoeugenitin, eugenitin, tanin, musilago, sitosterol, estigmaterol, resin, selulosa, pinene, asam oleanolat, & fixed oil). Eugenol adalah senyawa bioaktif utama dari cengkih. Eugenol terdapat sebanyak 9381–14650 mg/100 g cengkih.[13]

Selain eugenol, pada cengkih terdapat pula isoeugenol. Isoeugenol adalah cairan minyak berwarna kuning pucat yang diekstraksi dari minyak cengkih dan kayu manis. Isoeugenol bersifat hidrofobik dan larut dalam pelarut organik. Isoeugenol emiliki aroma pedas dan rasa cengkih. Isoeugenol dibuat dari eugenol lewat proses pemanasan. Eugenol digunakan dalam parfum, penyedap, minyak esensial dan dalam pengobatan (antiseptik dan analgesik lokal), sedangkan produksi isoeugenol dapat digunakan untuk pembuatan vanilin.

Turunan Eugenol atau turunan metoksifenol dalam klasifikasi yang lebih luas digunakan dalam wewangian dan penyedap. Senyawa derivatif eugenol digunakan dalam pembuatan produk penarik serangga dan peredam UV, analgesik, biocides dan antiseptik. Isoeugenol juga digunakan dalam pembuatan stabilisator dan antioksidan untuk plastik dan karet. Isoeugenol digunakan dalam pembuatan parfum, perasa, minyak atsiri (deskripsi bau: Cengkih, pedas, manis, berkayu) dan dalam pengobatan (antiseptik dan analgesik lokal) serta vanilin.[14]

Kandungan bahan aktif dalam bunga dan buah cengkih[sunting | sunting sumber]

Minyak esensial dari cengkih mempunyai fungsi anestetik dan antimikrobial. Minyak cengkih sering digunakan untuk menghilangkan bau napas dan untuk menghilangkan sakit gigi. Zat yang terkandung dalam cengkih yang bernama eugenol, digunakan dokter gigi untuk menenangkan saraf gigi. Minyak cengkih juga digunakan dalam campuran tradisional chōjiyu (1% minyak cengkih dalam minyak mineral; "chōji" berarti cengkih; "yu" berarti minyak) dan digunakan oleh orang Jepang untuk merawat permukaan pedang mereka.

Pengujian kualitas minyak cengkeh[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan WHO, kualitas dari produk minyak cengkih biasanya ditentukan dengan parameter berupa kandungan eugenol serta nilai benda asing dan abu. Batas monograf nilai benda asing dan abu dari minyak cengkih adalah 3%, sedangkan batas monograf kandungan eugenol dari minyak cengkih adalah 85-95%. Misalnya, minyak cengkih merek-A dan merek-B masing-masing adalah 1,49%, 5,8% dan 3,79%, 6%, dan merek-B tidak sesuai dengan batas monograf yang ditentukan (NMT 3%) untuk benda asing. Kandungan Eugenol dalam minyak atsiri dikuantisasi dengan metode RP-HPLC dan ditemukan masing-masing 93,3,1% dan 74,6% untuk merek-A dan merek-B. Dengan demikian, merek-A memiliki kualitas unggul dan sementara merek-B didiskualifikas berdasarkan parameter standardisasi nilai materi asing/ abu dan kandungan eugenol.Informasi dasar terkait tanaman.[15] Salah satu dokumen untuk menentukan kualitas minyak cengkih secara internasional adalah ISO 3142:1997.[16]

Kajian metabolomik[sunting | sunting sumber]

Minyak cengkih tersusun dari eugenol yang ada dalam jumlah hingga 85%. Minyak cengkih berfungsi sebagai antimikroba untuk Escherichia coli, Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Minyak cengkih dianggap menghambat sintesis prostaglandin, sehingga mengurangi rasa sakit. Eugenol, unsur utama minyak cengkih memiliki aktivitas antikanker. Dalam satu penelitian, sel HL-60 didedahkan dengan eugenol menunjukkan fenomena apoptosis termasuk fragmentasi DNA dan pembentukan tangga DNA dalam elektroforesis gel agarosa. Diamati bahwa eugenol mentransduksi sinyal apoptosis melalui generasi spesies oksigen reaktif (ROS), menginduksi transisi permeabilitas mitokondria (MPT), mengurangi protein anti-apoptosis tingkat bcl-2, menginduksi pelepasan sitokrom c ke sitosol, dan kematian sel apoptosis berikutnya. Ketika diambil bersama-sama, penelitian menunjukkan bahwa ROS memainkan peran penting dalam apoptosis yang diinduksi eugenol pada HL-60, dan ini adalah laporan pertama tentang mekanisme efek antikanker eugenol.[17]

Berdasarkan penelitian oleh Rodríguez dkk, metode spektroskopi ATR-FTIR dapat digunakan untuk mengkuantifikasi secara cepat konsentrasi minyak esensial cengkih (Syzygium aromaticum) dan spearmint (Mentha spicata) yang dienkapsulasi dalam matriks organik kompleks. Selain dapat menghemat waktu, metode ATR-FTIR juga mampu memonitor profil jenis minyak esensial. Metode ini dapat dengan mudah diadaptasi sebagai analisis rutin dalam industri minyak esensial sebagai alat standardisasi kualitas minyak esensial.[11] Selain studi profiling mengenai senyawa-senyawa yang terdapat dalam cengkih pendekatan metabolomik dapat digunakan untuk menentukan efek antibiotik dari senyawa-senyawa dalam cengkih secara akurat, dan komprehensif.

Berdasarkan hasil penelitian Mousavi dkk, lewat proses metabolit profiling, sebanyak 500 metabolit teridentifikasi dengan LC-MS dan 789 komponen terdeteksi oleh GCxGC-ToF/MS, sebanyak 125 senyawa teridentifikasi sebagai metabolit terdisregulasi menunjukan perubahan metabolome E. coli BL21 yang disebabkan oleh aktivitas antibakteri dari minyak cengkih. Nilai MIC minyak cengkih adalah 10 mikroliter untuk 107CFU/ml kultur E. coli BL21. Lewat uji aktivitas antibacterial, komponen minyak cengkih yang bersifat antibakteri adalah hanya eugenol ketika dibandingkan dengan eugenyl acetate & beta-caryophyllene. Berdasarkan hasil pengukuran SPME-LC-MS dan GC-IT/MS, menunjukan bahwa eugenol adalah senyawa pada minyak cengkih yang memiliki aktivitas antibakteri paling dominan dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%.[18]

Produksi cengkih[sunting | sunting sumber]

Berikut ini merupakan 9 negara produsen utama cengkih di dunia:[19]

Jumlah Produksi Cengkih Tahun 2019
Negara Produksi (Ton)
Indonesia 134.790
Madagaskar 23.120
Tanzania 8.970
Komoro 6.470
Sri Lanka 4.380
Kenya 2.390
Tiongkok 1.400
Malaysia 228
Grenada 40

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Arti kata cengkih". Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbud. KBBI Daring. Diakses tanggal 5 Oktober 2021. 
  2. ^ "Arti kata cengkeh". Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbud. KBBI Daring. Diakses tanggal 5 Oktober 2021. 
  3. ^ "Syzygium aromaticum (L.) Merr. and L.M. Perry". Kew Science, Plants of the World Online. 2021. Diakses tanggal 28 February 2021. 
  4. ^ Yun, Wonjung (13 August 2018). "[Tridge Market Update] Tight Stocks of Quality Cloves Lead to a Price Surge". Tridge. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 August 2018. Diakses tanggal 13 August 2018. 
  5. ^ Sudarmo, S: "Pestisida Nabati, Pembuatan dan Pemanfaatannya", halaman 28. Yogyakarta. Penerbit Kanisius. 2005
  6. ^ a b c Agung Budi Santoso. 2018. Upaya Mempertahankan Eksistensi Cengkeh di Provinsi Maluku Melalui Rehabilitasi dan Peningkatan Produktivitas. Jurnal Litbang Pertanian Vol 37 No 1 Juni 2018. https://media.neliti.com/media/publications/260952-none-fa9dfa51.pdf
  7. ^ Duh, Pohon Cengkih Tertua di Dunia Kondisinya Merana. Kompas daring. Edisi 4-12-2009.
  8. ^ a b c Cribb, R. B. (2004). Historical dictionary of Indonesia. Audrey Kahin (edisi ke-2nd ed). Lanham, Md.: Scarecrow Press. ISBN 0-8108-4935-6. OCLC 53793487. 
  9. ^ "ITIS Standard Report Page: Syzygium aromaticum". www.itis.gov. Diakses tanggal 2019-04-25. 
  10. ^ Smith, Nigel J. H. (1992). Tropical forests and their crops (dalam bahasa Inggris). Comstock Pub. Associates. ISBN 9780801427718. 
  11. ^ a b Rodríguez, José Daniel Wicochea; Peyron, Stéphane; Rigou, Peggy; Chalier, Pascale (2018-11-14). Fellows, Christopher Michael, ed. "Rapid quantification of clove (Syzygium aromaticum) and spearmint (Mentha spicata) essential oils encapsulated in a complex organic matrix using an ATR-FTIR spectroscopic method". PLOS ONE (dalam bahasa Inggris). 13 (11): e0207401. doi:10.1371/journal.pone.0207401. ISSN 1932-6203. PMC 6241128alt=Dapat diakses gratis. PMID 30427922. 
  12. ^ a b admin (2016-01-23). "How to Grow Cloves | Growing Spices". Balcony Garden Web (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-04-25. 
  13. ^ Cortés-Rojas, Diego Francisco; de Souza, Claudia Regina Fernandes; Oliveira, Wanderley Pereira (2014-2). "Clove (Syzygium aromaticum): a precious spice". Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine. 4 (2): 90–96. doi:10.1016/S2221-1691(14)60215-X. ISSN 2221-1691. PMC PMCPMC3819475alt=Dapat diakses gratis Periksa nilai |pmc= (bantuan). PMID 25182278. 
  14. ^ "Human Metabolome Database: Showing metabocard for Isoeugenol (HMDB0005802)". www.hmdb.ca. Diakses tanggal 2019-04-25. 
  15. ^ Bioassays, International Journal of. "Quality control of marketed clove buds - reference to their quality and purity as per who guidelines" (dalam bahasa Inggris). 
  16. ^ www.iso.org https://www.iso.org/obp/ui/#iso:std:iso:3142:ed-2:v1:en. Diakses tanggal 2019-04-25.  Tidak memiliki atau tanpa |title= (bantuan)
  17. ^ Yoo CB, Han KT, Cho KS, Ha J, Park HJ, Nam JH, Kil UH, Lee KT. (2004) Eugenol isolated from the essential oil of Eugenia caryophyllata induces a reactive oxygen species-mediated apoptosis in HL-60 human promyelocytic leukemia cells. Cancer Lett,225(1):41-52. doi: 10.1016/j.canlet.2004.11.018. Epub 2004 Dec 15
  18. ^ Mousavi, F., Emanuela G., Eduardo C., Erica A. Souza-Silva, & Janusz P. (2016) Coupling solid phase microextraction to complementary separation platforms for metabotyping of E. coli metabolome in response to natural antibacterial agents. Springer Journal. doi: s11306-016-11111-9
  19. ^ "Clove global production and top producing countries". Tridge. Diakses tanggal 2021-04-09.