Lompat ke isi

Perang di Afganistan (2001–2021)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Perang di Afganistan (2001–2021)
Bagian dari Perang Melawan Teror

Searah jarum jam dari kiri atas: pertama. Militer Amerika Serikat dalam baku tembak dengan Pasukan Taliban di Provinsi Kunar, kedua. F-16 Strike Amerika menjatuhkan JDAM seberat 1.000 pon di atas sebuah gua di Afghanistan timur, ketiga. Seorang Tentara Afganistan sedang melakukan survei di atas sebuah Humvee, keempat. Tentara Afghanistan dan Amerika bergerak menembus salju di Provinsi Logar; pejuang Taliban yang menang setelah mengamankan Kota Kabul, kelima. Seorang tentara Afganistan yang mengamati sebuah lembah di Provinsi Parwan, keenam, Pasukan NATO bersiap untuk menaiki Helikopter Chinook selama Operasi Black Prince.
Tanggal7 Oktober 2001 – 30 Agustus 2021
(19 tahun, 10 bulan, 3 minggu, 2 hari)
LokasiAfghanistan
Hasil

Kemenangan Taliban dan Al Qaeda

Pihak terlibat

Taliban
Al Qaeda
di dukung oleh :
Hezb-e Islami Gulbuddin
Partai Islam Turkistan
Taliban Pakistan
Lashkar-e-Taiba


Negara Islam Irak dan Suriah

Aliansi Utara
Afghanistan
 NATO

Tokoh dan pemimpin

Mullah Omar
Akhtar Mansour
Hibatullah Akhundzada
Obaidullah Akhund
Jalaluddin Haqqani
Abdul Ghani Baradar
Osama bin Laden
Ayman al-Zawahiri


Negara Islam Irak dan Syam Hafiz Saeed Khan
Hamid Karzai
Ashraf Ghani
Amrullah Saleh
Bismillah Khan Mohammadi
Abdul Rashid Dostam
Sami Sadat
George W. Bush
Barack Obama
Donald Trump
Joe Biden
Amerika Serikat James Mattis
Kenneth McKenzie
Mark Milley
John P. Jumper
Robert P. White
Tony Blair
Gordon Brown
David Cameron
Theresa May
Boris Johnson
Robert Magowan
Stuart Skeates
Britania Raya James Dutton
Britania Raya Patrick Sanders
Britania Raya John Cooper
Jean Chrétien
Paul Martin
Stephen Harper
Justin Trudeau
Trevor Cadieu
Michael Rouleau
Gerhard Schröder
Angela Merkel
Volker Wieker
Hans-Lothar Domröse
John Howard
Kevin Rudd
Julia Gillard
Tony Abbott
Malcolm Turnbull
Scott Morrison
Simon Stuart
David Johnston
Silvio Berlusconi
Romano Prodi
Mario Monti
Enrico Letta
Matteo Renzi
Paolo Gentiloni
Giuseppe Conte
Mario Draghi
Cavo Dragone
Helen Clark
John Key
Bill English
Jacinda Ardern
Kevin Short
Kekuatan

120,000 (2010)
80,000 (2021)
3,300+


4,000 (2018)
300,000
130,000 (2010)
15,000–20,000
30,000 (2001–2021)
3,500
20,000
500
Korban

Taliban : 45.000 Tewas
Al Qaeda : 2.000 Tewas


ISIS : 2.000+ Tewas
Total :
49.000 Tewas

200 Tewas
45.000 Aparat Tewas
3.586 Tewas

  • 2.465
  • 457
  • 159
  • 90
  • 62
  • 53
  • 44
  • 43
  • 35
  • 27
  • 25
  • 15
  • 14
  • 10
  • 9
  • 7
  • 4
  • 3
  • 2
  • 2
  • 2
  • 1
  • 1
  • 1
  • 1
    Lainnya :
    121 Tewas
  • 46
  • 32
  • 19
  • 12
  • 6
  • 2
  • 2
    Tentara Bayaran Asing :
    3.917 Tewas
    Total :
    52.824 Tewas
Warga Sipil :
46,000 Tewas
Total :
147.824+ Tewas


Perang Amerika di Afganistan atau Perang Afganistan (2001-2021) dimulai setelah Serangan 11 September 2001, Amerika Serikat memulai kampanye Perang Melawan Terorisme mereka di Afganistan, dengan tujuan menggulingkan kekuasaan RezimTaliban di Afghanistan yang dituduh melindungi Pendiri Kelompok Milisi Al Qaeda, Osama bin Laden yang di tuduh menjadi dalang utama dalam peristiwa Serangan 11 September 2001 di Kota New York. Aliansi Utara Afghanistan menyediakan mayoritas pasukan bersama Pasukan Sekutu (Amerika dan NATO), dengan pasukan yang banyak, persenjataan yang lengkap, dan di lengkapi dengan kendaraan tempur yang canggih, Aliansi Utara bersama Pasukan Sekutu dengan mudah menyerbu dan menduduki Kota Kabul lalu mengusir para pejabat Pemerintahan Rezim Taliban dari Ibukota Afganistan tersebut.[1][2][3][4]

Nama kode yang diberikan oleh Amerika Serikat untuk konflik ini adalah Operasi Kebebasan Abadi (Operation Enduring Freedom) (2001-2012) dan berubah nama menjadi Operation Freedom's Sentinel (2012-2021). Nyatanya setelah kalah dan terusir dari Kota Kabul, para Gerilyawan Al Qaeda dan Taliban masih mampu untuk melakukan aksi teror terutama pengeboman terhadap fasilitas-fasilitas milik militer Sekutu, khususnya Amerika di Afghanistan, sebaliknya pada sisi lain, Amerika, NATO, dan Aliansi Utara yang menguasai Pemerintahan Afghanistan justru di hadapkan pada kegagalan demi kegagalan menghentikan aksi teror mereka di Afghanistan, sekalipun Pemimpin pertama dan Pendiri Kelompok Al Qaeda, Osama bin Laden telah di bunuh pada tahun 2011. Hal ini terjadi karena pertama, para Gerilyawan Al Qaeda dan Taliban tidak menjadikan tokoh utama atau pimpinan mereka sebagai simbol sakral, kedua, pembauran mereka dengan masyarakat sipil Afghanistan menjadikan mereka susah di ketahui bahkan di lacak indentitasnya. Beberapa hal inilah yang membuat pendudukan Pasukan Sekutu di Afghanistan tidak bertahan lama, justru berujung dengan penaklukan kembali Ibukota Afghanistan, Kabul oleh Rezim Taliban pada tanggal 15 Agustus 2021, beberapa hari sebelum penaklukan Kota Kabul, sebagian besar wilayah Afghanistan berhasil di rebut dan di kendalikan oleh Kelompok Milisi Al Qaeda dan Taliban, serta banyaknya pejabat Afghanistan yang kemudian mengungsi ke Qatar, setelah jatuhnya Ibukota Kabul dan di tariknya seluruh pasukan dan kendaraan tempur milik Amerika dan NATO, Rezim Taliban kembali berkuasa di Afghanistan dengan menjadikan kembali sistem Syri'ah Islam sebagai landasan utama Ideologi, hukum dan politik Negara Afghanistan. Sempat muncul kecurigaan dari Badan Intelejen Amerika Serikat, CIA dan NATO bahwa Pemerintah Rusia mulai tahun 2017 ikut membantu Kelompok Milisi Al Qaeda dan Taliban baik dalam segi finansial, persenjataan maupun amunisi dalam perlawanannya menentang pendudukan Pasukan Amerika dan NATO di Afghanistan dega bukti di temukan banyaknya persenjataan buatan Rusia di beberapa bunker dan bangunan persembunyian mereka yang berhasil di ketahui oleh pihak Sekutu. namun hal ini di bantah dengan tegas oleh Presiden Rusia saat ini, Vladimir Putin dengan mengatakan bahwa tidak ada keuntungan bagi Rusia untuk mendanai dan membantu para Kelompok Milisi Islam memerangi Amerika dan NATO, yang di nilai Rusia, kelompok- kelompok Milisi Islam tersebut juga berbahaya bagi keamanan nasionalnya jangka panjang, mengenai masalah terdapat banyaknya senjata dan amunisi buatan Rusia, Pemerintah Rusia menyatakan bahwa bisa jadi para Kelompok Milisi tersebut membelinya dari pasar gelap atau negara lain yang memiliki persenjataan dan amunisi buatan negara 'Tirai Besi' tersebut.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Coalition casualties in Afghanistan". Wikipedia (dalam bahasa Inggris). 2023-05-12. 
  2. ^ "List of Afghan security forces fatality reports in Afghanistan". Wikipedia (dalam bahasa Inggris). 2023-05-27. 
  3. ^ "Perang AS di Afghanistan: Habis Rp14.000 T, Tewaskan 3.586 Tentara NATO, lalu AS Hengkang". SINDOnews.com. Diakses tanggal 2023-06-01. 
  4. ^ "Angkatan Bersenjata Afganistan". Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2023-01-08.