Tanam Sasi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Tanam Sasi merupakan upacara adat kematian yang berkembang di Kabupaten Merauke,[1] tepatnya dilaksanakan oleh suku Marind atau Marind-Anim. Suku Marind terletak di wilayah dataran luas Papua Barat.[1] Kata Anim mempunyai arti laki-laki, dan kata anum mempunyai arti perempuan. Jumlah penduduknya sebanyak 5000-7000 jiwa.[1] Sasi mempunyai arti sejenis kayu yang menjadi media utama dari rangkaian upacara adat kematian. Sasi tersebut ditanam selama empat puluh hari setelah kematian seseorang yang ada di daerah tesebut. Sasi tersebut akan dicabut kembali setelah 1.000 hari ditanam. Tanam Sasi selalu dilaksanakan oleh suku Marind, dan berdampak kepada hasil ukiran kayu khas Papua yang menjadi terkenal hingga ke mancanegara.

Makna[sunting | sunting sumber]

Kayu atau biasa Sasi, tentu bukan sembarang kayu. Kayu yang ditanam dalam tradisi Tanam Sasi tentu memiliki makna bagi masyarakat suku Marind, Papua. Pertama,[2] ukiran kayu khas Papua melambangkan kehadiran roh nenek moyang. Kedua[2], sebagai tanda keadaan hati bagi masyarakat Papua, seperti menyatakan rasa sedih dan bahagia. Ketiga[2], simbol kepercayaan dari masyarakat kepada motif manusia, hewan, tumbuhan, dan motif lainnya. Keempat[2], sebagai lambang keindahan yang merupakan perwujudan dari hasil sebuah karya seni. Selain makna dari kayu tersebut, upacara adat ini menggambarkan rasa sedih bagi keluarga yang sedang berduka. Bagi keluarga, upacara adat ini menjadi pemberitahuan bagi masyarakat bahwa ada yang meninggal di desa tersebut. Jadi, inti dari upacara adat ini adalah upacara kematian.[2]

Penyajian[sunting | sunting sumber]

Dalam penyajian upacara adat Tanam Sasi, ada sebuah tarian tradisional khas Papua yang dipentaskan. Tarian itu bernama tari Gatsi.[1] Tarian Gatsi adalah tarian umum dari suku Marind. Tari Gatsi yang ditampilkan merupakan bukti bahwa masyarakat di suku Marind masih patuh terhadap adat dan budaya.[3] Selain dalam acara Tanam Sasi, tarian ini juga ditampilkan dalam pesta Tusuk Telinga.[3] Pengiring musik untuk tarian Gatsi menggunakan alat musik tradisional Papua bernama Tifa.[1] Tifa merupakan alat musik yang terbuat dari kayu, seperti dogdog. Bagian kendangnya terbuat dari kulit rusa atau biawak yang sudah diproses sehingga menghasilkan suara yang merdu. Tarian ini memiliki makna dan pesan untuk warga suku Marind agar selalu patuh terhadap aturan adat yang berlaku, dan selalu menjaga tradisi dan budaya agar tetap berkembang.[2] Tata cara dalam mengurus jenazah, sama dengan yang dilakukan oleh suku Asmat. Pertama, jenazah diolesi oleh suatu bahan alami, hasilnya seluruh tubuh jenazah berwarna hitam. Posisi jenazah dalam keadaan duduk, dan siap diletakkan dalam perapian. Hingga akhirya jenazah tersebut menghitam secara menyeluruh. Ritual tambahan yang biasa dilakukan ada saat upacara kematian yaitu memotong ruas jari tangan, lalu diakhiri dengan nyanyian khas dari Papua. Memotong ruas jari bila melihat sisi kemanusiaan tentulah sangat tidak wajar. Namun, bagi masyarakat Papua hal ini merupakan suatu lambang kepedihan yang mendalam atas keluarga yang telah meninggal. Ruas jari merupakan simbol kerukunan satu keluarga. Ruas ibu dipotong menggunakan alat tradisional, yaitu kapak batu, bentuknya tumpul dan keras.[4] walaupun menimbulkan rasa sakit, tradisi ini tetap dilaksanakan karena bentuk dari kesetiaan kepada keluarga. Masyarakat Papua mayoritas beragama Katolik, meskipun begitu upacara adat tersebut tetap dilakukan. Karena hukum adat di sana masih kuat, dan harus dikerjakan oleh masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e "4 Upacara Adat Papua dan Papua Barat, Gambar serta Penjelasannya". www.silontong.com. Diakses tanggal 2019-04-09. 
  2. ^ a b c d e f Florencia, Veve (2017-10-28). "Upacara Tanam Sasi". sumber.com. Diakses tanggal 2019-04-09. [pranala nonaktif permanen]
  3. ^ a b admin (2011-08-17). "Tari Gatsi, Tradisi Pengucapan Syukur Suku Marind -" (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-04-14. Diakses tanggal 2019-04-14. 
  4. ^ "Tradisi Potong Jari di Papua, Sebuah Simbol Kesetian yang Mendalam". Phinemo (dalam bahasa Inggris). 2018-10-08. Diakses tanggal 2019-04-11.