Kapreomisin

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kapreomisin
Nama sistematis (IUPAC)
(3S)-3,6-diamino-N-[[(2S,5S,8E,11S,15S)-15-amino-11-[(4R)-2-amino-3,4,5,6-tetrahydropyrimidin-4-yl]-8-[(carbamoylamino)methylidene]-2-(hydroxymethyl)-3,6,9,12,16-pentaoxo-1,4,7,10,13-pentazacyclohexadec-5-yl]methyl]hexanamide; (3S)-3,6-diamino-N-[[(2S,5S,8E,11S,15S)-15-amino-11-[(4R)-2-amino-3,4,5,6-tetrahydropyrimidin-4-yl]-8-[(carbamoylamino)methylidene]-2-methyl-3,6,9,12,16-pentaoxo-1,4,7,10,13-pentazacyclohexadec-5-yl]methyl]hexanamide
Data klinis
Nama dagang Capastat
AHFS/Drugs.com monograph
MedlinePlus a682860
Kat. kehamilan C
Status hukum ?
Rute Intramuskuler (melalui otot)
Pengenal
Nomor CAS 11003-38-6 YaY
Kode ATC J04AB30
PubChem CID 3000502
DrugBank DB00314
ChemSpider 2272094 N
UNII 232HYX66HC YaY
KEGG D00135 N
ChEMBL CHEMBL2221250 N
NIAID ChemDB AIDSNO:007653
Data kimia
Rumus C25H44N14O8 
Massa mol. 668.706 g/mol
SMILES eMolecules & PubChem
  • InChI=1S/C25H44N14O8.C25H44N14O7/c26-4-1-2-11(27)6-17(41)32-8-14-20(43)35-15(9-34-25(30)47)21(44)39-18(13-3-5-31-24(29)38-13)23(46)33-7-12(28)19(42)37-16(10-40)22(45)36-14;1-11-19(41)36-15(9-32-17(40)7-12(27)3-2-5-26)21(43)37-16(10-34-25(30)46)22(44)39-18(14-4-6-31-24(29)38-14)23(45)33-8-13(28)20(42)35-11/h9,11-14,16,18,40H,1-8,10,26-28H2,(H,32,41)(H,33,46)(H,35,43)(H,36,45)(H,37,42)(H,39,44)(H3,29,31,38)(H3,30,34,47);10-15,18H,2-9,26-28H2,1H3,(H,32,40)(H,33,45)(H,35,42)(H,36,41)(H,37,43)(H,39,44)(H3,29,31,38)(H3,30,34,46)/b15-9+;16-10+/t11-,12-,13+,14-,16-,18-;11-,12-,13-,14+,15-,18-/m00/s1 N
    Key:VCOPTHOUUNAYKQ-WBTCAYNUSA-N N

Kapreomisin adalah obat antibiotik yang digunakan dalam penanganan penyakit tuberkulosis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.[1] Obat ini juga menjadi salah satu pilihan selain kanamisin atau amikasin dalam penanganan penyakit tuberkulosis resistan obat.[2][3] Obat ini pernah masuk dalam Daftar Obat Esensial Organisasi Kesehatan Dunia, sebelum akhirnya dikeluarkan dari daftar pada tahun 2019.[4]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Kapreomisin pertama kali ditemukan pada tahun 1960, hasil sulfat dari Streptomyces capreolus.[5] Perusahaan Eli Lilly pertama kali mengajukan obat ini ke FDA pada tahun 1971.[6] Penggunaan kapreomisin diakui dan diterima di Amerika Serikat pada tahun 1973, meski jarang digunakan.[7]

Kapreomisin sempat masuk dalam Daftar Obat Esensial Organisasi Kesehatan Dunia, sebelum akhirnya dikeluarkan pada tahun 2019 dalam seleksi Komite Ahli Pemilihan dan Penggunaan Obat Esensial Ke-22.[4] Alasan pengeluaran tersebut adalah karena data menunjukkan 13.100 pasien dari 40 negara yang menggunakan kanamisin dan kapreomisin mengalami peningkatan risiko kegagalan pengobatan dan kambuh, efek samping parah, serta keracunan obat-obatan.[8]

Penggunaan[sunting | sunting sumber]

Kapreomisin adalah obat antibiotik yang sejauh ini hanya digunakan dalam penanganan penyakit tuberkulosis saja. Obat ini bekerja dengan menghambat pertumbuhan bakteri yang menyebabkan tuberculosis yaitu dengan mengikat ribosom bakteri dan menghambat sintetis protein.[1] Obat ini selalu digunakan bersama dengan obat anti-TB lainnya seperti isoniazid, etambutol, pirazinamid dan/atau rifampisin.[7] Kapreomisin biasanya diberikan sebagai obat jangka panjang dan sebagai alternatif terakhir jika obat tuberkulosis lainnya telah diberikan namun tidak berhasil.[9] Kapreomisin juga dapat menjadi pilihan dalam pengobatan tuberkulosis resistan obat (TB-MDR).[2][3]

Penggunaan kapreomisin adalah melalu injeksi atau suntikkan, disuntikkan melalui otot atau nadi.[1] Kapreomisin yang masih dalam bentuk padat harus dicairkan melalui pencampuran dengan air terlebih dahulu sebelum digunakan.[9]

Efek samping[sunting | sunting sumber]

Efek samping dari penggunaan kapreomisin yang serius meliputi buang air kecil yang menjadi jarang atau bahkan tidak sama sekali, masalah pendengaran, masalah keseimbangan, dan menurunnya kadar kalium dalam tubuh yang dapat menimbulkan banyak efek negatif. Sementara untuk efek samping yang tidak terlalu serius meliputi ruam pada kulit, demam, nyeri, dan lain-lain.[1] Sementara pada tingkat keumuman, efek samping dari penggunaan kapreomisin yang paling umum adalah peningkatan nitrogen darah urea di atas 20 mg/100 mL yang terjadi pada sekitar 26% pasien dan kehilangan pendengaran subklinis yang terjadi pada sekitar 11% pasien.[10]

Untuk pasien yang telah memiliki riwayat penyakit ginjal atau penyakit pendengaran, penggunaan kapreomisin dapat meningkatkan risiko kerusakan pada ginjal dan/atau pendengaran.[9]

Untuk penggunaan pada ibu hamil, penelitian pada binatang menunjukkan bahwa penggunaan kapreomisin membawa beberapa dampak buruk pada janin. Meski begitu, belum diketahui secara pasti dampaknya terhadap manusia.[11]

Interaksi obat[sunting | sunting sumber]

Diketahui setidaknya terdapat 121 obat yang berinteraksi dengan kapreomisin dengan 48 di antaranya interkasi besar dan 73 interaksi menengah. Obat-obat yang palings sering berinteraksi di antaranya meliputi parasetamol, aspirin, doksorubisin, alprazolam, dan lain-lain.[12] Sementara itu, beberapa obat tidak direkomensasikan untuk dikonsumsi bersama kapreomisin karena dapat membawa dampak negatif, di antaranya meliputi amifampridine, colisthimethate sodium, alcuronium, atracurium, dan lain-lain.[1]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e Lika Aprilia Samiadi. "Capreomycin" (dalam bahasa Indonesia). Hello Sehat. Diakses tanggal 12 April 2020. 
  2. ^ a b "Capreomycin Sulfate" (dalam bahasa Inggris). The American Society of Health-System Pharmacists. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 Desember 2016. Diakses tanggal 12 April 2020. 
  3. ^ a b Amber Arnold, Graham S. Cooke, Onn Min Kon, Martin Dedicoat,Marc Lipman, Angela Loyse, Irina Chis Ster, Thomas S. Harrison. "Adverse Effects and Choice between the Injectable Agents Amikacin and Capreomycin in Multidrug-Resistant Tuberculosis" (dalam bahasa Inggris). American Society for Microbiology. Diakses tanggal 12 April 2020. 
  4. ^ a b World Health Organization (2019). Executive summary: the selection and use of essential medicines 2019: report of the 22nd WHO Expert Committee on the selection and use of essential medicines. Geneva: World Health Organization. hdl:10665/325773alt=Dapat diakses gratis. WHO/MVP/EMP/IAU/2019.05. License: CC BY-NC-SA 3.0 IGO. 
  5. ^ "C4142 Sigma-AldrichCapreomycin sulfate from Streptomyces capreolus" (dalam bahasa Inggris). Merck KGaA. Diakses tanggal 12 April 2020. 
  6. ^ Tomlinson, Catherine. "TB Online - Capreomycin". Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 Januari 2015. Diakses tanggal 12 April 2020. 
  7. ^ a b "Capreomycin" (dalam bahasa Inggris). National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. 30 April 2014. Diakses tanggal 12 April 2020. 
  8. ^ "Statement of support for the removal of kanamycin and capreomycin from the World" (dalam bahasa Inggris). Organisasi Kesehatan Dunia. 25 Februari 2019. Diakses tanggal 12 April 2020. 
  9. ^ a b c "Capreomycin" (dalam bahasa Inggris). drugs.com. Diakses tanggal 12 April 2020. 
  10. ^ "Capreomycin Side Effects" (dalam bahasa Inggris). Drugs.com. Diakses tanggal 12 April 2020. 
  11. ^ "Capreomycin Pregnancy and Breastfeeding Warnings" (dalam bahasa Inggris). Drugs.com. Diakses tanggal 12 April 2020. 
  12. ^ "Capreomycin Drug Interactions" (dalam bahasa Inggris). Drugs.com. Diakses tanggal 12 April 2020. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

  • "Kapreomisin". Portal Informasi Obat-Obatan. Perpustakaan Obat-Obatan Nasional Amerika Serikat.