Yok Koeswoyo: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Gladynova (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
JackieBot (bicara | kontrib)
k Bot: Replacements: fix URL prefix
Baris 98: Baris 98:
Salah satu lagu ciptaan Yok yang melegenda hingga saat ini adalah ''Kolam Susu'' yang mengisahkan kekayaan tanah air [[Indonesia]]. Karena lagu tersebut dan beberapa lagu seri Nusantara ciptaannya, Yok paling banyak mendapatkan penghargaan berupa piring emas dan piala. Lagu-lagu ciptaan Yok juga banyak didaur ulang oleh penyanyi di era berikutnya. Misalnya Lagu Pop Jawa ''Tul Jaenak'' sempat dipopulerkan kembali oleh Group Lawak terkenal era 1970-80-an [[S. Bagio|Bagio CS]] dan [[Didi Kempot]] pada tahun 1990-an. Ia juga kerap menciptakan lagu untuk Koes Plus yang menggunakan bahasa Inggris seperti ''How Much I Love You'', ''Tears are Falling'', ''We Love Each Other'', dll. Salah satu lagu berbahasa Inggris ciptaannya sempat populer di [[Australia]] berjudul ''Why Do You Love Me'' Juga sebuah lagu berbahasa Perancis berjudul ''Vivre Heureux'' pada tahun 1978.
Salah satu lagu ciptaan Yok yang melegenda hingga saat ini adalah ''Kolam Susu'' yang mengisahkan kekayaan tanah air [[Indonesia]]. Karena lagu tersebut dan beberapa lagu seri Nusantara ciptaannya, Yok paling banyak mendapatkan penghargaan berupa piring emas dan piala. Lagu-lagu ciptaan Yok juga banyak didaur ulang oleh penyanyi di era berikutnya. Misalnya Lagu Pop Jawa ''Tul Jaenak'' sempat dipopulerkan kembali oleh Group Lawak terkenal era 1970-80-an [[S. Bagio|Bagio CS]] dan [[Didi Kempot]] pada tahun 1990-an. Ia juga kerap menciptakan lagu untuk Koes Plus yang menggunakan bahasa Inggris seperti ''How Much I Love You'', ''Tears are Falling'', ''We Love Each Other'', dll. Salah satu lagu berbahasa Inggris ciptaannya sempat populer di [[Australia]] berjudul ''Why Do You Love Me'' Juga sebuah lagu berbahasa Perancis berjudul ''Vivre Heureux'' pada tahun 1978.


Permainan bass Yok pun banyak mendapat pujian. Diantaranya adalah dari '''Alex''' & '''Yakub''' '''(Kembar Groups)''' menyebut bahwa gembong Koes Plus sesungguhnya adalah Yok Koeswoyo. “Dialah yang menciptakan beat dalam Koes Plus selama ini.”<Ref>http://http://www.newsmusik.co/index.php/legend/item/1398-cerita-tentang-koes-plus/1398-cerita-tentang-koes-plus?start=25</ref>
Permainan bass Yok pun banyak mendapat pujian. Diantaranya adalah dari '''Alex''' & '''Yakub''' '''(Kembar Groups)''' menyebut bahwa gembong Koes Plus sesungguhnya adalah Yok Koeswoyo. “Dialah yang menciptakan beat dalam Koes Plus selama ini.”<Ref>http://www.newsmusik.co/index.php/legend/item/1398-cerita-tentang-koes-plus/1398-cerita-tentang-koes-plus?start=25</ref>





Revisi per 30 Agustus 2015 18.30

Yok Koeswoyo
PekerjaanPenyanyi, Bassist, Arranger
InstrumenFender Jazz Bass
Tahun aktif1962 - sekarang
LabelRemaco, Dimita Moulding Company. Ltd

Koesroyo Koeswoyo (lahir 3 September 1943) merupakan salah satu anggota grup band Koes Plus dan Koes Bersaudara. Yok merupakan pemain bass sekaligus backing vocal.


Masa Kecil

Yok Koeswoyo adalah anak ketujuh dari sembilan bersaudara anak dari pasangan Raden Koeswoyo dan Rr. Atmini asal Tuban Jawa Timur. Urutannya adalah :

  1. No.1. Tituk (perempuan), meninggal waktu bayi.
  2. No.2. Koesdjono (Jon alias John Koeswoyo)
  3. No.3. Koesdini (Dien ~ perempuan),
  4. No.4. Koestono (Ton alias Tonny Koeswoyo),
  5. No.5. Koesnomo (Nom alias Nomo Koeswoyo),
  6. No.6. Koesyono, (Yon alias Yon Koeswoyo),
  7. No.7. Koesroyo (Yok alias Yok Koeswoyo),
  8. No.8. Koestami (Miyi ~ perempuan),
  9. No.9. Koesmiani (Ninuk ~ perempuan).

Dari silsilah keluarga, mereka termasuk generasi ke 7 keturunan (trah) Sunan Muria di Tuban. Ibu mereka adalah keponakan dari Bupati Tuban pada jaman penjajahan Belanda saat itu.

Masa kecil Yok dilalui di kota Tuban, Jawa Timur bersaudara saudara-saudaranya. Tahun 1952 keluarga Koeswoyo pindah ke Jakarta mengikuti mutasi Sang ayah berkarir hingga pensiun sebagai pegawai negeri di Kementrian Dalam Negeri. Di Jakarta mereka sekeluarga menempati rumah di jalan Mendawai III, No. 14, Blok C, Kebayoran baru, Jakarta Selatan.

Di masa kecil Yok cukup nakal, meski tidak senakal abangnya Nomo yang pernah dipukul hingga pingsan oleh ayah mereka. Kenakalan Yok yang paling besar adalah pernah memukul kepala Nomo dengan kayu kaso sewaktu bertengkar dengan abangnya itu. Pendidikan terakhir Yok adalah sekolah Menengah di SMA Triguna Jakarta. Ia tak melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi karena memilih dunia musik sebagai hidupnya mengikuti saudara-saudaranya.

Karier

Koes Bersaudara

Yok Koeswoyo mulai aktif bermusik sejak awal dibentuknya grup musik bersama saudara kandungnya keluarga Koeswoyo yakni :(Jon Koeswoyo pada Bass, Tonny Koeswoyo pada gitar, Nomo Koeswoyo pada drum, Yon Koeswoyo pada vokal, dan Yok Koeswoyo pada vokal) dan seorang dari luar keluarga Koeswoyo yang bernama Jan Mintaraga sebagai gitaris awalnya. Pada mulanya mereka menamakan grup ini Kus Brothers di tahun 1958. Sebetulnya inspirasi duet Yon dan Yok itu adalah Kalin Twins, dua penyanyi Amerika bersaudara yang kembar. Namun dalam perkembangannya grup ini meniru pola Everly Brothers di Amerika, karena menggunakan 2 penyanyi kakak beradik yakni Yon dan Yok. Mereka merekam album pertama di tahun 1962. Setelah Jan Mintaraga mengundurkan diri, grup ini berganti nama menjadi Kus Bersaudara pada tahun 1963.

Beberapa waktu kemudian kakak tertua mereka Jon Koeswoyo pun mengundurkan diri, sehingga menyisakan 4 personil kakak beradik yang dipimpin oleh Tonny Koeswoyo. Grup ini kemudian kembali mengganti namanya menjadi Koes Bersaudara. Dalam formasi yang baru ini Yok didaulat memegang alat musik bass menggantikan peran Jon, disamping sebagai backing vocal mendampingi suara Yon. Grup ini meraih kesuksesan dalam beberapa album rekaman berikutnya selama beberapa tahun sebelum dipenjarakan oleh rezim Orde Lama Soekarno di Penjara Glodok pada tanggal 29 Juni 1965. Mereka dianggap memainkan lagu-lagu ngak-ngik-ngok (kebarat-baratan) yang terlarang masa itu. Mereka akhirnya dibebaskan pada tanggal 29 September 1965 (tepat sehari sebelum pecahnya Gerakan 30 September PKI). Selepas itu karir bermusik mereka kembali berjalan.

Dalam pengakuan Yok Koeswoyo di depan publik acara Kick Andy yang ditayangkan Metro TV pada Kamis 11 Desember 2008), terungkap sebuah fakta yang selama ini dirahasiakan. Bahwa sebenarnya mereka dimasukkan penjara pada masa itu sebagai bagian untuk menjadikan Koes Bersaudara sebagai intelijen tandingan (counter intelligence) di Malaysia. Saat itu, Indonesia sedang berkonfrontasi dengan Malaysia. “Zaman dulu ada KOTI (Komando Operasi Tertinggi). Kami direkrut oleh beliau-beliau, komandannya Kolonel Koesno dari Angkatan Laut. Dibikin seolah-olah pemerintah yang ada tidak senang sama kami, lalu kami ditangkap. Dalam rangka ditangkap inilah kami nanti secara diam-diam keluar dan eksodus ke Malaysia. Di sana kami dipakai sebagai counter intelligence. Namun, pas keluar dari penjara pada tanggal 29 November, meletus G30S,” cerita Yok.

Keluar dari Koes Bersaudara

Meski meraih kesuksesan dalam bermusik, namun kehidupan anggota grup ini tetap dalam kesulitan ekonomi. Nomo Koeswoyo berinisiatif meninggalkan posisinya sebagai penabuh drum pada tahun 1969. Ia memilih berusaha sampingan di luar bidang musik sebagai pedagang untuk menghidupi keluarganya. Oleh Tonny Koeswoyo ia disuruh memilih untuk fokus pada musik di Koes Bersaudara atau keluar. Nomo bersikap lebih pragmatis dan memiliki prinsip yang berbeda dengan sang kakak, karena saat itu ia telah menikah dan telah memiliki 1 orang anak. Posisi drummer yang ditinggalkan Nomo Koeswoyo kemudian digantikan oleh Kasmuri (dikenal dengan panggilan Murry).

Yok Koeswoyo sempat memprotes keras terhadap keputusan abangnya Tonny yang mengeluarkan Nomo dari band yang dipimpinnya. Ia pun memilih ikut mengundurkan diri sebagai wujud solidaritas terhadap kakak laki-laki ketiganya tersebut. Yok tak mau bergabung dengan band baru dengan orang luar di luar dinasti Koeswoyo.[1] Solidaritas kepada abangnya tersebut bahkan dilakukan dengan cara yang cukup tegas. Mereka tidak mengizinkan alat musik (milik keluarga Koeswoyo) yakni bass miliknya dan drum yang ditinggalkan Nomo untuk dimainkan oleh para pemain pengganti di luar keluarga Koeswoyo. Mereka mengatakan agar band dibubarkan saja. Lebih jauh bahkan ia dan abangnya Nomo sempat hampir menghajar Tommy Darmo yang dikira membawa Murry.[2] Namun Tonny tetap bersikukuh meneruskan kiprahnya bermusik dengan Yon. Oleh Tonny, posisi Yok sebagai pemain bass digantikan oleh bassis lain yang berasal dari luar keluarga Koeswoyo yakni Totok Adji Rahman. Tonny pun akhirnya mengubah nama band barunya menjadi Koes Plus. Mereka menghasilkan album I Koes Plus volume I di tahun 1969.


Masuk Koes Plus

Yok akhirnya berubah pikiran dan bersedia bergabung grup Band Koes Plus menggantikan posisi Totok Adji Rahman sebagai bassis di tahun 1970. Sejak itu tetap berada dalam grup Koes Plus yang di kemudian hari berhasil meraih kesuksesan menjadi salah satu grup legendaris di Indonesia. Bahkan Koes seolah menjadi raja dalam dunia musik tanah air di era 1970-an. Koes Plus melahirkan lebih dari 100 album dan sebagian besar menjadi lagi-lagu hits yang melegenda hingga saat ini.

Nama Koes Plus mulai dielu-elukan khalayak setelah tampil membawakan lagu "Derita" serta "Manis Dan Sayang" dalam acara Jambore Band di Istora Senayan November 1970. Saat itu Yon bersama Koes Plus tampil bersama band Panbers dan beberapa band sohor lainnya. Sejak itu popularitas Koes Plus seolah tak terbendung, menggelegak, dan merajai industri musil Indonesia. Terlebih setelah Koes Plus berpindah ke label Remaco yang dipimpin Eugene Timothy. Koes Plus akhirnya menjadi mesin hits yang terus dipacu tiada henti oleh Remaco. Dalam catatan pada tahun 1974 Koes Plus merilis sekitar 24 album yang berarti setiap sebulan sekali Koes Plus merilis 2 album.

Periode 1970-an seolah menjadi era mereka. Lagu-lagu mereka hits di tangga lagu Indonesia, dinyanyikan semua umur, seperti "Bujangan", "Muda-Mudi", "Kembali ke Jakarta", dan lainnya. Mereka juga menjadi bintang iklan beberapa produk: minuman ringan F&N, mobil Toyota Kijang, sampul buku tulis, dsb. Bahkan group ini berhasil merilis lebih dari 100 album berbagai jenis aliran musik seperti Pop, Dangdut, Melayu, Keroncong, Jawa, Folksong, Rock, Bosanova, Qasidah, Rohani Natal, Pop Anak-anak, dsb. Lagu-lagu mereka banyak yang menjadi hits yang melegenda sepanjang masa hingga saat ini.[3]

Dalam Grup Koes Plus, selain sebagai bassis dan backing vocal Yok juga ikut menciptakan lagu dan bernyanyi. Beberapa lagu yang dinyanyikannya diantaranya adalah "Kolam Susu", "Why Do You Love Me", "Tul Jaenak", Nusantara 3, Nusantara 5, Nusantara 8, dsb. Suara Yok sangat tinggi, banyak lagu yang dinyanyikannya kerap menggunakan nada-nada yang cukup tinggi, seperti pada lagu "Jemu" dan "Da Da da", dll. Yok punya suara yang paling rendah dan paling tinggi dalam Koes Plus. Ia tak pernah masuk pada suara pals tatkala lagu menuju ke nada tinggi.


Membantu No Koes

Meski secara resmi Yok tergabung dengan Koes Plus, namun kedekatan Yok dengan abangnya Nomo tidak surut karena persaingan di antara kedua band papan atas saat itu. Yok beberapa kali membantu group No Koes sebagai pemain bass untuk mengisi beberapa lagu group No Koes. Bahkan ia juga kerap menyumbangkan lagu ciptaannya untuk abangnya Nomo. Oleh Nomo lagu Yok dinyanyikan dengan baik dalam album-album No Koes. Kedekatannya dengan Nomo juga berlanjut dengan rekaman album anaknya Sari Yok Koeswoyo yang direkam di studio Lieman milik Nomo.


Blo’on Group

Di sela kevakuman Koes Plus pada periode tahun 1970an Yok sempat mendirikan sebuah band bernama Blo'on Group . Lagu-lagu mereka umummya bernuansa jenaka. Group yang diasuh oleh Yok ini ini beranggotakan Nadjib Oesman ex pemain keyboard band Cockpit), Jimmy (rhythm), Imam (Drum), Agus ( Bass), dan S.Kamdi seorang pelawak anggota Trio Ceking sebagai vokalisnya. Group ini sempat merekam beberapa albumnya di Yukawi Record dengan sponsor langsung dari abangnya Nomo Koeswoyo. Album pertama bergenre lagu Pop Indonesia, sedangkan album kedua seri Pop Jenaka antara lain lagunya Pelawak Tua , Tukang Sate, dll.

Reuni Koes Bersaudara

Tahun 1976-1977, terjadi penurunan dalam pencapaian target pemasaran album-album Koes Plus. Produser rekaman Remaco tempat mereka bernaung yang bernama Eugene Timothy menyarankan untuk mencoba menhghidupkan lagi Koes Bersaudara. Juga atas desakan keluarga yang sangat berharap dualisme band keluarga Koeswoyo yakni Koes Plus pimpinan Tonny Koeswoyo dan band No Koes yang dimotori Nomo Koeswoyo dapat diakhiri dengan persatuan kembali. Begitu pula adanya usulan penggemar Koes Bersaudara yang masih mengingat masa kejayaan group itu di era 1960an. Usulan tersebut akhirnya diterima oleh Tonny Koeswoyo dan ia pun mengumpulkan ketiga adiknya untuk memulai era baru Koes Bersaudara.

Awal tahun 1977, Tonny Koeswoyo akhirnya bersedia menghidupkan kembali group musik Koes Bersaudara yang telah dikuburnya sejak tahun 1969. Ia memanggil kembali adiknya Nomo untuk kembali bersatu sebagai sebuah grup musik bersama adiknya Yon dan Yok. Keempat Koeswoyo bersaudara ini pun bertemu dan menyetujuinya. Kemunculan mereka ditandai lagu Kembali yang direkam di album Koes Bersaudara Seri Perdana tahun 1977. Lagu tersebut menjadi hits di masa itu bahkan menjadi salah satu lagu pamungkas yang melegenda hingga kini. Yok pun menyumbangkan sebuah lagunya berjudul Tertunda, yang mengisyaratkan keharuannya akan reuni bersama ini. Kebersatuan mereka ini juga mendapat dukungan penuh dari keluarga besar Koeswoyo. Ayah mereka Koeswoyo Sr ikut menyumbangkan lagu berjudul Demi Cinta. Begitu pula abang tertua mereka Jon berkontribusi dengan sebuah lagu berjudul Haru dan Bahagia yang digarapnya bersama adiknya Yon. Nomo pun turut menggubah sebuah lagu berjudul Ayah yang mengungkapkan rasa hormatnya pada sang ayah yang berperan besar dalam menyatukan mereka.

Kesuksesan album ini kemudian diikuti 4 buah album berikutnya hingga tahun 1978. Dalam reuni ini, seluruh personil ikut menyumbangkan lagu dan sebagian menyanyikan sendiri lagu-lagu ciptaannya. Koes Bersaudara mulai era ini mencirikan setiap personilnya membuat lagu dan umumnya menyayikan sendiri lagu ciptaannya. Namun album-album berikutnya tak begitu sukses di pasaran. Popularitas grup Koes Plus yang sudah begitu kuat di era 1970-an tak bisa diimbangi oleh kembalinya Koes Bersaudara yang pernah populer di era 1960-an. Grup ini akhirnya bubar secara tak resmi, Yok bersama abangnya Tonny dan Yon, serta Murry kembali mengusung Grup Koes Plus.

Tahun 1979 - 1980 Koes Bersaudara mencoba kembali bersatu dengan melempar 2 buah album. Dukungan keluarga bahkan terlihat dengan adanya sumbangan beberapa lagu dari adik bungsu mereka yakni Ninoek Koeswoyo. Namun penjualan album-album ini tak begitu sukses di pasaran. Grup ini pun kembali vakum selama beberapa tahun kemudian. Yok bersama kedua abangnya kembali kepada grup Koes Plus, sedangkan Nomo berkarier sebagai penyanyi solo dan kembali menekuni bisnisnya yang cukup sukses di kala itu.

Pada tahun 1986 Yok bersama ketiga abangnya kembali bersatu dalam band Koes Bersaudara. Mereka mampu mengeluarkan 6 buah album di tahun 1987. Grup ini sempat meraih kesuksesan dengan lagu "Kau Datang Lagi" pada album yang sama yang direkam tahun 1987. Namun kebersamaan itu tak berlangsung lama, karena pada tahun 1987 itu pula kemudian sang kakak Tonny Koeswoyo meninggal dunia karena penyakit kanker usus yang dideritanya. Sepeninggal Tonny, Koes Bersaudara masih sempat mengeluarkan 8 buah album di tahun 1988 dan 2 buah album di tahun 2000.

Sebelum meninggalnya Tonny, Koes Bersaudara sempat merilis album “Dia Permata Hatiku” dan tampil bersama 2 junior mereka yang menjadi penyanyi cilik populer masa itu yakni keponakannya Chicha Koeswoyo dan anaknya Sari Yok Koeswoyo di acara Selekta Pop Artis Safari TVRI.


Koes Plus pasca Kematian Tonny Koeswoyo

Yok Koeswoyo masih sempat mengikuti perjalanan karir bermusik Koes Plus pasca wafatnya Tonny Koeswoyo di tahun 1987 hingga tahun 1997. Beberapa album telah mereka selesaikan dengan beberapa kali perubahan pada formasi anggota Koes Plus. Di penghujung tahun 1997, Yok memutuskan untuk beristirahat dari dunia musik, secara informal ia tidak lagi melibatkan dirinya dalam band Koes Plus. Meski demikan ia tidak meninggalkan sama sekali dunia musik yang telah ditekuninya sejak tahun 1962. Kadang-kadang hadir di pentas-pentas musik nostalgia bersama Koes Plus dengan berbagai formasi atau Koes Bersaudara pasca wafatnya Tonny Koeswoyo.


Kepioniran Yok dalam Bermusik

Salah satu lagu ciptaan Yok yang melegenda hingga saat ini adalah Kolam Susu yang mengisahkan kekayaan tanah air Indonesia. Karena lagu tersebut dan beberapa lagu seri Nusantara ciptaannya, Yok paling banyak mendapatkan penghargaan berupa piring emas dan piala. Lagu-lagu ciptaan Yok juga banyak didaur ulang oleh penyanyi di era berikutnya. Misalnya Lagu Pop Jawa Tul Jaenak sempat dipopulerkan kembali oleh Group Lawak terkenal era 1970-80-an Bagio CS dan Didi Kempot pada tahun 1990-an. Ia juga kerap menciptakan lagu untuk Koes Plus yang menggunakan bahasa Inggris seperti How Much I Love You, Tears are Falling, We Love Each Other, dll. Salah satu lagu berbahasa Inggris ciptaannya sempat populer di Australia berjudul Why Do You Love Me Juga sebuah lagu berbahasa Perancis berjudul Vivre Heureux pada tahun 1978.

Permainan bass Yok pun banyak mendapat pujian. Diantaranya adalah dari Alex & Yakub (Kembar Groups) menyebut bahwa gembong Koes Plus sesungguhnya adalah Yok Koeswoyo. “Dialah yang menciptakan beat dalam Koes Plus selama ini.”[4]


Kehidupan pribadi dan sosial

Di masa mudanya ia sempat berpacaran dengan seorang wanita bernama Cori Louise, namun tak berlanjut. Yok menikah dua kali. Pertama ia menikah dengan Maria Sonya Tulaar, seorang wanita asal Tomohon, Minahasa, Sulawesi Utara. Wanita ini sempat dipuja oleh Yok dalam album Koes Plus vol.V dengan lagu “Sonya”. Dari pernikahan beda agama ini ia memperoleh 2 orang anak. Anak sulungnya bernama Sari Louise Herning Hapsari (Sari Yok Koeswoyo) yang mengikuti jejaknya sebagai penyanyi dan aktris. Nama Louise diberikannya sebagai kenangan atas nama bekas pecarnya. Anak keduanya bernama alm. Rangga Panji (Angga Koeswoyo) yang sempat menjadi pemain gitar Kelompok Band Junior (Band). Maria Sonya Tulaar meninggal pada hari Rabu tanggal 26 Desember 1973 karena kecelakaan lalu lintas pada saat mereka baru pulang berlibur pasca merayakan Natal. Kesedihan atas kehilangan istrinya ini sempat ia torehkan dalam sebuah lagu yang berjudul "Maria". Lagu ini seolah menjadi penutup dari lagu berjudul Sonya yang pernah dirilisnya bersama Koes Plus pada tahun 1971.

Sepeninggal Maria, Yok kemudian menikah lagi dengan seorang wanita Perancis yang bernama Michelle Beguin. Pernikahan kedua ini tidak memperoleh anak. Sang istri berkomitmen untuk lebih fokus merawat dan membesarkan anak-anak Yok sebagai anak kandungnya sendiri.

Sebagaimana saudara-saudaranya yang lain, Yok pun kerap menyisihkan sebagian pendapatannya untuk membantu perekonomian keluarga abang tertuanya Jon yang banyak berjasa pada permulaan berkecimpungnya mereka dalam dunia musik. Setelah mengundurkan diri dari band Koes Plus pada paruh kedua dekade 1990-an, Yok kini lebih banyak beristirahat. Ia juga menekuni kehidupan sebagai petani di Banten. Namun sesekali ia masih tampil bersama abangnya dalam pertunjukan show legendaris Koes Plus ataupun Koes Bersaudara.

Instrumen

Pranala luar

  1. ^ https://nadatjerita.wordpress.com/tag/sejarah-koes-plus/
  2. ^ http://seleb.tempo.co/read/news/2010/06/20/001256795/legenda-50-tahun-koes-plus-wawancara-yon-koeswoyo
  3. ^ http://anton-djakarta.blogspot.com/2008/02/kisah-keluarga-koeswoyo.html
  4. ^ http://www.newsmusik.co/index.php/legend/item/1398-cerita-tentang-koes-plus/1398-cerita-tentang-koes-plus?start=25