Sukajaya, Sabang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sukajaya
Negara Indonesia
ProvinsiAceh
KotaSabang
Populasi
 • Total12,412 (2.004) jiwa
Kode Kemendagri11.72.02
Kode BPS1172010
Luas80 km²
Desa/kelurahan8 desa dan 2 kelurahan

Sukajaya adalah sebuah kecamatan di Kota Sabang, Provinsi Aceh, Indonesia. Wilayahnya terletak di Pulau Weh seluas 80 km2. Kecamatan Sukajaya dibentuk tahun 1979 dengan 10 gampong (desa). Wilayahnya dikelompokkan menjadi 4 mukim. Pada tahun 2015, jumlah penduduk di Kecamatan Sukajaya mencapai 16.831 jiwa. Penduduk di Kecamatan Sukajaya terdiri dari beragam kelompok etnis. Bahasa yang dipertuturkan antara lain bahasa Aceh dan bahasa Jawa. Pekerjaan penduduk meliputi bidang pertanian, perikanan dan industri. Di Kecamatan Sukajaya terdapat kawasan perlindungan hutan bakau dan laut. Selain itu, wilayah Kecamatan Sukajaya merupakan kawasan wisata khususnya pantai dan permandian air panas. Di Kecamatan Sukajaya terdapat fasilitas umum berupa Bandar Udara Maimun Saleh. Ada pula objek wisata sejarah seperti Masjid Babuttaqwa. Kecamatan Sukajaya rawan mengalami bencana alam, khususnya erosi dan tsunami.

Pembagian administrasi wilayah[sunting | sunting sumber]

Kecamatan Sukajaya merupakan salah satu dari dua kecamatan di Kota Sabang.[1] Luas wilayahnya adalah 80 km2.[2] Wilayah Kecamatan Sukajaya berada di Pulau Weh.[3]

Pembentukan Kecamatan Sukajaya ditetapkan dalam Pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1979 tentang Pembentukan Kecamatan-Kecamatan Sukakarya dan Sukajaya di Wilayah Kotamadya Tingkat II Sabang. Tujuan pembentukannya untuk pembinaan wilayah di Kotamadya Daerah Tingkat II Sabang. Wilayah Kecamatan Sukajaya kemudian ditetapkan terbagi menjadi 10 desa. Desa-desa ini disebut sebagai gampong.[4]

Kesepuluh gampong di Kecamatan Sukajaya dikelompokkan dalam 4 mukim, yaitu Mukim Ie Meulee, Mukim Cot Ba'U, Mukim Balohan dan Mukim Paya. Mukim Ie Meulee meliputi Desa Ie Meulee, Desa Ujoeng Kareung, dan Desa Anoe Itam. Mukim Cot Ba'U meliputi Desa Cot Ba'U dan Desa Cot Abeuk. Mukim Balohan meliputi Desa Balohan dan Desa Jaboi. Mukim Paya meliputi Desa Paya, Desa Keuneukai, dan Desa Beurawang.[5] Ibu kota Kecamatan Sukajaya ditetapkan di Desa Balohan.[6]

Desa Anoi Itam[sunting | sunting sumber]

Desa Anoe Itam berada di bagian timur Kota Sabang.[7]

Desa Jaboi[sunting | sunting sumber]

Luas wilayah Desa Jaboi adalah 490,14 Ha. Desa Jaboi memiliki banyak objek wisata meliputi gunung berapi, pemandian air panas, dan menara mercusuar. Selain itu terdapat Taman Pasi dan Pantai Batee Tamon.[8]

Kawasan perlindungan[sunting | sunting sumber]

Hutan bakau[sunting | sunting sumber]

Sejak tahun 2003, hutan bakau di Kecamatan Sukajaya mengalami kerusakan parah. Kerusakan ini disebabkan oleh perluasan areal tambak dan pengambilan kayu bakau untuk dibuat sebagai arang dan bahan bangunan. Pengalihan lahan juga menjadi penyebab kerusakan hutan bakau. Lahan dialihkan fungsinya menjadi permukiman, industri dan pelabuhan. Penyebab lainnya adalah perubahan kualitas air akibat pencemaran oleh minyak dan pestisida atau air laut.[9]

Kawasan lindung laut[sunting | sunting sumber]

Kawasan lindung laut di Kecamatan Sukajaya seluas 3.217,8 Ha. Lokasinya di pesisit timur Pulau Weh. Lahan ini terletak di dua desa, yaitu Desa Ie Meulee dan Desa Ujung Kareung.[10]

Kawasan rawan bencana[sunting | sunting sumber]

Rawan bencana erosi[sunting | sunting sumber]

Wilayah Kecamatan Sukajaya memiliki kerawanan bencana akibat erosi yang tinggi. Karena curah hujan di kecamatan ini tinggi dan hutan di wilayahnya telah mengalami kerusakan. Topografi wilayah Kecamatan Sukajaya berbentuk bukit dan gunung sehingga menambah kerawanan bencana akibat erosi.[11] Kerusakan lingkungan dapat terjadi pada erosi di permukaan tebing danau. Pada elevasi jalan juga rawan longsor khususnya yang menuju ke Desa Balohan.[12]

Rawan bencana tsunami[sunting | sunting sumber]

Kawasan rawan bencana tsunami di Kecamatan Sukajaya seluas 134,29 Ha. Desa-desa yang rawan mengalami bencana tsunami meliputi Desa Ie Meulee, Desa Ujoeng Kareung, Desa Anoe Itam, Desa Balohan, Desa Jaboi, Desa Beurawang, Desa Keuneukai, dan Desa Paya.[13]

Kependudukan[sunting | sunting sumber]

Jumlah penduduk[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 2015, jumlah penduduk di Kecamatan Sukajaya sebanyak 16.831 jiwa. Kepadatan penduduknya adalah 277 jiwa/km2.[14] Penduduk di Kecamatan Sukajaya berasal dari beragam kelompok etnis.[15]

Mata pencaharian[sunting | sunting sumber]

Pertanian[sunting | sunting sumber]

Kecamatan Sukajaya merupakan wilayah produksi salak terluas di Provinsi Aceh. Areal pertanian utamanya di Desa Balohan.[16]

Perikanan[sunting | sunting sumber]

Beberapa desa di Kecamatan Sukajaya menjadi tempat pendaratan ikan hasil tangkapan. Jenis ikan yang ditangkap meliputi ikan demersal dan ikan pelagis berukuran besar maupun kecil. Lokasi pendaratannya di Desa Ie Meulee, Desa Beurawang dan Desa Jaboi.[17]

Industri[sunting | sunting sumber]

Masyarakat di Kecamatan Sukajaya memiliki dua jenis industri, yaitu industri rumah tangga dan industri kerajinan. Industri rumah tangga meliputi industri pembuatan tahu dan tempe, minyak kelapa dan bubuk kopi. Penduduk juga membuat roti, kue basah, keripik pisang, keripik ubi dan limun. Ada juga industri pengasapan kopra.[18] Sementara jenis industri kerajinan di Kecamatan Sukajaya meliputi pembuatan sapu lidi, sapu ijuk dan kerajinan rotan. Ada pula industri pembuatan arang batok, sabut kelapa, dan alat rumah tangga dari bahan kayu.[18]

Bahasa[sunting | sunting sumber]

Di Desa Cot Abeuk, penduduknya menggunakan bahasa Aceh. Sementara bahasa Jawa dipertuturkan di Desa Keneukai.[19]

Objek wisata[sunting | sunting sumber]

Objek wisata di Kecamatan Sukajaya ada dua jenis, yaitu pantai dan permandian air panas. Pantai-pantai yang ada di Kecamatan Sukajaya meliputi Pantai Pasir Putih, Pantai Anoi Itam, Pantai Sumur Tiga, Pantai Tapak Gajah, Pantai Balohan, Pantai Chum, Pantai Reuteuk, dan Pantai Aroun. Sementara permandian air panas berada di Desa Jaboi dan Desa Keuneukai.[20]

Objek sejarah[sunting | sunting sumber]

Masjid Babuttaqwa[sunting | sunting sumber]

Masjid Babuttaqwa didirikan pada tahun 1915 dan merupakan masjid tertua kedua di Kota Sabang setelah Masjid Baiturahim. Pendirinya adalah Ulee Balang dan qadi dari Kesultanan Aceh yang berkuasa di wilayah Kota Sabang. Nama Ulee Balang tersebut adalah Teuku Abbas, sedangkan qadinya bernama Tengku Yusuf. Keduanya memimpin administrasi pemerintahan dan urusan keagamaan di wilayah Kecamatan Sukajaya. Masjid Babuttaqwa telah mengalami sekitar lima kali pemugaran besar maupun kecil.[21]

Fasilitas umum[sunting | sunting sumber]

Kawasan Bandar Udara Maimun Saleh[sunting | sunting sumber]

Kawasan Bandar Udara Maimun Saleh merupakan salah satu kawasan untuk masuk ke wilayah Kecamatan Sukajaya. Lokasinya berbatasan dengan Kecamatan Sukakarya.[22]

Referensi[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Halili (2018). Hasani, Ismail, ed. Indeks Kota Toleran Tahun 2018. Jakarta Selatan: Pustaka Masyarakat Setara. hlm. 88. ISBN 978-602-51374-5-7. 
  2. ^ Pemerintah Kota Sabang 2007, hlm. V-1.
  3. ^ Andriani, C., dkk. (2020). Arfiansyah, ed. Islam dalam Kehidupan Sosial Masyarakat & Kebijakan Pemerintah Aceh (PDF). Banda Aceh: Prodi Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin, UIN Ar-Raniry Banda Aceh dan Bandar Publishing. hlm. 88. ISBN 978-623-7936-47-3. 
  4. ^ "Peraturan Pemerintah (PP) No. 20 Tahun 1979 tentang Pembentukan Kecamatan-Kecamatan Sukakarya Dan Sukajaya Di Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Sabang". Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. 
  5. ^ "Qanun Kota Sabang Nomor 6 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tahun 2012-2032". Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Provinsi Aceh. hlm. 13. 
  6. ^ Sarifin, dkk. 2017, hlm. 22.
  7. ^ "Perlindungan Ekosistem Terumbu Karang oleh Masyarakat bagi Keberlanjutan Sumber Daya Perikanan di Pulau Weh/Sabang, Propinsi Nangroe Aceh Darussalam" (PDF). Westland International. hlm. 2. 
  8. ^ Mirsa, R., Saputra, E., dan Ningsih, T. A. (2021). "Kajian Orientasi Spasial pada Kawasan Wisata Gampong Jaboi di Kota Sabang". Arsitekno. 8 (2): 68. 
  9. ^ Pemerintah Kota Sabang 2007, hlm. VII-2.
  10. ^ Sarifin, dkk. 2017, hlm. 27.
  11. ^ Pemerintah Kota Sabang 2007, hlm. VIII-3.
  12. ^ Pemerintah Kota Sabang 2007, hlm. I-2.
  13. ^ Sarifin, dkk. 2017, hlm. 27-28.
  14. ^ Safarin 2017, hlm. 45.
  15. ^ Muda, Indra (2015). "Komunikasi Lintas Etnis di Pulau Weh-Sabang" (PDF). Jurnal Simbolika. 1 (2): 154. [pranala nonaktif permanen]
  16. ^ Nashifa, R., Romano, dan Arida, A. (2017). "Analisis Sistem Produksi dan Pemasaran Salak di Kecamatan Sukajaya Balohan Sabang". Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Unsyiah. 2 (3): 173. ISSN 2615-2878. 
  17. ^ Zulham, A., dkk. (2019). Wardono, Budi, ed. Perspektif Pembangunan Perikanan di Pulau Terluar: Lesson Learned Membangun Perikanan dengan Konsep Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu di Kota Sabang (PDF). Bogor: PT Penerbit IPB Press. hlm. 6. ISBN 978-602-440-947-0. 
  18. ^ a b Sarifin, dkk. 2017, hlm. 29.
  19. ^ Tim Balai Bahasa Banda Aceh (2011). Inilah Bahasa-Bahasa di Aceh (PDF). Banda Aceh: Balai Bahasa Banda Aceh. hlm. 11–12. ISBN 978-602-95989-3-3. 
  20. ^ Wahyudi, F., dan Afandi, M. N. (2014). "Strategi Pengembangan Objek Wisata Pantai Gapang dan Pantai Iboih di Kota Sabang dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Sabang". Jurnal Ilmu Administrasi. XI (1): 82. 
  21. ^ Kustini, dkk. (2018). Putro, Zainal Abidin Eko, ed. Gerakan Dakwah Berbasis Masjid di Indonesia. Jakarta: Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan. hlm. 43. ISBN 978-602-8739-97-9. 
  22. ^ Arif, Azhar Abdullah. "Perencanaan Tata Ruang Kota Sabang dengan Metoda Material Flow Analisis" (PDF). Seminar Nasional Kearifan Lokal dalam Keberagaman untuk Pembangunan Indonesia. Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara: 372. 

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]