Pring pethuk

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Pring pethuk (aksara Jawa: ꦥꦿꦶꦁꦥꦼꦛꦸꦏ꧀; bahasa Indonesia: bambu bertemu) dalam kebudayaan tradisional Jawa adalah suatu pusaka atau jimat yang dianggap dapat mendatangkan keberuntungan bagi pemegangnya. Pring pethuk berwujud sebatang bambu dengan dua tunas ranting yang saling bertemu (pethuk), satu tunas menjulang ke atas, satu tunas lainnya menjulur ke bawah. Peristiwa tunas yang saling berhadapan ini dianggap tidak wajar karena salah satu tunasnya tumbuh secara berkebalikan. Karena keunikan tersebut pring pethuk dianggap keramat, dapat mendatangkan kekayaan atau kewibawaan bagi pemiliknya.[1][2]

Jenis[sunting | sunting sumber]

Print pethuk memiliki beberapa macam, yaitu:[3]

  • Pring Pethuk Wali: jenis pring pethuk yang paling banyak dicari karena dianggap memiliki kekuatan yang paling besar.
  • Pring Pethuk Senopati: memiliki ruas yang saling berhadapan dengan cabng yang agak melengkung ke dalam. Kekeramatan bambu ini dipercaya dapat menangkal kekuatan gaib dan mendatangkan keselamatan. Selain itu juga dapat memberikan tuah untuk memenangkan perjudian.
  • Pring Pethuk Gunung: memiliki khasiat pengasihan, pemikat atau pelaris. Jenis ini memiliki cabang yang lurus, tidak melengkung. Dinamakan gunung karena cabangnya membentuk segitiga layaknya gunung.
  • Pring Pethuk Singkir: mampu mengobati santet, menolak bala, dll. Bentuk cabangnya melengkung ke samping.
  • Pring Pethuk Pekik Langkah: memiliki ciri yang tidak ditemui pada pring petuk jenis lain. Cirinya tidak terletak pada dua ruas yang bertemu, namun melangkahi satu batas ruas lagi baru cabangnya bisa bertemu. Khasiat dari bambu jenis ini lebih pada olah kanuragan dan kekebalan.
  • Pring Petuk Badar: memiliki kedua cabang berbentuk sama-sama lurus/searah, seperti T dobel atau TT, sehingga cabangnya tidak bertemu. Khasiat utamanya adalah keberuntungan.
  • Pring Pethuk Pikat: memiliki pangkal cabang sejajar antara satu dengan yang satunya lagi, membedakan dua cabangnya menjulur ke satu arah. Memiliki khasiat pengasihan.
  • Pring Pethuk Satrio: memiliki pertemuan ruas cabang dengan arah pertumbuhan yang searah, baik antara cabang satu dengan cabang satunya lagi. Dapat menambah kewibawaan dan disegani orang, setiap ucapannya akan didengarkan dan dipercaya banyak orang.
  • Pring Pethuk Gelang: terlihat kedua cabang tumbuh sama-sama melingkar, atau seperti tangan yang memeluk. Jenis ini berguna sebagai salah satu alat untuk menemukan harta terpendam, misal emas, perak, berlian dan minyak bumi, dia akan menunjukkan letak harta tersebut melalui mimpi.
  • Pring Pethuk Tali Rogo: umumnya setiap ruasnya memiliki dua cabang akan saling bertabrakan, dipercaya dapat menjinakkan hewan buas. Jenis ini biasanya di pakai pawang sebagai sarana menarik burung walet.
  • Pring Pethuk Tulak: memiliki perbedaan yang sangat mencolok dari pring pethuk lainnya, yaitu kedua ruas memiliki cabang yang saling bertolak belakang, atau tidak berhadapan. Khasiat dari jenis ini adalah untuk menolak semua kejadian yang buruk dan niat jahat yang datang dari empat elemen yaitu angin, api, air, dan tanah.
  • Pring Pethuk Patil Lele: jenis ini masih belum terlalu umum. Jenis ini dipercaya mampu melindungi pemiliknya atau membentengi diri atau rumah pemiliknya.

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Liputan6.com (2019-03-01). "Bambu Pethuk, Fenomena Alam yang Kental dengan Kekuatan Gaib". liputan6.com. Diakses tanggal 2020-06-13. 
  2. ^ "Mengungkap Bambu Petuk, Konon Jimat Kaya Raya yang Langka". 99 Berita Properti. 2019-09-29. Diakses tanggal 2020-06-13. 
  3. ^ "Bambu Pethuk, Pusaka Bertuah yang di Buru". faktapers.id. 2019-02-14. Diakses tanggal 2020-06-13.