Artikel ini berada dalam lingkup ProyekWiki Indonesia, sebuah kolaborasi untuk meningkatkan kualitas Indonesia dan topik yang berkaitan dengan Indonesia di Wikipedia. Jika Anda ingin berpartisipasi, silakan kunjungi halaman proyek, dan Anda dapat berdiskusi dan melihat tugas yang tersedia.
Artikel ini berada dalam lingkup ProyekWiki Geografi, sebuah kolaborasi untuk meningkatkan kualitas Geografi di Wikipedia. Jika Anda ingin berpartisipasi, silakan kunjungi halaman proyek, dan Anda dapat berdiskusi dan melihat tugas yang tersedia.
Pada jaman Belanda Tegal merupakan kota perdagangan. Kota yang terletak di pantura ini kota yang sangat strategis karena Tegal penghubung jalur pantura dan selatan.
Produk yang diperdagangkan di Kota Tegal bervariasi. Sebagian berasal dari produk lokal seperti gula, kayu dan padi. Produk tersebut diekspor melalui pelabuhan Tegal. Dari pelabuhan Tegal inilah Belanda mengangkut hasil bumi tersebut.
Gula merupakan produk unggulan di jaman Belanda. Disini dibangun beberapa pabrik gula seperti di Pangka, Ujungrusi, Pagongan, kemantran, Kemanglen, Dukuhwringin dan Balapulang. PG Pangka merupakan satu-satunya pabrik gula pasir yang masih eksis di Kabupaten Tegal. Hilangnya pabrik-pabrik gula di Tegal terjadi sebelum Indonesia merdeka. Dan yang sangat menarik adalah semua pabrik gula yang sudah tidak aktif (kecuali kemantran)bersampingan dengan jalur kereta api Tegal-Purwokerto.
Konon matinya pabrik gula tersebut dikarenakan dijarah oleh Jepang dan diangkut dengan kereta api untuk perlengkapan perang asia pasifik.
Banyak sekali kita temui eks peninggalan belanda di Tegal seperti di komplek DPRD kota Tegal, RS. DKT Pagongan (eks. Pg Pagongan) dan di Pg Pangka. Selain itu masih banyak peninggalan yang lain seperti bekas rel lori di daerah Tarub, Pangka, Grobog, kedungbanteng dan Gumalar. Semua rel itu menghubung dari pabrik gula yang satu ke pabrik gula yang lain, bahkan sampai ke pabrik gula Jatibarang Brebes via Grobog dan Gumalar. Sayang sebagian besar rel tersebut sudah menghilang.