Feminisme kegemukan
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Februari 2023. |
Bagian dari seri |
Feminisme |
---|
Feminisme kegemukan atau feminisme positif kegemukan merupakan salah satu bentuk feminisme yang memperdebatkan bahwa wanita yang gemuk sering menerima diskriminasi baik secara ekonomi, pendidikan, dan sosial akibat bentuk tubuh mereka. Oleh karena itu, mereka menyerukan agar semua wanita diperlakukan sama tanpa melihat perbedaan berat badan. Feminisme kegemukan bermula pada masa feminisme gelombang kedua, dan tidak mencapai arus utama sampai baru-baru ini. Meski kerap kali dihubungkan dengan gerakan untuk menerima kegemukan, para feminis penganut paham ini memfokuskan diri pada perempuan yang kerap mengalami diskriminasi akibat ukuran tubuh mereka.
Sekilas
[sunting | sunting sumber]Menurut Monica Persson, lebih dari 56 persen perempuan yang mengalami kegemukan menjawab bahwa mereka telah diperlakukan tidak hormat oleh para konselor kesehatan mereka, dan sebanyak 46 persen menyatakan bahwa konselor kesehatan mereka tidak nyaman dengan perempuan yang memiliki berat badan berlebih.
Para feminis ini berpendapat bahwa kemungkinan bagi perempuan untuk mengalami diskriminasi meningkat secara relatif seiring dengan ukuran tubuh mereka; perempuan yang memiliki ukuran tubuh lebih besar ketimbang ukuran perempuan pada umumnya akan terjerat pada sebuah siklus kemiskinan ayam atau telur dan diskriminasi sosial.
Hal yang juga diperdebatkan adalah diskriminasi ukuran yang dihubungkan dan dapat serupa dengan rasisme, seksisme, dan ageisme. Secara biologis, perempuan cenderung untuk memiliki lemak tubuh lebih banyak ketimbang laki-laki, ini juga memperlihatkan sebuah pandangan bahwa diskriminasi ukuran lebih berpengaruh terhadap perempuan ketimbang laki-laki. Diskriminasi ukuran kerap dihubungkan dengan rasisme, dan beberapa menyebutkan bahwa ukuran dipengaruhi oleh ras seseorang. Argumen yang diajukan oleh para ageist menyatakan bahwa perempuan mengalami peningkatan berat badan akibat proses yang alami seiring dengan bertambahnya usia mereka, terutama setelah kelahiran anak.
Tokoh-tokoh feminis kegemukan
[sunting | sunting sumber]- Toni Cassista: Pada tahun 1993, Toni Cassista mengajukan gugatan terhadap Community Foods, sebuah toko di Santa Cruz, California, ketika dia tidak boleh bekerja karena ukuran tubuhnya. Mahkamah Agung California memenangkannya dengan menciptakan diskriminasi berdasarkan berat badan. Saat ini, semua negara bagian lain dapat memecat karyawan karena menambah berat badan dengan sesuka hati.[1] Sebuah studi dari Universitas Yale menunjukkan bahwa 10 persen wanita dan 5 persen pria mengalami diskriminasi berat badan di tempat kerja.[1]
- Sara Fishman
- Judy Freespirit menerbitkan Manifesto Pembebasan Lemak,[2] yang menggambarkan diskriminasi ukuran sebagai seksisme,Upaya mereka mendapat reaksi beragam selama masa itu, ketika model yang sangat kurus, seperti Twiggy, menjadi modis. Beberapa feminis, seperti Gloria Steinem dan Jane Fonda, percaya bahwa menghilangkan ciri-ciri "keperempuanan", seperti lekuk tubuh feminim, diperlukan untuk masuk ke dalam masyarakat yang didominasi laki-laki.
- Lee Martindale
- Lynn McAfee
- Susie Orbach
- Karen Stimson
- Mary Evans Young
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b "49 States Legally Allow Employers to Discriminate Based on Weight". Time (dalam bahasa Inggris). 2017-08-16. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-25. Diakses tanggal 2023-03-18.
- ^ Freespirit, Judy; Aldebaran (1979). "fat liberation manifesto". Off Our Backs. 9 (4): 18–18. ISSN 0030-0071. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-02-17. Diakses tanggal 2023-03-18.