Lompat ke isi

Danau tapal kuda

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Danau kelok)
Foto udara Sungai Nowitna di Alaska ini memperlihatkan beberapa danau tapal kuda yang terbentuk di sekitar sungai tersebut. Sebuah yang pendek terlihat di sisi bawah foto, dan sebuah lagi yang panjang melengkung terdapat di sebelah kanan agak ke atas. Terlihat pula di tengah, dua kelokan besar sungai telah saling mendekati, membentuk suatu tanah genting yang bahkan lebih sempit daripada lebar sungainya. Kemungkinan dalam waktu yang tidak terlalu lama, tanah genting ini dapat tertembus oleh erosi atau banjir, yang akan membentuk suatu sudetan sungai sekaligus meninggalkan sebuah danau tapal kuda yang baru.

Danau tapal kuda (disebut pula danau ladam, danau melengkung, danau mati, atau danau sudetan) adalah sebuah danau berbentuk huruf U yang terbentuk ketika sebuah kelokan yang lebar terpotong dari sungai utamanya, dan akhirnya membentuk sebuah badan air tersendiri. Bentang alam ini dinamakan demikian dari bentuknya yang istimewa dan menyerupai sebuah tapal kuda atau ladam. Di Australia, sungai mati ini dinamakan billabong, sebutan yang kemungkinan berasal dari bahasa Wiradjuri, salah satu kelompok suku Aborigin Australia. Sementara di Texas selatan, danau-danau tapal kuda yang terbentuk dari aliran Rio Grande dinamakan resacas.

Pembentukan

[sunting | sunting sumber]
Animasi terbentuknya danau tapal kuda

Ketika sebuah sungai mencapai dataran rendah, terutama jika sungai itu telah mendekati muaranya di tepi laut, alirannya acap kali melingkar-lingkar, membentuk kelak-kelok lebar yang disebut kelokan. Kelokan-kelokan ini mula-mula kecil saja, namun secara alami arus sungai akan menggerus tepian di sisi luar kelokan, dan menimbun hasil sedimentasinya di sisi dalam kelokan. Dengan demikian berangsur-angsur kelokan-kelokan itu akan melebar dan membundar. Hingga pada saatnya, sisi luar suatu kelokan terus bergeser sampai mendekati sisi luar kelokan lain di dekatnya, membentuk suatu tanah genting antar kelokan. Tanah genting ini pada akhirnya akan tergerus pula, boleh jadi oleh erosi lateral arus sungai, atau oleh luapan air banjir yang melanda wilayah itu.[1] Seperti dipahami, pada saat banjir, arus air yang deras akan melanda semua yang dilaluinya, untuk mencari jalan terpendek menuju wilayah yang lebih rendah.[2]

Tanah genting yang tergerus atau terpotong itu selanjutnya membentuk semacam sudetan alamiah, yang akan menjadi alur sungai yang baru, yang lebih pendek karena memintas. Kelokan yang terpangkas, lama-kelamaan kedua ujungnya akan tertutup oleh sedimentasi sehingga terpisah dari badan sungai yang 'hidup', yang mengalir; maka dikenal pula sebagai sungai mati atau danau (sungai) mati. Proses pembentukan ini dapat berlangsung cepat selama beberapa tahun saja, namun dapat pula melewati beberapa dekade.[1]

Danau tapal kuda dengan paya-paya di tepinya. Spytkowice, Polandia

Danau-danau tapal kuda merupakan habitat yang baik bagi pelbagai satwa liar, khususnya yang bersifat akuatik. Di dalam sistem Sungai Amazon, banyak danau-danau tapal kuda yang menjadi habitat yang disukai berang-berang raksasa amazon.[2] Danau sungai mati juga sering merupakan tempat yang baik untuk mengembangkan akuakultur.[3] Secara alami, danau-danau ini memang menyimpan kekayaan jenis ikan yang tinggi.[4] [5] [6] [7] [8] [9] [10]

Danau-danau ladam ini acap kali berperan penting dalam memerangkap sedimen dan aliran buangan dari lahan pertanian, mencegahnya masuk ke aliran utama sungai, namun adakalanya hal ini justru merusak ekosistem danau tapal kuda itu sendiri.[11] Demikian pula halnya, ekosistem danau tapal kuda rentan terhadap cemaran logam berat yang berasal dari industri.[12]

Danau ladam di Indonesia

[sunting | sunting sumber]

Di Indonesia, danau ladam banyak terdapat pada daerah aliran sungai di pulau Sumatera, Kalimantan, Papua dan beberapa tempat di pulau Jawa dengan DAS berukuran luas serta topografi yang cenderung datar pada bagian hilirnya. Beberapa contoh danau ladam di Indonesia diantaranya:

  • Danau Sipin, (DAS Batanghari) di Kota Jambi.
  • Danau Baturijal Hulu, (DAS Indragiri) di kabupaten Indragiri Hulu, Riau.
  • Danau Cala, (DAS Musi) di kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.
  • Danau Empangau, (DAS Kapuas) di kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.
  • Danau Merayaq, (DAS Mahakam) di kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b Constantine, José Antonio; Dunne, Thomas; Piégay, Hervé; Mathias Kondolf, G. (February 2010). "Controls on the alluviation of oxbow lakes by bed-material load along the Sacramento River, California". Sedimentology. 57 (2): 389–407. Bibcode:2010Sedim..57..389C. doi:10.1111/j.1365-3091.2009.01084.x. 
  2. ^ a b Rutledge, Kim; Ramroop, Tara; Boudreau, Diane; McDaniel, Melissa; Teng, Santani; Sprout, Erin; Costa, Hilary; Hall, Hilary; Hunt, Jeff (10 June 2011). "Oxbow lake". National Geographic. Diakses tanggal 26 September 2021. 
  3. ^ Gupta, S.; Devi, S.S. (2014). "Ecology of Baskandi anua, an oxbow lake of South Assam, North East India". Journal of Environmental Biology. 35 (6): 1101–1105. PMID 25522512. Diakses tanggal 26 September 2021. 
  4. ^ Augusta, T.S. (2015). "Inventarisasi Ikan dan Kondisi Habitat di Danau Hanjalutung Kalimantan Tengah". Jurnal Ilmu Hewani Tropika. 4 (2): 45-48 (Desember 2015). 
  5. ^ Akhdiana, I.; Haryani, Gadis S.; Dina, R.; Lukman; Samir, O.; Husni, S. (2018). "Iktiofauna Danau Hanjalutung, Kalimantan Tengah (abstrak)". PROSIDING PERTEMUAN ILMIAH MASYARAKAT LIMNOLOGI INDONESIA TAHUN 2017. 
  6. ^ Ammar, J.A.; Kamal, M.M.; Sulistiono (2018). "Keragaman ikan di Danau Cala, Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan" (PDF). Prosiding Seminar Nasional Ikan ke 8: 195-199. 
  7. ^ Istiqamah, N.; Saifullah; Novita, U.D. (2021). "Analisis Kelayakan Pemanfaatan Danau Kurapan di Desa Sepantai, Kec. Sejangkung". OBIS, Jurnal Ekonomi dan Bisnis. 2 (3): 20-26 (Maret 2021). 
  8. ^ Purnamaningtyas, Sri E.; Hedianto, D.A.; Nurfiarini, A. (2021). "Struktur komunitas dan relung makanan beberapa jenis ikan di danau Lindung Pangelang, Kabupaten Kapuas Hulu". J. Iktiologi Indonesia. 21 (2): 105-115. doi:10.32491/jii.v21i2.538. 
  9. ^ Ridho, Moh. R.; Patriono, E. (2020). "Keanekaragaman Jenis Ikan di Danau Teluk Rasau, Pedamaran Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan". Majalah Ilmiah Biologi Biosfera. 37 (2): 118-125 (Mei 2020). doi:10.20884/1.mib.2020.37.2.1047. 
  10. ^ Sutrisno, E.; Wahyudi, A. (2015). "Keragaman hayati dan pola pemanfaatan Danau Tajwid di Kabupaten Pelalawan, Riau" (PDF). PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON. 1 (3): 635-641 (Juni 2015). doi:10.13057/psnmbi/m010342. 
  11. ^ Glińska-Lewczuk, Katarzyna (2005). "Oxbow lakes as biogeochemical filters for nutrient outflow from agricultural areas". Dynamics and Biogeochemistry of River Corridors and Wetlands. 294: 55–69. Diakses tanggal 26 September 2021. 
  12. ^ Ciazela, Jakub; Siepak, Marcin; Wojtowicz, Piotr (March 2018). "Tracking heavy metal contamination in a complex river-oxbow lake system: Middle Odra Valley, Germany/Poland". Science of the Total Environment. 616-617: 996–1006. Bibcode:2018ScTEn.616..996C. doi:10.1016/j.scitotenv.2017.10.219. PMID 29103644. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]