Penyelesaian kayu

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Seorang tukang kayu yang sedang mengerjakan penyelesaian kayu.

Penyelesaian kayu adalah bagian akhir dari pengerjaan kayu. Fungsinya untuk memperindah dan mencegah terjadinya kerusakan pada produk berbahan kayu. Jenis penyelesaian kayu yang diilakukan ditentukan oleh jenis kayu yang digunakan dalam produk kayu. Kayu dengan serat yang berbentuk bagus umumnya tidak ditutupi dengan bahan pelapis. Penyelesaian kayu dapat dilakukan secara alami, menggunakan pewarna atau melalui pembakaran. Persiapan untuk penyelesaian kayu adalah pengampelasan.

Bahan pelapis yang digunakan untuk penyelesaian kayu antara lain cat, lilin, pernis, minyak jati, venir kayu, nitroselulosa dan laminasi tekanan tinggi. Salah satu alat yang digunakan untuk melapisi permukaan kayu adalah kuas. Penyelesaian kayu dilakukan dengan salah satu dari dua teknik, yaitu teknik oles atau teknik semprot. Produk-produk penyelesaian kayu antara lain mebel, kusen, pintu, dan pagar. Penyelesaian kayu pada produk kayu rumah tangga dapat merusak perhiasan khususnya emas.

Fungsi[sunting | sunting sumber]

Penyelesaian kayu berfungsi memperindah peralatan rumah tangga atau konstruksi rumah yang terbuat dari kayu. Permukaan kayu yang menampakkan urat-urat kayu setelah diberi penyelesaian kayu menjadi lebih halus, mengkilap dan terlihat indah ketika dipandang. Selain itu, penyelesaian kayu juga melindungi permukaan kayu dari korosi serta kerusakan akibat terkelupas, cuaca, jamur, serangga atau pelapukan.[1] Penyelesaian kayu juga dapat memberikan nilai ekonomis kepada kayu berkualitas buruk, misalnya kayu mangga dan kayu pinus.[2]

Jenis[sunting | sunting sumber]

Penyelesaian kayu alami[sunting | sunting sumber]

Penyelesaian kayu alami dilakukan pada kayu yang memiliki urat kayu yang indah dan halus. Misalnya pada kayu jati. Penyelesaian kayu biasanya hanya dilakukan dengan mengampelas bagian permukaan kayu saja.[3] Penyelesaian kayu secara alami dilakukan dengan bahan yang transparan, misalnya memakai politur, melamin dan pinotek.[4] Bahan lain untuk penyelesaian kayu alami adalah minyak jati atau lilin.[5]

Penyelesaian kayu warna[sunting | sunting sumber]

Hasil penyelesaian pada lantai kayu

Penyelesaian kayu warna dilakukan dengan memberi warna pada kayu. Jenis warna yang digunakan umumnya yang muda dan transparan. Produk kayu jati umumnya diberi warna muda dan transparan. Sementara kayu mahoni diberi warna transaparan. Sementara pada kayu alternatif, penyelesaian kayu warna menggunakan warna yang gelap atau warna yang tua.[6] Penyelesaian kayu warna untuk menutup serat pada permukaan kayu secara keseluruhan menggunakan warna yang solid. Jika corak serat tetap dipertahankan tetapi ingin diberi warna, maka penyelesaian kayu warna menggunakan warna yang semi-transparan.[7] Penyelesaian kayu warna dengan warna kehitaman dapat memberikan kesan maskulin dan kokoh. Penerapannya biasanya pada lantai kayu dan ranjang.[8]

Penyelesaian kayu warna ada yang memiliki kemampuan tahan cuaca dan bersifat elastis. Pigmen warna dapat membuat kelembapan air di dalam kayu berkurang dan tahan terhadap sinar matahari.[9]

Penyelesaian kayu bakar[sunting | sunting sumber]

Penyelesaian kayu bakar dilakukan pada jenis kayu alternatif. Tujuannya untuk menonjolkan urat kayu dan menghilangkan warna asli kayu. Penyelesaian kayu bakar dilakukan pada kayu jati dengan kualitas yang rendah.[6]

Persiapan[sunting | sunting sumber]

Seorang tukang kayu yang sedang mengampelas.

Penyelesaian kayu diawali dengan mempersiapkan permukaan kayu yang halus dan rata. Caranya dengan mengampelas permukaan kayu. Kegiatan yang dilakukan selama pengampelasan adalah pembersihan cacat serat yang berbulu. Debu, resin dan getah kayu yang menempel juga dibersihkan. Hal lain yang dibersihkan adalah goresan pensil dan cacat rakit.[10] Proses pengampelasan menentukan kualitas akhir dari produk setelah penyelesaian kayu dilakukan.[11]

Penyelesaian kayu juga memerlukan kondisi dimana produk kayu telah melalui proses pengeringan. Kondisi ini sifatnya mutlak untuk dipenuhi dan menjadi salah satu manfaat bagi konsumen produk kayu. Karena produk yang belum kering dapat mengalami penyusutan dan membuat produk kayu menjadi tidak sempurna.[12]

Bahan pelapis[sunting | sunting sumber]

Lilin[sunting | sunting sumber]

Lilin merupakan bahan pelapis yang ramah lingkungan. Penggunana lilin sebagai pelapis dilakukan paling akhir. Bahan pembuatan lilin berasal dari tumbuhan dan hewan. Kelebihan dari lilin adalah tidak membahayakan tubuh manusia.[13]

Politur[sunting | sunting sumber]

Seseorang yang sedang melapisi permukaan sebatang kayu dengan politur.

Politur merupakan salah satu bahan yang dapat digunakan untuk penyelesaian kayu secara transparan.[14] Politur adalah cairan yang dibuat dari sirlak batangan yang dicampur dengan alkohol. Pemakaian politur ada yang siap pakai atau dapat dibuat sendiri. Alkohol di dalam politur hanya berperan sebagai pencair. Saat penyelesaian kayu dilakukan, alkohol akan menguap. Politur dioleskan ke permukaan kayu menggunakan kain. Jenis kain yang sesuai untuk digunakan saat memoles adalah katun. Polesan dilakukan secara berulang hingga terdapat lapisan tipis pada permukaan kayu.[15] Keuntungan dari politur adalah dapat dilapisi secara berulang-ulang. Selain itu, pemakaiannya dapat pada produk rumah tangga eksterior maupun interior.

Melamin[sunting | sunting sumber]

Melamin merupakan salah satu bahan yang dapat digunakan untuk penyelesaian kayu secara transparan. Penyelesaian kayu dengan menggunakan melamin memerlukan biaya yang mahal. Setelah dikerjakan, produk kayu akan terlihat mewah dan elegan. Kekurangannya adalah hanya dapat digunakan pada perabotan kayu yang disimpan di dalam rumah.[15]

Minyak jati[sunting | sunting sumber]

Minyak jati merupakan salah satu bahan yang dapat digunakan untuk penyelesaian kayu secara transparan. Cara pemakaiannya mudah, hanya dengan dioleskan menggunakan kain yang dipakai untuk membuat kaos. Setelah permukaan kayu diolesi, bagian yang basah didiamkan beberapa saat lalu dibersihkan dengan kain kering. Kekurangan dari minyak jati dalam penyelesaian kayu adalah tidak tahan lama, tidak tahan air dan cepat pudar.[15] Minyak jati juga dapat mencegah jamur tumbuh di permukaan kayu.[16]

Pernis[sunting | sunting sumber]

Sebuah meja yang dilapisi dengan pernis.

Pernis merupakan salah satu bahan yang dapat digunakan untuk penyelesaian kayu secara transparan. Wujud pernis adalah cairan. Pernis digunakan sebagai pelapis kayu dalam penyelesaian kayu. Caranya dengan meratakan pernis ke permukaan kayu yang sebelumnya sudah rata dan halus. Penggunaan pernis untuk melindungi permukaan kayu dari goresan, noda, air dan sinar matahari. Pelapisan permukaan kayu dengan pernis dilakukan secara berulang, Karena lapisannya tidak tahan lama, cepat pudar dan cepat kusam.[17]

Cat[sunting | sunting sumber]

Sebuah dinding kayu yang dilapisi dengan cat.

Cat termasuk salah satu bahan kimia tidak berbahaya yang banyak digunakan dalam penyelesaian kayu. Perkembangan teknologi penyelesaian kayu membuat cat dapat larut dalam air. Teknologi lama tidak memungkinkan hal ini dan hanya dapat dipakai jika dicampur dengan tiner.[18] Mengecat kayu merupakan salah satu cara untuk memperlama masa pemakaian kayu.[19]

Cat duko[sunting | sunting sumber]

Cat duko memiliki pilihan warna yang beragam.[20] Warnanya mulai dari warna pastel hingga warna yang alami.[21] Penyelesaian kayu dengan cat duko dilakukan melalui penyemprotan cat ke permukaan kayu.[22] Cat duko menutupi bagian serat kayu apabila menggunakan warna cat yang solid. Penggunaan cat duko untuk menampilkan produk yang elegan, dinamis dan modern di dalam ruangan. Kelemahan dari cat duko adalah mudah terkelupas atau tergores.[21] Kelebihan lain dari cat duko adalah mampu menutup rapat pori-pori dan serat di permukaan kayu.[13] Warna yang dihasilkan dari semprotan cat duko adalah mengilap.[23]

Nitroselulosa[sunting | sunting sumber]

Nitroselulosa merupakan salah satu jenis bahan yang ramah lingkungan dengan ketersediaan yang melimpah.[24] Pembuatannya dikhususkan bagi bangunan hijau. Bahan pembuatannya adalah getah pohon. Nitroselulosa sangat jarang digunakan karena kelangkaan bahannya.[25] Nitroselulosa dapat dijadikan pelapis permukaan kayu yang telah dicat. Bagian cat dibersihkan terlebih dahulu menggunakan ampelas. Kemudian didobel menggunakan cat transparan. Setelah itu nitroselulosa dilapisi ke permukaan kayu. Proses ini membuat permukaan kayu dapat diubah warnanya.[26]

Venir kayu[sunting | sunting sumber]

Penyelesaian kayu juga dapat dilakukan dengan menggunakan lembaran kayu yang dinamakan venir kayu.[27] Lapisan venir kayu biasanya lebih tipis dari seperdelapan inci. Lembaran tipis ini dibuat dari kayu bulat menggunakan dua cara. Pertama dengan mengupas kayu bulat dengan mesin pemutar. Kedua dengan menyayat kayu dengan mesin penyanyat.[28] Proses penyelesaian kayu pada venir kayu lebih sulit dibandingkan dengan cat karena materialnya adalah kayu. Venir kayu dipasang pada permukaan dinding kayu dengan menggunakan lem.[29] Jenis kayu yang digunakan untuk membuat venir kayu adalah papan serat kerapatan sedang atau kayu lapis. Kesan yang ditimbulkan oleh venir kayu adalah pemakaian kayu yang seperti asli.[30]

Laminasi tekanan tinggi[sunting | sunting sumber]

Beberapa lembar laminasi tekanan tinggi berwarna biru, merah dan kuning.

Laminasi tekanan tinggi merupakan lembaran yang dibuat dari campuran bahan akrilik dan kayu. Bagian lapisan yang tertutupi terbuat dari akrilik, sementara bagian lapisan yang terlihat terbuat dari serat-serat kayu. Ukuran umum dari laminasi tekanan tinggi adalah 120 cm x 240 cm dengan tebal 3 mm. Bagian permukaannya memiliki tekstur. Laminasi tekanan tinggi tersedia dalam variasi motif dan warna. Harganya bergantung kepada warna permukaannya. Warna polos memiliki harga yang murah, tetapi warna perak memiliki harga yang mahal. Laminasi tekanan tinggi cocok digunakan untuk menampilkan warna kayu yang alami. Bahan pembuatannya cukup tebal dan elastis, sehingga bersifat kuat dan dapat ditekuk khususnya pada bagian tepi produk kayu.[31]

Laminasi tekanan tinggi biasa digunakan oleh ahli desain interior.[32] Kelebihan dari laminasi tekanan tinggi adalah bagian permukaannya tidak dapat tergores. Kekurangannya adalah mudah terkelupas setelah dipasang dalam jangka waktu yang lama. Bagian terkelupas jika sering terkena air dan pada lingkungan udara yang lembab.[33]

Peralatan[sunting | sunting sumber]

Penyelesaian kayu menggunakan peralatan yang disesuaikan dengan bahan pelapis yang digunakan pada permukaan kayu.[34]

Kuas[sunting | sunting sumber]

Kuas yang digunakan untuk mengecat permukaan kayu.

Kuas yang digunakan untuk penyelesaian kayu ada berbagai jenis, ukuran dan kualitasnya. Para pekerja penyelesaian kayu, yaitu pengrajin kayu atau pekerja bangunan umumnya memerhatikan kualitas dan mutu dari kuas yang digunakan. Kuas memiliki bagian bulu yang terbuat dari bulu hewan, seperti bulu kuda, lembu atau kukus. Ada pula kuas yang menggunakan bulu sintetis.[10]

Teknik pengerjaan[sunting | sunting sumber]

Dua kursi kayu yang sedang dicat menggunakan teknik semprot.

Penyelesaian kayu dapat dilakukan dengan dua teknik, yaitu teknik oles dan teknik semprot. Teknik oles dilakukan dengan menggunakan kuas atau kain katun ke permukaan kayu. Keuntungan dari teknik oles adalah penghematan bahan yang efisien. Namun, kekurangan dari teknik oles adalah waktu pengerjaan yang lama. Sehingga jumlah target produksi tidak dapat dalam jumlah yang banyak. Sementara teknik semprot menggunakan penyemprot dengan bahan cat. Semprotan dihasilkan oleh tekanan udara yang dibuat oleh kompresor. Teknik semprot memudahkan pengerjaan kayu dan mempersingkat waktu produksi. Keunggulan dari teknik semprot adalah dapat mengadakan produksi massal dan hasil produksi lebih halus dan merata dibandingkan dengan produk dari teknik oles.[35]

Produk[sunting | sunting sumber]

Sebuah meja yang merupakan produk mebel dengan penyelesaian kayu.

Mebel[sunting | sunting sumber]

Pemilihan teknik penyelesaian kayu pada mebel disesuaikan dengan jenis kayu yang digunakan sebagai bahan dan motif ukiran yang akan diterapkan. Jenis kayu yang biasanya digunakan untuk pembuatan mebel adalah jati dan mahoni. Keindahan kedua kayu ini akan lebih terlihat setelah melalui penyelesaian kayu.[6]

Dinding kayu[sunting | sunting sumber]

Dinding kayu merupakan produk kayu yang mudah ditemukan penjualannya di pasaran. Pekerjaan penyelesaian kayu pada dinding kayu sangat mudah. Selain itu, dinding kayu dapat disesuaikan dengan perlengkapan dari bahan selain kayu karena mudah dibentuk dan ringan.[36] Penyelesaian kayu untuk dinding kayu menggunakan cat.[37] Jenis penyelesaian kayu lainnya untuk dinding adalah cat duko, melamin dan laminasi tekanan tinggi.[38]

Kesan yang hangat dan elegan dihasilkan oleh penyelesaian kayu pada dinding kayu.[39] Selain itu, penyelesaian kayu ini memberikan perasaan nyaman di dalam ruangan.[40] Pada ruang kerja dengan dinding kayu, penyelesaian kayu dapat menggunakan beragam warna yang berbeda.[41] Penyelesaian kayu juga dapat digunakan untuk kamar mandi yang menggunakan dinding kayu. Warna yang diberikan adalah warna yang memberikan kesan sejuk, seperti hijau jeruk nipis, kuning gading, biru muda atau putih.[42] Kesan lain yang biasa ditimbulkan oleh penyelesaian kayu pada dinding adalah kesan jauh dan dekat.[38]

Pintu, kusen dan jendela[sunting | sunting sumber]

Pintu, kusen dan jendela dapat dibuat menggunakan kayu kelas II. Bahan pelapis untuk penyelesaian kayu pada ketiga produk kayu ini dapat menggunakan cat atau politur.[43] Pada pintu yang memiliki ornamen, penyelesaian kayu menggunakan cat memberikan kesan bersih.[44]

Rak buku[sunting | sunting sumber]

Rak buku merupakan salah satu produk yang dapat memerlukan penyelesaian kayu maupun tidak. Ketika diberi penyelesaian kayu, rak buku harus dibersihkan menggunakan kemoceng untuk mencegah lapisan penyelesaian kayu menjadi rusak.[45]

Kuda-kuda atap[sunting | sunting sumber]

Kuda-kuda atap berada di bagian atap. Fungsinya sebagai bagian dari konstruksi rumah. Kuda-kuda atap diberi penyelesaian kayu agar terlihat lebih menawan.[46]

Plafon[sunting | sunting sumber]

Plafon kayu dapat menggunakan penyelesaian kayu dengan dua jenis warna. Penyelesaian kayu pada plafon dilakukan menggunakan cat. Warna cat terang diberikan untuk memberikan kesan ruang yang tinggi. Pada plafon yang terlalu tinggi, warna cat yang digunakan berwarna gelap. Ini memberikan kesan ruangan agak rendah.[47]

Pagar[sunting | sunting sumber]

Pada pagar yang terbuat dari kayu, penyelesaian kayu biasanya menggunakan cat berwarna solid atau menggunakan politur.[48] Selain itu, minyak jati juga dapat digunakan pada pagar tanaman yang terbuat dari kayu.[49] Pelapisan minyak jati dilakukan setelah kayu pada pagar diamplas.[50] Warna cat yang diberikan pada pagar tanaman umumnya warna kromik, seperti warna emas, perak dan tembaga.[51]

Perabot kayu[sunting | sunting sumber]

Perabot kayu menggunakan penyelesaian kayu dengan tingkat yang minimal. Pemberian minimal bertujuan memberi kesan alami kayu pada perabot kayu.[52]

Kekurangan[sunting | sunting sumber]

Produk kayu yang telah memperoleh penyelesaian kayu memiliki kekurangan. Kekurangan ini berkaitan dengan perhiasan khususnya yang terbuat dari emas. Bahan-bahan yang digunakan dalam penyelesaian kayu dapat mengoksidasi emas sehingga membuat warnanya menjadi kusam dan berubah warna.[53] Bahan penyelesaian kayu yang umumnya membuat warna perhiasan pudar adalah pernis.[54] Beberapa bahan pelapis untuk penyelesaian kayu juga mengandung racun. Salah satunya pada tiner.[55]

Referensi[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Yuswanto (2000). Finishing Kayu. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. hlm. 1–2. ISBN 978-979-672-508-3. 
  2. ^ Himawan, F., dkk. (2019). "Perancangan Stasiun Kerja Finishing Industri Furniture". Prosiding SENDI_U 2019: 646. ISBN 978-979-3649-99-3. 
  3. ^ Irawati dan Purnomo 2012, hlm. 144.
  4. ^ Susanta, Gatut (2007). Renovasi Rumah 24 Jam. Niaga Swadaya. hlm. 44. ISBN 978-979-263-647-5. 
  5. ^ Purwanta, S., dkk. (2015). Kayu Jati: Budi Daya dan Prospek Bisnis. Jakarta: Penebar Swadaya. hlm. 187. 
  6. ^ a b c Irawati dan Purnomo 2012, hlm. 146.
  7. ^ Akmal, Imelda. Kayu Olahan Serbaguna untuk Furnitur hingga Elemen Arsitektur. PT Gramedia Pustaka Utama. hlm. 7. ISBN 978-979-224569-1. 
  8. ^ Akmal, I., dan Vernita, V., Imelda (2007). Bedrooms. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. hlm. 14. ISBN 978-979-22-2805-2. 
  9. ^ Archira (2012). Rahasia Membangun Rumah Hemat Anggaran di Lahan 70-100 m2. Yogyakarta: Penerbit MediaKom. hlm. 41. ISBN 978-979-877-305-1. 
  10. ^ a b Darmawan, W., dkk. (2017). Komalasari, Putri, ed. Pengerjaan Kayu: Ilmu-Ilmu Penunjang dan Teknologi Proses. Bogor: PT Penerbit IPB Press. hlm. 250. ISBN 978-979-493-372-5. 
  11. ^ Arendra, Anis (2020). Dasar Perancangan dan Desain Engineering. Malang: Media Nusa Creative. hlm. 73. ISBN 978-602-462-504-7. 
  12. ^ Listyanto, Tomy (2018). Teknologi Pengeringan Kayu dan Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. hlm. 4. ISBN 978-602-386-114-9. 
  13. ^ a b Akmal, Imelda. Jendela Cantik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. hlm. 37. ISBN 978-979-223-477-0. 
  14. ^ Swasty, W., dan Art Design Studio (2010). Aditama, H., dan Hidayati, N., ed. Merancang Rak Buku Kreatif. Depok: Penerbit Swadaya. hlm. 13. ISBN 978-979-661-138-6. 
  15. ^ a b c Mudjanarko, Sri Wiwoho (2018). Seger, ed. Material Konstruksi. Surabaya: Narotama University Press. hlm. 150. ISBN 978-602-655-745-2. 
  16. ^ Redaksi Griya Kreasi (2008). Pagar untuk Rumah Tinggal. Depok: Penebar Swadaya. hlm. 35. ISBN 978-979-26-3655-0. 
  17. ^ Sitanggang, N., dan Luthan, P. L. A. (2019). Manajemen Kewirausahaan Furnitur. Sleman: Penerbit Deepublish. hlm. 91. ISBN 978-623-209-622-6. 
  18. ^ Musfar, T. F., Noviasari, H., dan Meilisa (2021). Abdul, ed. Proses Green Purchase Intention: Industri Kriya Kayu di Pekanbaru. Indramayu: Penerbit Adab. hlm. 4. ISBN 978-623-5687-14-8. 
  19. ^ Salmani (April 2019). Metodologi Bekisting dan Perancah pada Pekerjaan Konstruksi Bangunan dan Sipil. Sleman: Penerbit Deepublish. hlm. 6. ISBN 978-623-209-328-7. 
  20. ^ Gunawan, L., dan Setiawan, A. P. (2014). "Studi Eksperimen Penerapan Cat pada Plywood dengan Kuas" (PDF). Jurnal Intra. 2 (2): 173. 
  21. ^ a b Wita, Vani Anggres (2013). Inspirasi Desain Minimalis Interior. Puspa Swara. hlm. 13. ISBN 978-602-845-469-8. 
  22. ^ Budiwiyanto, J., dan Sumarno (2018). Eksplorasi Material, Inovasi Desain Mebel (PDF). Surakarta: ISI Press. hlm. 14. ISBN 978-602-5573-29-3. 
  23. ^ Tim Studio La Cocina (2013). Desain Kitchen Set. Depok: Kanaya Press. hlm. 109. ISBN 978-602-9173-21-5. 
  24. ^ Mayori, E., dkk. (2019). "Pengembangan Teknologi dan Material Awal Nitroselulosa sebagai Isian Propelan Berbasis Limbah Kelapa Sawit". Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat. 4 (2): 319. ISSN 2623-1611. 
  25. ^ Pradipta, Rendy (2014). Nurcahyani, Dewanti, ed. 25 Desain Kitchen Set Minibar. Jakarta Timur: Griya Kreasi. hlm. 10. ISBN 978-979-661-239-0. 
  26. ^ Larasati, Riana (2010). 400 Solusi Rumah Mungil. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Grhatama. hlm. 93. ISBN 978-602-8687-02-7. 
  27. ^ Yuditesa, Tita. Furnitur Multifungsi untuk Rumah Tipe 22, 36 dan 50. TransMedia. hlm. 91. ISBN 978-979-799-096-1. 
  28. ^ Astana, S., dkk. (2016). Hardjanto, ed. Kiat Berbisnis Sengon: Tanam Sekali, Untung Berkali-kali (PDF). Bogor: FORDA Press. hlm. 138. ISBN 978-602-6961-17-4. 
  29. ^ Vina, Amelia (2019). Adelia, Intan, ed. Kreatif Mengolah Dinding: Dari Eksplorasi Bentuk hingga Warna. Yogyakarta: Noktah. hlm. 78–79. ISBN 978-623-7465-32-4. 
  30. ^ Akmal, Imelda (2012). 101 Inspirasi Wall Panel. PT Gramedia Pustaka Utama. hlm. 18. ISBN 978-979-22-7930-6. 
  31. ^ Pratiwi, D. A., Arisza, D., dan Konafi, W. (2011). Puspitasari, Ita, ed. 43 Inspirasi Dapur dan Pantri. Depok: Griya Kreasi. hlm. 25. ISBN 978-979-661-185-0. 
  32. ^ Vina, Amelia (2019). Adelia, Intan, ed. Tampil Memukau dengan Aplikasi Wall Panel. Yogyakarta: Noktah. hlm. 20. ISBN 978-623-7465-16-4. 
  33. ^ Vina, Amelia (2019). Adelia, Intan, ed. Super Kilat Kursus Desain Interior. Yogyakarta: Noktah. hlm. 98. ISBN 978-623-7465-25-6. 
  34. ^ Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi : Bidang Konstruksi Sub Bidang Tukang Bangunan Gedung (PDF). Jakarta Selatan: Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi. 2011. hlm. 36. 
  35. ^ Martono (2019). Muhajirin, ed. Kriya Kayu Tradisional. Yogyakarta: UNY Press. hlm. 118–119. ISBN 978-602-498-091-7. 
  36. ^ Susanta, Gatut (2008). Panduan Lengkap Membangun Rumah. Depok: Penerbit Swadaya. hlm. 74. ISBN 978-979-26-3633-8. 
  37. ^ Muzaache (2021). Be a Professional Contractor. Guepedia. hlm. 80. ISBN 978-623-281-969-6. 
  38. ^ a b Kusumowidagdo, Astrid (2010). Desain Ritel. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. hlm. 63. ISBN 978-979-22-6653-5. 
  39. ^ Kusumowidagdo, Astrid (2014). Top 120 Interior Rumah Pilihan. Griya Kreasi. hlm. 81. ISBN 978-979-661-251-2. 
  40. ^ Kusumowidagdo, Astrid (2010). Puspitasari, Ita, ed. Interior Ruang Makan. Depok: Penebar Swadaya. hlm. 96. ISBN 978-979-661-133-1. 
  41. ^ Kusumowidagdo, Astrid. Ruang Kerja Praktis di Rumah. Griya Kreasi. hlm. 54. ISBN 978-979-263-675-8. 
  42. ^ Akmal, Imelda. Rumah Ide Spesial: 62 Desain Kamar Mandi. Gramedia Pustaka Utama. hlm. 66. ISBN 978-979-223-368-1. 
  43. ^ Surahman, dkk. (2022). Pembangunan Fasilitas Warehouse (Pergudangan): Kajian di Penajam paser Utara. Malang: CV. Literasi Nusantara Abadi. hlm. 197. ISBN 978-623-329-770-7. 
  44. ^ Tim Penulis Griya Kreasi. 74 Inspirasi Pintu Utama. Penerbit Swadaya Grup. hlm. 87. 
  45. ^ Vina, Amelia (2019). Adelia, Intan, ed. Desain Home Library Super Unik. Yogyakarta: Noktah. hlm. 81. ISBN 978-623-7465-20-1. 
  46. ^ Akmal, Imelda. Atap dan Kanopi. PT Gramedia Pustaka Utama. hlm. 15. ISBN 978-979-224-736-7. 
  47. ^ Vina, Amelia (2019). Super Kreatif Mendesain Area Living Room. Yogyakarta: Noktah. hlm. 39. ISBN 978-623-7465-25-6. 
  48. ^ Kusjuliadi P., Danang. Membangun Rumah Kuat dan Artistik dengan Biaya Murah. Niaga Swadaya. hlm. 64. ISBN 978-979-263-607-9. 
  49. ^ Susanta, G., dan Dermawan, R. (2008). 44 Inspirasi Pagar Pot. Depok: Penebar Swadaya. hlm. 75. ISBN 978-979-26-3653-6. 
  50. ^ Chan, W. S., dan Wibisono, T. (2006). Aneka Desain Pagar Kayu. Niaga Swadaya. hlm. 65. ISBN 978-979-263-601-7. 
  51. ^ Ismaya, B., dan Saraswati, D. (2006). Ragam Desain Pagar Tanaman. Niaga Swadaya. hlm. 77. ISBN 978-979-263-615-4. 
  52. ^ Wicaksono, A. A., dan Ariyanti, R. V. Ide Penataan Interior Hunia Tipe Studio. Griya Kreasi. hlm. 26. ISBN 978-979-661-195-9. 
  53. ^ Ari, Yustina (2013). Investasi Emas untuk Ibu Rumah Tangga. Sleman: Suaka Media. hlm. 60. ISBN 978-602-17483-4-3. 
  54. ^ Novita, Windya (2013). 124 Tips Membuat Urusan Rumah Tangga Jadi Gampang dan Irit. Gramedia Pustaka Utama. hlm. 120. ISBN 978-602-034-141-5. 
  55. ^ Akmal, Imelda (2011). 22 Desain Kamar Anak. PT Gramedia Pustaka Utama. hlm. 5. ISBN 978-979-22-8094-4. 

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]