Kabupaten Situbondo

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 19 April 2013 14.07 oleh Relly Komaruzaman (bicara | kontrib) (Menolak perubahan teks terakhir (oleh 118.97.95.179) dan mengembalikan revisi 6591628 oleh EmausBot)
Kabupaten Situbodo
Daerah tingkat II
Motto: 
Kota SANTRI
Peta
Peta
Kabupaten Situbodo di Jawa
Kabupaten Situbodo
Kabupaten Situbodo
Peta
Kabupaten Situbodo di Indonesia
Kabupaten Situbodo
Kabupaten Situbodo
Kabupaten Situbodo (Indonesia)
Koordinat: 7°43′00″S 114°03′00″E / 7.71667°S 114.05°E / -7.71667; 114.05
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Timur
Tanggal berdiri± th 1972
Dasar hukumPeratunan Pemerintah RI Nomor. 28 / 1972
Ibu kotaKecamatan Situbondo
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 17
Pemerintahan
 • BupatiDadang Wigiarto
Luas
 • Total1.457,10 km2 (56,260 sq mi)
Populasi
 ((Tahun 2005))
 • Total631.381
 • Kepadatan4,3/km2 (11/sq mi)
Demografi
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode BPS
3512
Kode area telepon0338
Kode Kemendagri35.12
DAURp. 692.549.026.000.-
Situs webhttp://www.situbondokab.go.id/


Kabupaten Situbondo adalah suatu kabupaten di Jawa Timur, Indonesia dengan pusat pemerintahan dan ibukota terletak di Kecamatan Situbondo.[1][2] Kota ini terletak di daerah pesisir utara pulau Jawa, dikelilingi oleh perkebunan tebu, tembakau, hutan lindung Baluran dan lokasi usaha perikanan. Dengan letaknya yang strategis, di tengah jalur transportasi darat Jawa Bali, kegiatan perekonomiannya tampak terjaga "hidup". Situbondo mempunyai pelabuhan Panarukan yang terkenal sebagai ujung timur dari Jalan Raya Pos Anyer-Panarukan di pulau Jawa yang dibangun oleh Daendels pada era kolonial Belanda.

Asal nama

Terdapat 2 pendapat yang mengatakan tentang asal nama Situbondo:

  • Dari nama seorang pangeran asal Madura yang bernama Aryo Gajah Situbondo, yang makamnya ditemukan di wilayah kota.[2]
  • Berasal dari kata siti bondo, yang berarti tanah yang mengikat, untuk menegaskan bahwa daerah ini menarik setiap pendatang yang tiba untuk menetap di Situbondo.[2]

Sejarah

Konon, Situbondo pada zaman dahulu merupakan suatu situ atau danau besar. Di zaman kejayaan kerajaan kerajaan Jawa dahulu Situbondo merupakan bagian dari konflik konflik perebutan wilayah dan kekuasaan Majapahit, Blambangan dan di daerah inilah diyakini perang Paregreg sebagai bagian dari kehancuran Majapahit terjadi.

Penduduk Situbondo berasal dari beragam suku, mayoritas berasal dari suku Jawa dan Madura. Pada tahun 1950-70 an kehidupan perekonomian kebanyakan ditunjang oleh industri gula dengan adanya 6 perkebunan dan pabrik gula di sekelilingnya , yaitu di Asembagus, Panji, Olean, Wringin Anom, Demas dan Prajekan. Namun dengan surutnya industri gula, pada tahun 1980 dan 1990-an kegiatan perekonomian bergeser kearah usaha perikanan. Usaha pembibitan dan pembesaran udang menjadi tumpuan masyarakat.

Mangga Manalagi, Gadung, dan Arumanis dari Situbondo sangat terkenal dan banyak dicari oleh penggemar buah. Namun sampai saat ini potensi ekonomi dari perkebunan mangga tersebut masih ditangani secara industri rumah tangga, belum dalam skala industri perkebunan.

Beberapa potensi kekayaan alam lainnya masih "menganggur". Ditengarai kandungan minyak bumi di Kabupaten Situbondo (sekitar Olean) cukup melimpah. Masyarakat Situbondo menunggu investor untuk datang dan mengeksplorasi kekayaan alam yang sampai sekarang "masih tersembunyi".

Pantai Pasir Putih di tahun 1920-an

Masyarakat Jawa Timur banyak mengenal Situbondo dari pantai Pasir Putih, suatu tempat rekreasi pantai yang berjarak kurang lebih 23 km disebelah barat Situbondo. Pasir Putih terkenal dengan pantainya yang landai dan berpasir putih. pada tahun 1960 - 1970 an masih banyak habitat laut yang bisa ditemukan dipantai ini. Kuda laut dan batu karang cantik berwarna warni banyak dijual di akuarium penjual ikan hias setempat. Namun kini makhluk tersebut tidak dapat ditemui lagi.

Kediaman bupati Situbondo (tahun 1927-1929)

Perubahan nama

Pada mulanya nama Kabupaten Situbondo adalah "Kabupaten Panarukan" dengan Ibukota Situbondo, sehingga dahulu pada masa Pemerintahan Belanda oleh Gubernur Jendral Daendels (± th 1808 - 1811) yang membangun jalan dengan kerja paksa sepanjang pantai utara Pulau Jawa dikenal dengan sehutan "Jalan Anyer - Panarukan" atau lebih dikenal lagi "Jalan Daendels", kemudian seiring waktu berjalan barulah pada masa Pemerintahan Bupati Achmad Tahir (± th 1972) diubah menjadi Kabupaten Situbondo dengan Ibukota Situbondo, berdasankan Peratunan Pemerintah RI Nomor. 28 / 1972 tentang Perubahan Nama dan Pemindahan Tempat Kedudukan Pemerintah Daerah.

Perlu diketahui pula bahwa Kediaman Bupati Situbondo pada masa lalu belumlah berada di lingkungan Pendopo Kabupaten namun masih menempati rumah pribadinya, baru pada masa Pemerintahan Bupati Raden Aryo Poestoko Pranowo (± th 1900 - 1924), dia memperbaiki Pendopo Kabupaten sekaligus membangun Kediaman Bupati dan Paviliun Ajudan Bupati hingga sekarang ini, kemudian pada masa Pemerintahan Bupati Drs. H. Moh. Diaaman, Pemerintah Kabupaten Situbondo memperbaiki kembali Pendopo Kabupaten (± th 2002).[2]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ (Indonesia) "Profil Kabupaten Situbondo, di situs resmi Depdagri". Diakses tanggal 28-9-12. 
  2. ^ a b c d (Indonesia) Sejarah Kabupaten Situbondo di "Situs resmi kabupaten Situbondo". Diakses tanggal 28-9-12. 

Pranala luar