Prahasta

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Prahasta (bahasa Sanskerta: प्रहस्‍त, Prahastha) adalah nama seorang tokoh dalam wiracarita Ramayana yang dikenal sebagai paman Rahwana sekaligus pembesar Kerajaan Alengka. Ia merupakan tokoh bijaksana yang sering memberikan nasihat-nasihat berharga kepada Rahwana. Prahasta akhirnya gugur membela negerinya ketika berperang melawan Anila dari bangsa Wanara.

Versi Ramayana[sunting | sunting sumber]

Versi Ramayana menyebut Prahasta sebagai putra tertua Sumali, raja bangsa Rakshasa dari Kerajaan Alengka. Ia memiliki saudara perempuan bernama Kaikesi yang melahirkan Rahwana. Di bawah pemerintahan Rahwana, Prahasta bertindak sebagai pejabat senior yang sering memberikan nasihat-nasihat kepada keponakannya itu dalam menjalankan roda pemerintahan.

Ketika Kerajaan Alengka diserang oleh bangsa Wanara yang dipimpin oleh Sri Rama, Prahasta maju sebagai panglima menghadapi mereka. Perang tersebut meletus karena istri Rama yang bernama Sinta diculik oleh Rahwana. Nasihat-nasihat Prahasta agar Sita dikembalikan sama sekali tidak dituruti oleh Rahwana. Prahasta pun terpaksa maju perang demi membela tanah airnya yang diserang musuh, bukan untuk membela Rahwana.

Prahasta akhirnya gugur di tangan seorang perwira Wanara bernama Nila. Melalui pertarungan sengit Nila berhasil menghancurkan tubuh Prahasta menggunakan sebongkah batu karang yang sangat besar.

Versi pewayangan[sunting | sunting sumber]

Dalam versi pewayangan, khususnya di Jawa, Prahasta menjabat sebagai patih dalam pemerintahan Rahwana. Ia dikenal bijaksana namun kurang didengarkan nasihat-nasihatnya oleh keponakannya itu.

Nama asli Prahasta adalah Sukesa. Ia memiliki kakak perempuan bernama Sukesi. Keduanya lahir dari rahim putri Kerajaan Mantili bernama Danuwati yang dinikahi oleh Sumali raja Kerajaan Alengka. Meskipun Sumali berwujud raksasa, tetapi Sukesi dan Sukesa terlahir berwujud manusia seperti ibu mereka.

Pada suatu hari datang seorang resi sahabat Sumali bernama Wisrawa yang hendak melamar Sukesi sebagai menantunya. Wisrawa memiliki seorang putra bernama Danapati yang mendambakan Sukesi sebagai istrinya. Namun Sukesi hanya mau menikah dengan orang yang bisa mengajarkan ilmu pencerahan bernama Sastrajendra Hayuningrat.

Wisrawa mengaku menguasai ilmu tersebut namun tidak bisa sembarangan mengajarkannya. Sumali yang tertarik setelah mengetahui khasiat ilmu tersebut memohon agar dirinya diajari ilmu tersebut. Dalam sebuah sanggar tertutup Wisrawa mengajarkan ilmu Sastrajendra Hayuningrat kepada Sumali. Sumali pun memperoleh pencerahan dan berubah wujud manjadi manusia.

Sementara itu Sukesa yang penasaran mengintai dari luar. Karena mencuri dengar tanpa izin, tubuhnya pun berubah wujud menjadi raksasa. Sejak saat itu ia memakai nama Prahasta.

Singkat cerita, karena suatu kesalahan, Sukesi justru menikah dengan Wisrawa, bukan dengan Danapati. Dari perkawinan itu lahir Rahwana, Kumbakarna, Sarpakenaka, dan Wibisana.

Dalam pemerintahan Rahwana yang naik takhta menggantikan Sumali, Prahasta diangkat sebagai patih. Prahasta sering kali memberikan nasihat-nasihat bijaksana namun tidak pernah diperhatikan oleh keponakannya yang bersifat angkara murka tersebut.

Dalam perang besar melawan Sri Rama, Rahwana naik ke kahyangan menemui kakak tirinya, yaitu Danapati yang telah menjadi dewa bergelar Batara Kuwera. Kuwera ditugasi Batara Guru untuk menjaga bunga pusaka bernama Kembang Dewaretna yang konon menjadi kunci kekalahan bangsa Wanara yang mendukung Sri Rama.

Setelah melalui pertarungan seru akhirnya Rahwana berhasil merebut Kembang Dewaretna. Kuwera hanya bisa mengambil seekor kumbang yang menghuni jambangan bunga pusaka tersebut. Ia mencipta kumbang itu menjadi seekor Wanara bernama Kapi Pramuja.

Pramuja kemudian turun ke dunia untuk meminta restu Sri Rama agar berhasil merebut kembali Kembang Dewaretna. Setelah itu ia pun menyusup ke dalam gedung pusaka di dalam istana Alengka tempat Rahwana menyimpan bunga tersebut.

Prahasta yang ditugasi Rahwana menjaga Kembang Dewaretna berhasil diperdaya oleh ilmu sirep Pramuja sehingga sempat tertidur sejenak. Ketika ia bangun Kembang Dewaretna telah hilang dicuri Pramuja.

Rahwana marah besar atas kelalaian Prahasta. Prahasta pun berangkat mengejar Pramuja. Di tengah jalan ia harus bertempur menghadapi barisan prajurit Wanara yang dipimpin oleh Anila. Anila juga berpangkat patih dalam pemerintahan Sugriwa, raja kaum Wanara.

Dalam pertempuran itu, Anila terdesak oleh Prahasta. Banyak prajuritnya yang tewas di tangan raksasa tua tersebut. Ia sendiri sudah kehabisan tenaga dan memilih melarikan diri menghindari amukan Prahasta. Di perbatasan kota Alengka Anila menjumpai tugu besar dan menggunakannya untuk memukul kepala Prahasta. Prahasta pun tewas dengan tubuh hancur lumat.

Tugu yang dijebol Anila dan digunakannya untuk membunuh Prahasta tersebut berubah menjadi seorang bidadari bernama Indradi, yang tidak lain adalah ibu kandung Sugriwa. Ia merupakan istri seorang resi bernama Gotama yang telah mengutuknya menjadi tugu karena berselingkuh dengan Batara Surya. Kematian Prahasta oleh pukulan Anila telah membuat Indradi terbebas dari kutukan suaminya.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]