Kerajaan-kerajaan barbar

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kerajaan-kerajaan orang barbar di Eropa dan Afrika Utara pada tahun 476 M
Kerajaan-kerajaan orang barbar di bekas wilayah Kekaisaran Romawi pada tahun 526 M, sebelum ditaklukkan kembali oleh Kaisar Yustinianus I; tampak pula wilayah Kekaisaran Romawi Timur, dan wilayah suku-suku bangsa Jermani dan Kelt di luar bekas wilayah Kekaisaran Romawi Barat.
Uang logam Visigoth abad ke-6 M, berterakan nama Kaisar Romawi Timur, Yustinianus I. Uang-uang logam berterakan nama Kaisar Yustinianus I beredar luas sampai pada abad ke-6 M.[1]

Kerajaan-kerajaan orang barbar adalah kerajaan-kerajaan suku bangsa Jermani, Hun, serta kerajaan-kerajaan lain yang didirikan di seluruh Eropa dan Afrika Utara pada Akhir Abad Kuno, sesudah runtuhnya Kekaisaran Romawi Barat. Istilah "orang barbar" (Greek: βάρβαρος, barbaros; Latin: barbarus) sudah lumrah digunakan oleh para sejarawan, meskipun istilah ini tidak digunakan oleh suku-suku bangsa yang bersangkutan, dan sarat dengan prasangka buruk. Kerajaan-kerajaan orang barbar juga disebut "kerajaan-kerajaan Jermani", "kerajaan-kerajaan Romawi-Jermani",[2] dan "kerajaan-kerajaan pasca-Romawi".

Kurun waktu[sunting | sunting sumber]

Menurut sejarah, kurun waktu keberadaan kerajaan-kerajaan orang barbar berlangsung sejak 409 M sampai 910 M. Kurun waktu ini bermula pada tahun 409 M dengan didirikannya sejumlah kerajaan orang barbar di Jazirah Iberia, yakni kerajaan orang Suebi, kerajaan orang Alani, wilayah orang Hasdingi, dan wilayah orang Vandal. Kurun waktu ini berakhir ketika Kerajaan Asturias terpecah belah pada tahun 910 M. Kerajaan Asturias didirikan oleh seorang bangsawan Visigoth bernama Pelagius dari Asturias di Jazirah Iberia. Pada masa runtuhnya Kerajaan Asturias, mayoritas penduduk Jazirah Iberia bertutur dalam bahasa Latin pasar, dan hanya segelintir saja yang bertutur dalam dialek-dialek Visigoth dan Vandal dari rumpun bahasa Jermani Timur.

Kerajaan-kerajaan[sunting | sunting sumber]

Kerajaan yang paling jaya dan disegani di antara kerajaan-kerajaan orang barbar adalah kerajaan yang didirikan oleh orang Franka. Kerajaan orang Franka, yang didirikan sejak abad ke-4 sampai dengan abad ke-5 ini, tumbuh menguasai sebagian besar kawasan Eropa Barat, lalu berkembang pada Awal Abad Pertengahan menjadi Kekaisaran Karoling, dan akhirnya pecah menjadi Kerajaan Prancis dan Kekaisaran Romawi Suci pada Puncak Abad Pertengahan. Negeri Franka (Latin: Francia) bertahan hingga pecah pada tahun 843 menjadi Negeri Franka Barat (cikal bakal negara Prancis), Negeri Franka Tengah, dan Negeri Franka Timur (cikal bakal negara Jerman).

Kerajaan-kerajaan besar lainnya adalah kerajaan orang Visigoth dan kerajaan orang Ostrogoth yang didirikan pada abad ke-5. Wilayah kerajaan orang Ostrogoth direbut kembali oleh Kekaisaran Romawi Timur pada era 550-an, sementara kerajaan orang Visigoth bertahan sampai memasuki abad ke-8, tetapi akhirnya jatuh ke tangan bala tentara Muslim yang menginvasi Spanyol. Kerajaan orang Lombardi didirikan di Italia pada abad ke-6, namun ditaklukkan oleh orang Franka pada tahun 774. Kerajaan orang Alemani didirikan pada abad ke-3, dan menjadi salah satu kadipaten yang tunduk di bawah kekuasaan orang Franka pada tahun 496. Negeri Alemani hanya sekadar mengaku tunduk saja pada orang Franka, tetapi tetap bersifat setengah merdeka sampai abad ke-8. Kerajaan orang Vandal berdiri di Afrika dan Sisilia sejak tahun 435 sampai tahun 534. Kerajaan orang Burgundi dan kerajaan orang Suebi didirikan pada permulaan abad ke-5, tetapi kemudian ditaklukkan oleh orang Franka, dan akhirnya jatuh ke tangan orang Visigoth pada abad ke-6.

Adakalanya kerajaan-kerajaan Angli-Saksen perdana di Kepulauan Britania juga digolongkan sebagai kerajaan-kerajaan orang barbar.

Arti penting[sunting | sunting sumber]

Kemunculan kerajaan-kerajaan orang barbar menandai masa peralihan dari Akhir Abad Kuno ke Awal Abad Pertengahan yang berlangsung pada abad ke-6 dan ke-7. Tata pemerintahan kerajaan-kerajaan ini lambat laun menggantikan sistem pemerintahan Romawi di bekas wilayah Kekaisaran Romawi Barat, khususnya di dua prefektur barat, yakni Galia dan Italia.[3]

Kerajaan-kerajaan orang barbar adalah foederati (kerajaan-kerajaan mitra) Kekaisaran Romawi. Bahkan sesudah Kekaisaran Romawi Barat runtuh pada tahun 476, kerajaan-kerajaan ini masih menganggap dirinya sebagai bawahan Kaisar Romawi Timur, sekurang-kurangnya secara nominal. Keterikatan sejarah dengan Kekaisaran Romawi ini merenggang pada penghujung abad ke-6, seiring hilangnya sebagian besar daerah kekuasaan Romawi di sebelah barat pada masa pemerintahan Kaisar Yustinus II, dan memudarnya citra perkasa Kekaisaran Romawi yang kian tergerus oleh perang melawan bangsa Persia dan invasi bangsa Arab.

Sebagai akibatnya, "kerajaan-kerajaan orang barbar" pada abad ke-7 dan ke-8 mengembangkan sistem feodalisme yang menjadi ciri khas Eropa pada Abad Pertengahan. Gelar "kaisar" (Latin: imperator) dihidupkan kembali di Eropa Barat oleh Karel Agung pada tahun 800 M. Pada masa yang sama, Abad Pembaharuan Karoling melahirkan gagasan baru mengenai Eropa sebagai suatu entitas geopolitik dalam sejarah yang terpisah dari kawasan Laut Tengah.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Rujukan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Michael Frassetto, The Early Medieval World: From the Fall of Rome to the Time of Charlemagne Jld. 1 "Coins and Coinage", hlm. 203.
  2. ^ Chris Wickham, Framing the Early Middle Ages: Europe and the Mediterranean 400-800, Oxford (2005).
  3. ^ Kidner dkk. (penyunting), Making Europe: People, Politics, and Culture Jld. 1 (2009), 198–203. J. Herrmann, E.- Zürcher (penyunting), History of Humanity: From the seventh century B.C. to the seventh century A.D., UNESCO (1996), hlm. 255.

Bacaan lebih lanjut[sunting | sunting sumber]

  • Walter Pohl (penyunting), Kingdoms of the Empire: The Integration of Barbarians in Late Antiquity, BRILL (1997).
  • Michael Frassetto, Encyclopedia of Barbarian Europe: Society in Transformation, ABC-CLIO (2003).
  • Thomas F. X. Noble (penyunting), From Roman Provinces to Medieval Kingdoms, Routledge (2006)
  • Danuta Shanzer (penyunting), Romans, Barbarians, and the Transformation of the Roman World: Cultural Interaction and the Creation of Identity in Late Antiquity, Routledge, (2016).
  • Guy Halsall, Warfare and Society in the Barbarian West 450-900, Routledge (2008).
  • Robert A. Markus "From Rome to the Barbarian Kingdoms (330–700)" dalam: John McManners (penyunting), The Oxford Illustrated History of Christianity, OUP (2001), Oxford, 62–91.
  • David Rollason, Early Medieval Europe 300-1050: The Birth of Western Society, Routledge (2014).
  • Chris Wickham, Framing the Early Middle Ages: Europe and the Mediterranean 400-800, Oxford (2005).

Pranala luar[sunting | sunting sumber]