Subsidi perkeretaapian

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Banyak negara menawarkan subsidi untuk kereta api karena memberikan manfaat sosial dan ekonomi. Negara-negara tersebut biasanya juga mendanai atau menyubsidi pembangunan jalan, dan karena itu secara efektif menyubsidi transportasi roda karet juga. Subsidi perkeretaapian beragam baik dalam besaran maupun sasaran, dengan beberapa negara turut membiayai pemeliharaan baik hanya prasarana maupun hanya sarana beserta operatornya, atau kedua-duanya. Subsidi dapat digunakan baik pembiayaan investasi dan pembangunan lintas baru, atau untuk membiayai lintas cabang yang dinilai tidak memberi nilai ekonomi.

Subsidi terbesar perkeretaapian di dunia ada di Eropa (€73 miliar) dan Tiongkok ($130 miliar), sementara Amerika Serikat memberi subsidi kecil untuk kereta api penumpang, sementara angkutan barang tidak disubsidi.

Perkeretaapian modern sebagai indikator pembangunan ekonomi[sunting | sunting sumber]

Ahli ekonomi pembangunan Eropa berpendapat bahwa keberadaan prasarana perkeretaapian modern merupakan indikator signifikan dari kemajuan ekonomi suatu negara: sudut pandang ini didasarkan terutama melalui Indeks Infrastruktur Transportasi Perkeretaapian.[1]

Subsidi menurut negara[sunting | sunting sumber]

Eropa[sunting | sunting sumber]

Subsidi perkeretaapian Eropa dalam euro per penumpang-km 2008[2]
Negara Subsidi dalam miliar Euro Tahun Miliar penumpang -km tempuh tahun 2014[3]
 Jerman 17,0 2014[4] 79,3
 Prancis 13,2 2013[5] 83,9
 Italia 7,6 2012[6] 39,7
 Swiss 5,8 2012[7] 18,4
 Spanyol 5,1 2015[8] 24.5
 Britania Raya 4,4 2016[9] 65,1
 Belgia 2,8 2012[10] 10,8
 Belanda 2,5 2014[11] 17
 Austria 2,3 2009 11,4
 Denmark 1,7 2008 5,8
 Swedia 1,6 2009[12] 6,1
 Polandia 1,4 2008 11,9
 Irlandia 0,91 2008 1,7

Perlu diingat bahwa ada beberapa operator yang tidak menerima subsidi, termasuk hampir semua layanan kereta api jarak jauh atau kereta kecepatan tinggi di Prancis dan Jerman.[butuh rujukan]

Tiongkok[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 2015, total pembiayaan operasional kereta api relasi domestik di Tiongkok sebesar $128 miliar dan kemungkinan akan bernilai sama untuk sisa rancangan pembangunan lima tahun ke depan (2016-2020).[13][14] Perencanaan lintas sejauh 8.000 kilometer (5.000 mil) akan ditambahkan untuk pengembangan kereta api domestik daripada operasional antarnegara.

India[sunting | sunting sumber]

Kereta api di India disubsidi sekitar 400 miliar rupee (US$5,8 miliar), yang sekitar 60% dialokasikan untuk kereta api komuter dan angkutan lokal.[15][16]

Indonesia[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 2018, pemerintah mengalokasikan subsidi sebesar Rp2,39 triliun rupiah untuk PT KAI. Subsidi ini hanya ditujukan untuk kereta api kelas ekonomi tertentu baik jarak jauh, menengah, lokal, serta komuter. Tidak ada alokasi subsidi untuk kereta api eksekutif maupun bisnis.[17]

Amerika Serikat[sunting | sunting sumber]

Subsidi angkutan penumpang Amtrak dialokasikan kurang lebih sebesar US$1,4 miliar. Angkutan barang sama sekali tidak disubsidi.

Rusia[sunting | sunting sumber]

Secara total, RZD menerima 112 miliar rubel (sekitar US$1,5 miliar) per tahun dari pemerintah.[18]

Jepang[sunting | sunting sumber]

Jaringan kereta api di Jepang yang kini diprivatisasi ternyata sebagian membutuhkan subsidi. Untuk tiga perusahaan terbesar, JR East, JR Central, dan JR-West (yang menguasai 60% pangsa pasar penumpang) tidak menerima subsidi negara.[19]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Firzli, M. Nicolas J. (1 July 2013). "Transportation Infrastructure and Country Attractiveness". Revue Analyse Financière. Paris. Diakses tanggal 26 April 2014. 
  2. ^ "ANNEX to Proposal for a Regulation of the European Parliament and of the Council amending Regulation (EC) No 1370/2007 concerning the opening of the market for domestic passenger transport services by rail" (PDF) (COMMISSION STAFF WORKING DOCUMENT: IMPACT ASSESSMENT). Brussels: European Commission. 2013. hlm. 6, 44, 45. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2013-05-03. Includes both "Railway subsidies" and "Public Service Obligations". 
  3. ^ "Railway Statistics – 2014 Synopsis" (PDF). Paris, France: UIC (International Union of Railways). 2014. Diakses tanggal 8 November 2015. 
  4. ^ "German Railway Financing" (PDF). hlm. 2. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2016-03-10. 
  5. ^ "Efficiency indicators of Railways in France" (PDF). 
  6. ^ "Public Expenditure on Railways in Europe: a cross-country comparison" (PDF). hlm. 10. 
  7. ^ "Facts and arguments in favour of Swiss public transport". hlm. 24. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2014-10-26. Diakses tanggal 3 July 2016. 6.3 billion Swiss francs 
  8. ^ "Spanish railways battle profit loss with more investment". 17 September 2015. Diakses tanggal 10 March 2016. 
  9. ^ "GB rail industry financial information 2015-16" (PDF). Diakses tanggal 22 February 2017. £3.2 billion, using average of £1=1.366 euros for 2015-16 
  10. ^ "Implementation of EU legislation on rail liberalisation in Belgium, France, Germany and The Netherlands" (PDF). 
  11. ^ "ProRail report 2015" (PDF). hlm. 30. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2016-03-03. Diakses tanggal 2018-10-14. 
  12. ^ "The evolution of public funding to the rail sector in 5 European countries - a comparison" (PDF). hlm. 6. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2016-03-04. Diakses tanggal 2018-10-14. 
  13. ^ "Govt support for rail sector makes sense". 22 June 2015. 
  14. ^ "China to Invest $128 Billion in Rail, Push for Global Share". 5 March 2015. 
  15. ^ Praveen Patil. "Rail Budget And The Perpetuity Of Indian Socialism". 
  16. ^ "Govt defends fare hike, says rail subsidy burden was too heavy". 
  17. ^ Djumena, Erlangga, ed. (2017-12-28). "2018, Pemerintah Kembali Subsidi Tiket Kereta Api Rp 2,39 Triliun". KOMPAS.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-10-14. 
  18. ^ "Government support for Russian Railways". 
  19. ^ "Level playing field: EU efforts to break into Japan's rail industry".