Pupuk organik: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 4: Baris 4:


== Sejarah ==
== Sejarah ==
Sejarah penggunaan pupuk pada dasarnya merupakan bagian daripada sejarah [[pertanian]].<ref name="p"> {{en}} Honcamp, F. 1931. Historisches über die Entwicklung der Pflanzenernährungslehre, Düngung und Düngemittel. In F. Honcamp (Ed.). Handbuch der Pflanzenernährung und Düngelehre, Bd. I und II. Springer, Berlin.</ref> Penggunaan pupuk diperkirakan sudah dimulai sejak permulaan manusia mengenal bercocok tanam, yaitu sekitar 5.000 tahun yang lalu.<ref name="p"/> Bentuk primitif dari penggunaan pupuk dalam memperbaiki kesuburan tanah dimulai dari kebudayaan tua manusia di daerah aliran sungai-sungai [[Nil]], [[Euphrat]], [[Indus]], [[Cina]], dan [[Amerika Latin]].<ref name="p"/> Lahan-lahan pertanian yang terletak di sekitar aliran-aliran [[sungai]] tersebut sangat subur karena menerima endapan [[lumpur]] yang kaya hara melalui [[banjir]] yang terjadi setiap tahun.<ref name="p"/> Di [[Indonesia]], pupuk organik sudah lama dikenal para [[petani]].<ref name="p"/> Penduduk Indonesia sudah mengenal pupuk organik sebelum diterapkannya [[revolusi hijau]] di Indonesia.<ref name="p"/> Setelah revolusi hijau, kebanyakan petani lebih suka menggunakan pupuk buatan karena praktis menggunakannya, jumlahnya jauh lebih sedikit dari pupuk organik, harganyapun relatif murah, dan mudah diperoleh.<ref name="p"/> Kebanyakan petani sudah sangat tergantung pada pupuk buatan, sehingga dapat berdampak negatif terhadap perkembangan produksi pertanian.<ref name="p"/> Tumbuhnya kesadaran para petani akan dampak negatif penggunaan pupuk buatan dan sarana pertanian modern lainnya terhadap lingkungan telah membuat mereka beralih dari pertanian konvensional ke pertanian organik.<ref name="p"/>
Sejarah penggunaan pupuk pada dasarnya merupakan bagian daripada sejarah [[pertanian]].<ref name="p"> {{en}} Honcamp, F. 1931. Historisches über die Entwicklung der Pflanzenernährungslehre, Düngung und Düngemittel. In F. Honcamp (Ed.). Handbuch der Pflanzenernährung und Düngelehre, Bd. I und II. Springer, Berlin.</ref> Penggunaan pupuk diperkirakan sudah dimulai sejak permulaan manusia mengenal bercocok tanam, yaitu sekitar 5.000 tahun yang lalu.<ref name="p"/> Bentuk primitif dari penggunaan pupuk dalam memperbaiki kesuburan tanah dimulai dari kebudayaan tua manusia di daerah aliran sungai-sungai [[Nil]], [[Sungai Efrat|Efrat]], [[Indus]], [[Cina]], dan [[Amerika Latin]].<ref name="p"/> Lahan-lahan pertanian yang terletak di sekitar aliran-aliran [[sungai]] tersebut sangat subur karena menerima endapan [[lumpur]] yang kaya hara melalui [[banjir]] yang terjadi setiap tahun.<ref name="p"/> Di [[Indonesia]], pupuk organik sudah lama dikenal para [[petani]].<ref name="p"/> Penduduk Indonesia sudah mengenal pupuk organik sebelum diterapkannya [[revolusi hijau]] di Indonesia.<ref name="p"/> Setelah revolusi hijau, kebanyakan petani lebih suka menggunakan pupuk buatan karena praktis menggunakannya, jumlahnya jauh lebih sedikit dari pupuk organik, harganya pun relatif murah dan mudah diperoleh.<ref name="p"/> Kebanyakan petani sudah sangat tergantung pada pupuk buatan, sehingga dapat berdampak negatif terhadap perkembangan produksi pertanian.<ref name="p"/> Tumbuhnya kesadaran para petani akan dampak negatif penggunaan pupuk buatan dan sarana pertanian modern lainnya terhadap lingkungan telah membuat mereka beralih dari pertanian konvensional ke pertanian organik.<ref name="p"/>

KETIKAN CELINE ANGELY


== Jenis ==
== Jenis ==
KETIKAN CELINE ANGELY
=== Pupuk kandang ===
=== Pupuk kandang ===
[[Berkas:Hestemøj.jpg|thumb|250px|Pupuk kandang]]
[[Berkas:Hestemøj.jpg|thumb|250px|Pupuk kandang]]
[[Pupuk kandang]] adalah pupuk yang berasal dari kotoran [[hewan]]. Hewan yang kotorannya sering digunakan untuk pupuk kandang adalah hewan yang bisa dipelihara oleh [[masyarakat]], seperti kotoran [[kambing]], [[sapi]], [[domba]], dan [[ayam]].<ref name="kandang">Parnata, Ayub.S. (2004). ''Pupuk Organik Cair''. Jakarta:PT Agromedia Pustaka. Hal 15-18.</ref>. Selain berbentuk padat, pupuk kandang juga bisa berupa cair yang berasal dari air kencing ([[urine]]) hewan.<ref name="kandang"/> Pupuk kandang mengandung unsur hara makro dan mikro.<ref name="kandang"/> Pupuk kandang padat (makro) banyak mengandung unsur [[fosfor]], [[nitrogen]], dan [[kalium]].<ref name="kandang"/> Unsur hara mikro yang terkandung dalam pupuk kandang di antaranya [[kalsium]], [[magnesium]], [[belerang]], [[natrium]], [[besi]], [[tembaga]], dan [[molibdenum]].<ref name="kandang"/> Kandungan nitrogen dalam urine hewan ternak tiga kali lebih besar dibandingkan dengan kandungan nitrogen dalam kotoran padat.<ref name="kandang"/> Pupuk kandang terdiri dari dua bagian, yaitu:<ref name="kandang"/>
[[Pupuk kandang]] adalah pupuk yang berasal dari kotoran [[hewan]]. Hewan yang kotorannya sering digunakan untuk pupuk kandang adalah hewan yang bisa dipelihara oleh [[masyarakat]], seperti kotoran [[kambing]], [[sapi]], [[domba]], dan [[ayam]].<ref name="kandang">Parnata, Ayub.S. (2004). ''Pupuk Organik Cair''. Jakarta:PT Agromedia Pustaka. Hal 15-18.</ref>. Selain berbentuk padat, pupuk kandang juga bisa berupa cair yang berasal dari air kencing ([[urin]]) hewan.<ref name="kandang"/> Pupuk kandang mengandung unsur hara makro dan mikro.<ref name="kandang"/> Pupuk kandang padat banyak mengandung unsur hara makro, seperti [[fosfor]], [[nitrogen]], dan [[kalium]].<ref name="kandang"/> Unsur hara mikro yang terkandung dalam pupuk kandang di antaranya [[kalsium]], [[magnesium]], [[belerang]], [[natrium]], [[besi]], [[tembaga]], dan [[molibdenum]].<ref name="kandang"/> Kandungan nitrogen dalam urin hewan ternak tiga kali lebih besar dibandingkan dengan kandungan nitrogen dalam kotoran padat.<ref name="kandang"/>
Pupuk kandang terdiri dari dua bagian, yaitu:<ref name="kandang"/>

# Pupuk dingin adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang diuraikan secara perlahan oleh [[mikroorganime]] sehingga tidak menimbulkan panas, contohnya pupuk yang berasal dari kotoran sapi, [[kerbau]], dan [[babi]].<ref name="kandang"/>
# Pupuk panas adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang diuraikan mikroorganisme secara cepat sehingga menimbulkan panas, contohnya pupuk yang berasal dari kotoran kambing, [[kuda]], dan ayam.<ref name="kandang"/> Pupuk kandang bermanfaat untuk menyediakan unsur hara makro dan mikro dan mempunyai daya ikat [[ion]] yang tinggi sehingga akan mengefektifkan bahan - bahan anorganik di dalam tanah, termasuk [[pupuk anorganik]].<ref name="kandang"/> Selain itu, pupuk kandang bisa memperbaiki struktur tanah, sehingga pertumbuhan tanaman bia optomal.<ref name="kandang"/> Pupuk kandang yang telah siap diaplikasikan memiliki ciri dingin, remah, wujud aslinya tidak tampak, dan baunya telah berkurang.<ref name="kandang"/> Jika belum memiliki ciri-ciri tersebut, pupuk kandang belum siap digunakan.<ref name="kandang"/> Penggunaan pupuk yang belum matang akan menghambat [[pertumbuhan]] tanaman, bahkan bisa mematikan tanaman.<ref name="kandang"/> Penggunaan pupuk kandang yang baik adalah dengan cara dibenamkan, sehingga [[penguapan]] unsur hara akibat prose [[kimia]] dalam tanah dapat dikurangi.<ref name="kandang"/> Penggunaan pupuk kandang yang berbentuk cair paling bauk dilakukan setelah tanaman tumbuh, sehingga unsur hara yang terdapat dalam pupuk kandang cair ini akan cepat diserap oleh tanaman.<ref name="kandang"/>
# Pupuk dingin adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang diuraikan secara perlahan oleh [[mikroorganisme]] sehingga tidak menimbulkan panas, contohnya pupuk yang berasal dari kotoran sapi, [[kerbau]], dan [[babi]].<ref name="kandang"/>
# Pupuk panas adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang diuraikan mikroorganisme secara cepat sehingga menimbulkan panas, contohnya pupuk yang berasal dari kotoran kambing, [[kuda]], dan ayam.<ref name="kandang"/>
Pupuk kandang bermanfaat untuk menyediakan unsur hara makro dan mikro dan mempunyai daya ikat [[ion]] yang tinggi sehingga akan mengefektifkan bahan - bahan anorganik di dalam tanah, termasuk [[pupuk anorganik]].<ref name="kandang"/> Selain itu, pupuk kandang bisa memperbaiki struktur tanah, sehingga pertumbuhan tanaman bisa optomal.<ref name="kandang"/> Pupuk kandang yang telah siap diaplikasikan memiliki ciri bersuhu dingin, remah, wujud aslinya tidak tampak, dan baunya telah berkurang.<ref name="kandang"/> Jika belum memiliki ciri-ciri tersebut, pupuk kandang belum siap digunakan.<ref name="kandang"/> Penggunaan pupuk yang belum matang akan menghambat [[pertumbuhan]] tanaman, bahkan bisa mematikan tanaman.<ref name="kandang"/> Penggunaan pupuk kandang yang baik adalah dengan cara dibenamkan, sehingga [[penguapan]] unsur hara<!-- akibat proses [[kimia]] dalam tanah (ngapain dibenamkan jika ternyata akan menderita proses kimia tanah? Yang benar penguapan akibat panas matahari)--> dapat berkurang. Penggunaan pupuk kandang yang berbentuk cair paling baik dilakukan setelah tanaman tumbuh, sehingga unsur hara yang terdapat dalam pupuk kandang cair ini akan cepat diserap oleh tanaman.<ref name="kandang"/>


=== Pupuk hijau ===
=== Pupuk hijau ===
Pupuk hijau adalah pupuk organik yang berasal dari tanaman atau berupa sisa panen. Bahan tanaman ini dapat dibenamkan pada waktu masih hijau atau setelah dikomposkan.<ref name="kandang"/> Sumber pupuk hijau dapat berupa sisa-sisa tanaman (sisa panen) atau tanaman yang ditanam secara khusus sebagai penghasil pupuk hijau, seperti sisa–sisa tanaman, kacang-kacangan, dan tanaman [[paku air]] ''(Azolla)''.<ref name="kandang"/> Jenis tanaman yang dijadikan sumber pupuk hijau diutamakan dari jenis [[legume]], karena tanaman ini mengandung hara yang relatif tinggi, terutama nitrogen dibandingkan dengan jenis tanaman lainnya.<ref name="kandang"/> Tanaman legume juga relatif mudah terdekomposisi sehingga penyediaan haranya menjadi lebih cepat.<ref name="kandang"/> Pupuk hijau bermanfaat untuk meningkatkan kandungan bahan organik dan unsur hara di dalam tanah, sehingga terjadi perbaikan sifat [[fisika]], kimia, dan biologi tanah, yang selanjutnya berdampak pada peningkatan produktivitas tanah dan ketahanan tanah terhadap [[erosi]].<ref name="kandang"/> Pupuk hijau digunakan dalam:<ref name="kandang"/>
Pupuk hijau adalah pupuk organik yang berasal dari tanaman atau berupa sisa panen. Bahan tanaman ini dapat dibenamkan pada waktu masih hijau atau setelah dikomposkan.<ref name="kandang"/> Sumber pupuk hijau dapat berupa sisa-sisa tanaman (sisa panen) atau tanaman yang ditanam secara khusus sebagai penghasil pupuk hijau, seperti kacang-kacangan dan tanaman [[paku air]] (''Azolla'').<ref name="kandang"/> Jenis tanaman yang dijadikan sumber pupuk hijau diutamakan dari jenis [[legume]], karena tanaman ini mengandung hara yang relatif tinggi, terutama nitrogen dibandingkan dengan jenis tanaman lainnya.<ref name="kandang"/> Tanaman legume juga relatif mudah terdekomposisi sehingga penyediaan haranya menjadi lebih cepat.<ref name="kandang"/> Pupuk hijau bermanfaat untuk meningkatkan kandungan bahan organik dan unsur hara di dalam tanah, sehingga terjadi perbaikan sifat [[fisika]], [[kimia]], dan [[biologi]] tanah, yang selanjutnya berdampak pada peningkatan produktivitas tanah dan ketahanan tanah terhadap [[erosi]].<ref name="kandang"/>
Pupuk hijau digunakan dalam:<ref name="kandang"/>

# Penggunaan [[tanaman pagar]], yaitu dengan mengembangkan sistem pertanaman lorong, dimana tanaman pupuk hijau ditanam sebagai tanaman pagar berseling dengan tanaman utama.<ref name="kandang"/>
# Penggunaan [[tanaman pagar]], yaitu dengan mengembangkan sistem pertanaman lorong, di mana tanaman pupuk hijau ditanam sebagai tanaman pagar berseling dengan tanaman utama.<ref name="kandang"/>
# Penggunaan tanaman penutup tanah, yaitu dengan mengembangkan tanaman yang ditanam sendiri, pada saat tanah tidak ditanami tanaman utama atau tanaman yang ditanam bersamaan dengan tanaman pokok bila tanaman pokok berupa tanaman tahunan.<ref name="kandang"/>
# Penggunaan tanaman penutup tanah, yaitu dengan mengembangkan tanaman yang ditanam sendiri, pada saat tanah tidak ditanami tanaman utama atau tanaman yang ditanam bersamaan dengan tanaman pokok bila tanaman pokok berupa tanaman tahunan.<ref name="kandang"/>


=== Kompos ===
=== Kompos ===
[[Berkas:Compost.jpg|thumb|250px|Kompos]]
[[Berkas:Compost.jpg|thumb|250px|Kompos]]
[[Kompos]] merupakan sisa bahan organik yang berasal dari tanaman, hewan, dan [[limbah]] organik yang telah mengalami proses [[dekomposisi]] atau [[fermentasi]].<ref name="kompos">Djuarni, Nan.Ir, M.Sc., Kristian.,Setiawan,Budi Susilo.(2006). ''Cara Cepat Membuat Kompos''. Jakarta:AgroMedia.Hal 36-38.</ref> Jenis tanaman yang sering digunakan untuk kompos di antaranya jerami, [[sekam padi]], tanaman [[pisang]], [[gulma]], [[sayuran]] yang busuk, sisa tanaman [[jagung]], dan sabut kelapa.<ref name="kompos"/> Bahan dari ternak yang sering digunakan untuk kompos di antaranya kotoran ternak, urine, [[pakan ternak]] yang terbuang, dan cairan [[biogas]].<ref name="kompos"/> Tanaman air yang sering digunakan untuk kompos di antaranya [[ganggang biru]], gulma air, [[eceng gondok]], dan azola.<ref name="kompos"/> Beberapa kegunaan kompos adalah:<ref name="kompos"/>
[[Kompos]] merupakan sisa bahan organik yang berasal dari tanaman, hewan, dan [[limbah]] organik yang telah mengalami proses [[dekomposisi]] atau [[fermentasi]].<ref name="kompos">Djuarni, Nan.Ir, M.Sc., Kristian.,Setiawan,Budi Susilo.(2006). ''Cara Cepat Membuat Kompos''. Jakarta:AgroMedia. Hal 36-38.</ref> Jenis tanaman yang sering digunakan untuk kompos di antaranya jerami, [[sekam padi]], tanaman [[pisang]], [[gulma]], [[sayuran]] yang busuk, sisa tanaman [[jagung]], dan sabut kelapa.<ref name="kompos"/> Bahan dari ternak yang sering digunakan untuk kompos di antaranya kotoran ternak, urine, [[pakan ternak]] yang terbuang, dan cairan [[biogas]].<ref name="kompos"/> Tanaman air yang sering digunakan untuk kompos di antaranya [[ganggang biru]], gulma air, [[eceng gondok]], dan Azolla.<ref name="kompos"/>
Beberapa kegunaan kompos adalah:<ref name="kompos"/>

# Memperbaiki struktur tanah.<ref name="kompos"/>
# Memperbaiki struktur tanah.<ref name="kompos"/>
# Memperkuat daya ikat [[agregat]] ''(zat hara)'' tanah berpasir.<ref name="kompos"/>
# Memperkuat daya ikat agregat ''(zat hara)'' tanah berpasir.<ref name="kompos"/>
# Meningkatkan daya tahan dan daya serap air.<ref name="kompos"/>
# Meningkatkan daya tahan dan daya serap air.<ref name="kompos"/>
# Memperbaiki [[drainase]] dan pori - pori dalam tanah.<ref name="kompos"/>
# Memperbaiki [[drainase]] dan pori - pori dalam tanah.<ref name="kompos"/>
# Menambah dan mengaktifkan unsur hara.<ref name="kompos"/>
# Menambah dan mengaktifkan unsur hara.<ref name="kompos"/>

Kompos digunakan dengan cara menyebarkannya di sekeliling tanaman.<ref name="kompos"/> Kompos yang layak digunakan adalah yang sudah matang, ditandai dengan menurunnya [[temperatur]] kompos (di bawah 40<sup>0</sup> c).<ref name="kompos"/>
Kompos digunakan dengan cara menyebarkannya di sekeliling tanaman.<ref name="kompos"/> Kompos yang layak digunakan adalah yang sudah matang, ditandai dengan menurunnya [[temperatur]] kompos (di bawah 40<sup>0</sup> c).<ref name="kompos"/>


=== Humus ===
=== Humus ===
[[Berkas:Ecuador composting method (Peru).JPG|thumb|250px|Humus]]
[[Berkas:Ecuador composting method (Peru).JPG|thumb|250px|Humus]]
Humus adalah material organik yang berasal dari [[degradasi]] ataupun pelapukan daun-daunan dan ranting-ranting tanaman yang membusuk (mengalami dekomposisi) yang akhirnya mengubah humus menjadi ([[bunga]] tanah), dan kemudian menjadi tanah.<ref name="humus"> {{en}} FNCA Biofertilizer Project Group. 2006. Biofertilizer Manual. Forum for Nuclear Cooperation in Asia (FNCA). Japan Atomic Industrial Forum, Tokyo.</ref> Bahan baku untuk humus adalah dari [[daun]] ataupun ranting [[pohon]] yang berjatuhan, limbah [[pertanian]] dan [[peternakan]], [[industri]] makanan, [[agro industri]], kulit [[kayu]], serbuk [[gergaji]] (abu kayu), kepingan kayu, endapan kotoran, [[sampah]] [[rumah tangga]], dan limbah-limbah padat perkotaan.<ref name="humus"/> Humus merupakan sumber makanan bagi tanaman, serta berperan baik bagi pembentukan dan menjaga struktur tanah.<ref name="humus"/> Senyawa humus juga berperan dalam pengikatan bahan kimia [[toksik]] dalam tanah dan air.<ref name="humus"/> Selain itu, humus dapat meningkatkan kapasitas kandungan air tanah, membantu dalam menahan pupuk anorganik larut-air, mencegah penggerusan tanah, menaikan [[aerasi]] tanah, dan juga dapat menaikkan [[fotokimia]] dekomposisi [[pestisida]] atau senyawa-senyawa organik toksik.<ref name="humus"/> Kandungan utama dari kompos adalah humus.<ref name="humus"/> Humus merupakan penentu akhir dari kualitas kesuburan tanah, jadi penggunaan humus sama halnya dengan penggunaan kompos.<ref name="humus"/>
Humus adalah material organik yang berasal dari [[degradasi]] ataupun pelapukan daun-daunan dan ranting-ranting tanaman yang membusuk (mengalami dekomposisi) yang akhirnya mengubah humus menjadi ([[bunga]] tanah), dan kemudian menjadi tanah.<ref name="humus"> {{en}} FNCA Biofertilizer Project Group. 2006. Biofertilizer Manual. Forum for Nuclear Cooperation in Asia (FNCA). Japan Atomic Industrial Forum, Tokyo.</ref> Bahan baku untuk humus adalah dari [[daun]] ataupun ranting [[pohon]] yang berjatuhan, limbah [[pertanian]] dan [[peternakan]], [[industri]] makanan, [[agro industri]], kulit [[kayu]], serbuk [[gergaji]] (abu kayu), kepingan kayu, endapan kotoran, [[sampah]] [[rumah tangga]], dan limbah-limbah padat perkotaan.<ref name="humus"/> Humus merupakan sumber makanan bagi tanaman, serta berperan baik bagi pembentukan dan menjaga struktur tanah.<ref name="humus"/> Senyawa humus juga berperan dalam pengikatan bahan kimia [[toksik]] dalam tanah dan air.<ref name="humus"/> Selain itu, humus dapat meningkatkan kapasitas kandungan air tanah, membantu dalam menahan pupuk anorganik larut-air, mencegah penggerusan tanah, menaikkan [[aerasi]] tanah, dan menaikkan [[fotokimia]] dekomposisi [[pestisida]] atau senyawa-senyawa organik toksik.<ref name="humus"/> Kandungan utama dari kompos adalah humus.<ref name="humus"/> Humus merupakan penentu akhir dari kualitas kesuburan tanah, jadi penggunaan humus sama halnya dengan penggunaan kompos.<ref name="humus"/>


=== Pupuk organik buatan ===
=== Pupuk organik buatan ===
Pupuk organik buatan adalah pupuk organik yang diproduksi di [[pabrik]] dengan menggunakan peralatan yang modern.<ref name="organik"> {{en}} Subba Rao, N.S. 1982. Biofertilizer in Agriculture. Oxford and IBH Publishing Co., New Delhi.</ref> Beberapa manfaat pupuk organik buatan, yaitu:<ref name="organik"/>
Pupuk organik buatan adalah pupuk organik yang diproduksi di [[pabrik]] dengan menggunakan peralatan yang modern.<ref name="organik"> {{en}} Subba Rao, N.S. 1982. Biofertilizer in Agriculture. Oxford and IBH Publishing Co., New Delhi.</ref> Beberapa manfaat pupuk organik buatan, yaitu:<ref name="organik"/>

# Meningkatkan kandungan unsur hara yang dibutuhkan tanaman.<ref name="organik"/>
# Meningkatkan kandungan unsur hara yang dibutuhkan tanaman.<ref name="organik"/>
# Meningkatkan produktivitas tanaman.<ref name="organik"/>
# Meningkatkan produktivitas tanaman.<ref name="organik"/>
# Merangsang pertumbuhan [[akar]], batang, dan daun.<ref name="organik"/>
# Merangsang pertumbuhan [[akar]], batang, dan daun.<ref name="organik"/>
# Menggemburkan dan menyuburkan tanah.<ref name="organik"/>
# Menggemburkan dan menyuburkan tanah.<ref name="organik"/>

Pada umumnya, pupuk organik buatan digunakan dengan cara menyebarkannya di sekeliling tanaman, sehingga terjadi peningkatan kandungan unsur hara secara efektif dan efisien bagi tanaman yang diberi pupuk organik tersebut.<ref name="organik"/>
Pada umumnya, pupuk organik buatan digunakan dengan cara menyebarkannya di sekeliling tanaman, sehingga terjadi peningkatan kandungan unsur hara secara efektif dan efisien bagi tanaman yang diberi pupuk organik tersebut.<ref name="organik"/>


== Manfaat ==
== Manfaat ==
Berbagai hasil penelitian mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan pertanian intensif menurun produktivitasnya dan telah mengalami degradasi lahan, terutama terkait dengan sangat rendahnya kandungan [[karbon]] organik dalam tanah, yaitu 2%.<ref name="manfaat"> {{en}} Kloepper, J.W. 1993. Plant growth-promoting rhizobacteria as biological control agents. p. 255-274. In F.Blaine Metting, Jr. (Ed.). Soil Microbiology Ecology, Applications in Agricultural and Environmental Management. Marcel Dekker, Inc., New York.</ref> Padahal untuk memperoleh produktivitas optimal dibutuhkan karbon organik sekitar 2,5%.<ref name="manfaat"/> Pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi [[pencemaran lingkungan]], dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan.<ref name="manfaat"/> Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan.<ref name="manfaat"/> Sumber bahan untuk pupuk organik sangat beranekaragam, dengan karakteristik fisik dan kandungan kimia yang sangat beragam sehingga pengaruh dari penggunaan pupuk organik terhadap lahan dan tanaman dapat bervariasi.<ref name="manfaat"/> Selain itu, peranannya cukup besar terhadap perbaikan sifat fisika, kimia biologi tanah serta lingkungan.<ref name="manfaat"/> Pupuk organik yang ditambahkan ke dalam tanah akan mengalami beberapa kali fase perombakan oleh mikroorganisme tanah untuk menjadi humus.<ref name="manfaat"/> Bahan organik juga berperan sebagai sumber energi dan makanan [[mikroba]] tanah sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroba tersebut dalam penyediaan hara tanaman.<ref name="manfaat"/> Penambahan bahan organik di samping sebagai sumber hara bagi tanaman, juga sebagai sumber energi dan hara bagi mikroba.<ref name="manfaat"/> Bahan dasar pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman sedikit mengandung bahan berbahaya.<ref name="manfaat"/> Penggunaan pupuk kandang, limbah industri dan limbah kota sebagai bahan dasar kompos berbahaya karena banyak mengandung [[logam berat]] dan asam-asam organik yang dapat mencemari lingkungan.<ref name="manfaat"/> Selama proses [[pengomposan]], beberapa bahan berbahaya ini akan terkonsentrasi dalam produk akhir pupuk.<ref name="manfaat"/> Untuk itu diperlukan seleksi bahan dasar kompos yang mengandung bahan-bahan berbahaya dan beracun (B3).<ref name="manfaat"/> Pupuk organik dapat berperan sebagai pengikat butiran primer menjadi butir sekunder tanah dalam pembentukan pupuk.<ref name="manfaat"/> Keadaan ini memengaruhi penyimpanan, penyediaan air, [[aerasi]] tanah, dan [[suhu]] tanah.<ref name="manfaat"/> Bahan organik dengan karbon dan nitrogen yang banyak, seperti jerami atau sekam lebih besar pengaruhnya pada perbaikan sifat-sifat fisik tanah dibanding dengan bahan organik yang terdekomposisi seperti kompos.<ref name="manfaat"/> Pupuk organik memiliki fungsi kimia yang penting seperti:<ref name="manfaat"/>
Berbagai hasil penelitian mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan pertanian intensif menurun produktivitasnya dan telah mengalami degradasi lahan, terutama terkait dengan sangat rendahnya kandungan [[karbon]] organik dalam tanah, yaitu 2%.<ref name="manfaat"> {{en}} Kloepper, J.W. 1993. Plant growth-promoting rhizobacteria as biological control agents. p. 255-274. In F.Blaine Metting, Jr. (Ed.). Soil Microbiology Ecology, Applications in Agricultural and Environmental Management. Marcel Dekker, Inc., New York.</ref> Padahal untuk memperoleh produktivitas optimal dibutuhkan karbon organik sekitar 2,5%.<ref name="manfaat"/> Pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi [[pencemaran lingkungan]], dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan.<ref name="manfaat"/> Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan.<ref name="manfaat"/> Sumber bahan untuk pupuk organik sangat beranekaragam, dengan karakteristik fisik dan kandungan kimia yang sangat beragam sehingga pengaruh dari penggunaan pupuk organik terhadap lahan dan tanaman dapat bervariasi.<ref name="manfaat"/> Selain itu, peranannya cukup besar terhadap perbaikan sifat fisika, kimia biologi tanah serta lingkungan.<ref name="manfaat"/> Pupuk organik yang ditambahkan ke dalam tanah akan mengalami beberapa kali fase perombakan oleh mikroorganisme tanah untuk menjadi humus.<ref name="manfaat"/> Bahan organik juga berperan sebagai sumber energi dan makanan [[mikroba]] tanah sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroba tersebut dalam penyediaan hara tanaman.<ref name="manfaat"/>
# Penyediaan hara makro ([[nitrogen]], [[fosfor]], [[kalium]], [[kalsium]], [[magnesium]], dan [[sulfur]]) dan mikro seperti [[zink]], [[tembaga]], [[kobalt]], [[barium]], [[mangan]], dan [[besi]], meskipun jumlahnya relatif sehttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pupuk_organik&action=edit&section=8dikit.<ref name="manfaat"/>
unsur hara makro dan mikro tersebut sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman,,apa lagi bagi pencinta tanaman hias,,Banyak para hobiis dan pencinta tanaman hias, bertanya tentang komposisi kandungan pupuk dan prosentase kandungan N, P dan K yang tepat untuk tanaman yang bibit, remaja atau dewasa/indukan.Berikut fungsi unsur-unsur hara makro :


Penambahan bahan organik di samping sebagai sumber hara bagi tanaman, juga sebagai sumber energi dan hara bagi mikroba.<ref name="manfaat"/> Bahan dasar pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman sedikit mengandung bahan berbahaya.<ref name="manfaat"/> Penggunaan pupuk kandang, limbah industri dan limbah kota sebagai bahan dasar kompos berbahaya karena banyak mengandung [[logam berat]] dan asam-asam organik yang dapat mencemari lingkungan.<ref name="manfaat"/> Selama proses [[pengomposan]], beberapa bahan berbahaya ini akan terkonsentrasi dalam produk akhir pupuk.<ref name="manfaat"/> Untuk itu diperlukan seleksi bahan dasar kompos yang mengandung bahan-bahan berbahaya dan beracun (B3).<ref name="manfaat"/> Pupuk organik dapat berperan sebagai pengikat butiran primer menjadi butir sekunder tanah dalam pembentukan pupuk.<ref name="manfaat"/> Keadaan ini memengaruhi penyimpanan, penyediaan air, [[aerasi]] tanah, dan [[suhu]] tanah.<ref name="manfaat"/> Bahan organik dengan karbon dan nitrogen yang banyak, seperti jerami atau sekam lebih besar pengaruhnya pada perbaikan sifat-sifat fisik tanah dibanding dengan bahan organik yang terdekomposisi seperti kompos.<ref name="manfaat"/>
Nitrogen ( N )
-Merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan
-Merupakan bagian dari sel ( organ ) tanaman itu sendiri
-Berfungsi untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman
-Merangsang pertumbuhan vegetatif ( warna hijau daun, panjang daun, lebar daun,) dan pertumbuhan vegetatif batang ( tinggi dan ukuran batang).
-Tanaman yang kekurangan unsur N gejalanya : pertumbuhan lambat/kerdil, daun hijau kekuningan, daun sempit, pendek dan tegak, daun-daun tua cepat menguning dan mati.


Pupuk organik memiliki fungsi kimia yang penting seperti penyediaan hara makro ([[nitrogen]], [[fosfor]], [[kalium]], [[kalsium]], [[magnesium]], dan [[sulfur]]) dan mikro seperti [[zink]], [[tembaga]], [[kobalt]], [[barium]], [[mangan]], dan [[besi]], meskipun jumlahnya relatif sedikit.<ref name="manfaat"/> Unsur hara makro dan mikro tersebut sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, terutama bagi pencinta tanaman hias. Banyak para pelaku hobi dan pencinta tanaman hias bertanya tentang komposisi kandungan pupuk dan prosentase kandungan nitrogen, fosfor dan kalium yang tepat untuk tanaman yang bibit, remaja, atau dewasa/indukan.
Phospat ( P )
-Berfungsi untuk pengangkutan energi hasil metabolisme dalam tanaman
-Merangsang pembungaan dan pembuahan
-Merangsang pertumbuhan akar
-Merangsang pembentukan biji
-Merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan sel
-Tanaman yang kekurangan unsur P gejaalanya : pembentukan buah/dan biji berkurang, kerdil, daun berwarna keunguan atau kemerahan ( kurang sehat )


Fungsi unsur-unsur hara makro :
Kalium ( K )
-Berfungsi dalam proses fotosintesa, pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan mineral termasuk air.
-Meningkatkan daya tahan/kekebalan tanaman terhadap penyakit
-Tanaman yang kekurangan unsur K gejalanya : batang dan daun menjadi lemas/rebah, daun berwarna hijau gelap kebiruan tidak hijau segar dan sehat, ujung daun menguning dan kering, timbul bercak coklat pada pucuk daun.


:[[Nitrogen]] (N):
# Meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah.<ref name="manfaat"/>
:* Merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan
# Membentuk senyawa kompleks dengan ion logam yang meracuni tanaman seperti [[aluminium]], besi, dan mangan.<ref name="manfaat"/>
:* Merupakan bagian dari [[sel]] (organ) tanaman itu sendiri
:* Berfungsi untuk sintesa [[asam amino]] dan [[protein]] dalam tanaman
:* Merangsang pertumbuhan vegetatif (warna hijau daun, panjang daun, lebar daun) dan pertumbuhan vegetatif batang (tinggi dan ukuran batang).
:* Tanaman yang kekurangan unsur nitrogen gejalanya: pertumbuhan lambat/kerdil, daun hijau kekuningan, daun sempit, pendek dan tegak, daun-daun tua cepat menguning dan mati.


:[[Fosfor]] (P):
== Pupuk Organik Granul ==
:* Berfungsi untuk pengangkutan energi hasil metabolisme dalam tanaman
Pupuk organik bisa dibuat dalam bermacam-macam bentuk. Bisa dibuat curah, table, pelet, briket, atau granul. Pemilihan bentuk ini tergantung pada penggunaan, biaya, dan aspek-aspek pemasaran lainnya. Salah satu bentuk yang banyak dipakai adalah granul. Membuat pupuk granul sebenarnya tidak terlalu sulit. Secara garis besar pupuk granul dapat dibuat dengan cara seperti di bawah ini.
:* Merangsang pem[[bunga]]an dan pem[[buah]]an
:* Merangsang pertumbuhan [[akar]]
:* Merangsang pembentukan [[biji]]
:* Merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan sel
:* Tanaman yang kekurangan unsur fosfor gejalanya: pembentukan buah/dan biji berkurang, kerdil, daun berwarna keunguan atau kemerahan

:[[Kalium]] (K):
:* Berfungsi dalam proses [[fotosintesis]], pengangkutan hasil asimilasi, enzim, dan mineral termasuk air.
:* Meningkatkan daya tahan/kekebalan tanaman terhadap penyakit
:* Tanaman yang kekurangan unsur kalium gejalanya: batang dan daun menjadi lemas/rebah, daun berwarna hijau gelap kebiruan tidak hijau segar dan sehat, ujung daun menguning dan kering, timbul bercak coklat pada pucuk daun.

Pupuk organik juga berfungsi meningkatkan kapasitas tukar kation tanah dan membentuk senyawa kompleks dengan ion logam yang meracuni tanaman seperti [[aluminium]], [[besi]], dan [[mangan]].<ref name="manfaat"/>

<!-- saya merasa bagian ini tidak penting karena setiap buku bisa berbeda dalam membahas hal ini
== Pupuk organik granular ==
Pupuk organik bisa dibuat dalam bermacam-macam bentuk. Bisa dibuat curah, tablet, pelet, briket, atau granular. Pemilihan bentuk ini tergantung pada penggunaan, biaya, dan aspek-aspek pemasaran lainnya. Salah satu bentuk yang banyak dipakai adalah granula. Membuat pupuk granula sebenarnya tidak terlalu sulit. Secara garis besar pupuk granular dapat dibuat dengan cara seperti di bawah ini.


=== Tahapan Pembuatan Pupuk Organik ===
=== Tahapan Pembuatan Pupuk Organik ===
Baris 98: Baris 112:


Ukuran kemasan bisa bermacam-macam. Kemasan-kemasan kecil bisa berukurang 1 kg, 5 kg, atau 10 kg. Kemasan juga bisa menggunakan karung dengan ukuran 25 – 30 kg. Kemasan biasanya terdiri dari dua bagian, bagian luar dan bagian dalam (inner). Kemasan bagian luar diberi merek/nama/logo perusahaan.
Ukuran kemasan bisa bermacam-macam. Kemasan-kemasan kecil bisa berukurang 1 kg, 5 kg, atau 10 kg. Kemasan juga bisa menggunakan karung dengan ukuran 25 – 30 kg. Kemasan biasanya terdiri dari dua bagian, bagian luar dan bagian dalam (inner). Kemasan bagian luar diberi merek/nama/logo perusahaan.
-->

== Pelestarian lingkungan ==
== Pelestarian lingkungan ==
[[Berkas:Gelbsenf Direktsaat 2.jpg|thumb|250px|Tanaman penutup tanah ''(cover crop)'' dapat digunakan sebagai pupuk organik.]]
[[Berkas:Gelbsenf Direktsaat 2.jpg|thumb|250px|Tanaman penutup tanah (''cover crop'') dapat digunakan sebagai pupuk organik.]]
Penggunaan pupuk organik saja, tidak dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan ketahanan pangan.<ref name="L"> {{en}} Cattelan, A.J., P.G. Hartel, and J.J. Fuhrmann. 1999. Screening for plant growth-promoting rhizobacteria to promote early soybean growth. Soil Sci.Soc.Am.J. 63: 1.670-1.680.</ref> Oleh karena itu sistem pengelolaan hara terpadu yang memadukan pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik perlu digalakkan.<ref name="L"/> Sistem pertanian yang disebut sebagai [[LEISA]] ''(Low External Input and Sustainable Agriculture)'' menggunakan kombinasi pupuk organik dan anorganik yang berlandaskan konsep ''good agricultural practices'' perlu dilakukan agar degredasi lahan dapat dikurangi dalam
Penggunaan pupuk organik saja, tidak dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan ketahanan pangan.<ref name="L"> {{en}} Cattelan, A.J., P.G. Hartel, and J.J. Fuhrmann. 1999. Screening for plant growth-promoting rhizobacteria to promote early soybean growth. Soil Sci.Soc.Am.J. 63: 1.670-1.680.</ref> Oleh karena itu sistem pengelolaan hara terpadu yang memadukan pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik perlu digalakkan.<ref name="L"/> Sistem pertanian yang disebut sebagai [[LEISA]] (''Low External Input and Sustainable Agriculture'') menggunakan kombinasi pupuk organik dan anorganik yang berlandaskan konsep ''good agricultural practices'' perlu dilakukan agar degradasi lahan dapat dikurangi dalam rangka memelihara kelestarian lingkungan.<ref name="L"/> Pemanfaatan pupuk organik dan pupuk anorganik untuk meningkatkan produktivitas lahan dan produksi pertanian perlu dipromosikan dan digalakkan.<ref name="L"/> Program-program pengembangan pertanian yang mengintegrasikan ternak dan tanaman (''crop-livestock'') serta penggunaan tanaman legum baik berupa tanaman lorong (''alley cropping'') maupun tanaman penutup tanah (''cover crop'') sebagai pupuk hijau maupun kompos perlu diintensifkan.<ref name="L"/>
rangka memelihara kelestarian lingkungan.<ref name="L"/> Pemanfaatan pupuk organik dan pupuk anorganik untuk meningkatkan produktivitas lahan dan produksi pertanian perlu dipromosikan dan digalakkan.<ref name="L"/> Program-program pengembangan pertanian yang mengintegrasikan ternak dan tanaman ''(crop-livestock)'' serta penggunaan tanaman legum baik berupa tanaman lorong ''(alley cropping)'' maupun tanaman penutup tanah ''(cover crop)'' sebagai pupuk hijau maupun kompos perlu diintensifkan.<ref name="L"/>
{{clear}}
{{clear}}


Baris 112: Baris 125:
* [[Pupuk]]
* [[Pupuk]]
* [[Kompos]]
* [[Kompos]]
* [[Pupuk mikrobiologis]]


== Pranala Luar ==
== Pranala Luar ==
* [http://petunjukbudidaya.blogspot.com/2013/02/pupuk-organik.html PETUNJUK PRAKTIS BUDIDAYA PERTANIAN]
<!-- info dari blog boleh? * [http://petunjukbudidaya.blogspot.com/2013/02/pupuk-organik.html PETUNJUK PRAKTIS BUDIDAYA PERTANIAN]
* [http://isroi.wordpress.com/2008/02/21/membuat-pupuk-organik-granul/ Membuat Pupuk Organik Granul]
* [http://isroi.wordpress.com/2008/02/21/membuat-pupuk-organik-granul/ Membuat Pupuk Organik Granul] -->
* [http://isroi.com/2009/06/30/pupuk-organik-granul-premium/ Membuat Pupuk Organik Premium]
* [http://isroi.com/2009/06/30/pupuk-organik-granul-premium/ Membuat Pupuk Organik Premium]
* [http://lestarimandiri.org/id/pupuk-organik/pupuk-hijau.html Pupuk Hijau]
* [http://lestarimandiri.org/id/pupuk-organik/pupuk-hijau.html Pupuk Hijau]
* [http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_pangan/humus-material-organik-penyubur-tanah/ Humus]
* [http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_pangan/humus-material-organik-penyubur-tanah/ Humus]
* [http://pupuk-kusuma.blogspot.com/ Pupuk Organik]
<!-- * [http://pupuk-kusuma.blogspot.com/ Pupuk Organik] -->
[[Kategori:Pertanian]]
[[Kategori:Pertanian]]
[[Kategori:Pupuk|Organik]]
[[Kategori:Pupuk|Organik]]

Revisi per 12 Juli 2013 12.21

Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia.[1] Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.[2] Pupuk organik mengandung banyak bahan organik daripada kadar haranya.[2] Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota (sampah).[2]

Sejarah

Sejarah penggunaan pupuk pada dasarnya merupakan bagian daripada sejarah pertanian.[3] Penggunaan pupuk diperkirakan sudah dimulai sejak permulaan manusia mengenal bercocok tanam, yaitu sekitar 5.000 tahun yang lalu.[3] Bentuk primitif dari penggunaan pupuk dalam memperbaiki kesuburan tanah dimulai dari kebudayaan tua manusia di daerah aliran sungai-sungai Nil, Efrat, Indus, Cina, dan Amerika Latin.[3] Lahan-lahan pertanian yang terletak di sekitar aliran-aliran sungai tersebut sangat subur karena menerima endapan lumpur yang kaya hara melalui banjir yang terjadi setiap tahun.[3] Di Indonesia, pupuk organik sudah lama dikenal para petani.[3] Penduduk Indonesia sudah mengenal pupuk organik sebelum diterapkannya revolusi hijau di Indonesia.[3] Setelah revolusi hijau, kebanyakan petani lebih suka menggunakan pupuk buatan karena praktis menggunakannya, jumlahnya jauh lebih sedikit dari pupuk organik, harganya pun relatif murah dan mudah diperoleh.[3] Kebanyakan petani sudah sangat tergantung pada pupuk buatan, sehingga dapat berdampak negatif terhadap perkembangan produksi pertanian.[3] Tumbuhnya kesadaran para petani akan dampak negatif penggunaan pupuk buatan dan sarana pertanian modern lainnya terhadap lingkungan telah membuat mereka beralih dari pertanian konvensional ke pertanian organik.[3]

Jenis

Pupuk kandang

Pupuk kandang

Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan. Hewan yang kotorannya sering digunakan untuk pupuk kandang adalah hewan yang bisa dipelihara oleh masyarakat, seperti kotoran kambing, sapi, domba, dan ayam.[4]. Selain berbentuk padat, pupuk kandang juga bisa berupa cair yang berasal dari air kencing (urin) hewan.[4] Pupuk kandang mengandung unsur hara makro dan mikro.[4] Pupuk kandang padat banyak mengandung unsur hara makro, seperti fosfor, nitrogen, dan kalium.[4] Unsur hara mikro yang terkandung dalam pupuk kandang di antaranya kalsium, magnesium, belerang, natrium, besi, tembaga, dan molibdenum.[4] Kandungan nitrogen dalam urin hewan ternak tiga kali lebih besar dibandingkan dengan kandungan nitrogen dalam kotoran padat.[4]

Pupuk kandang terdiri dari dua bagian, yaitu:[4]

  1. Pupuk dingin adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang diuraikan secara perlahan oleh mikroorganisme sehingga tidak menimbulkan panas, contohnya pupuk yang berasal dari kotoran sapi, kerbau, dan babi.[4]
  2. Pupuk panas adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang diuraikan mikroorganisme secara cepat sehingga menimbulkan panas, contohnya pupuk yang berasal dari kotoran kambing, kuda, dan ayam.[4]

Pupuk kandang bermanfaat untuk menyediakan unsur hara makro dan mikro dan mempunyai daya ikat ion yang tinggi sehingga akan mengefektifkan bahan - bahan anorganik di dalam tanah, termasuk pupuk anorganik.[4] Selain itu, pupuk kandang bisa memperbaiki struktur tanah, sehingga pertumbuhan tanaman bisa optomal.[4] Pupuk kandang yang telah siap diaplikasikan memiliki ciri bersuhu dingin, remah, wujud aslinya tidak tampak, dan baunya telah berkurang.[4] Jika belum memiliki ciri-ciri tersebut, pupuk kandang belum siap digunakan.[4] Penggunaan pupuk yang belum matang akan menghambat pertumbuhan tanaman, bahkan bisa mematikan tanaman.[4] Penggunaan pupuk kandang yang baik adalah dengan cara dibenamkan, sehingga penguapan unsur hara dapat berkurang. Penggunaan pupuk kandang yang berbentuk cair paling baik dilakukan setelah tanaman tumbuh, sehingga unsur hara yang terdapat dalam pupuk kandang cair ini akan cepat diserap oleh tanaman.[4]

Pupuk hijau

Pupuk hijau adalah pupuk organik yang berasal dari tanaman atau berupa sisa panen. Bahan tanaman ini dapat dibenamkan pada waktu masih hijau atau setelah dikomposkan.[4] Sumber pupuk hijau dapat berupa sisa-sisa tanaman (sisa panen) atau tanaman yang ditanam secara khusus sebagai penghasil pupuk hijau, seperti kacang-kacangan dan tanaman paku air (Azolla).[4] Jenis tanaman yang dijadikan sumber pupuk hijau diutamakan dari jenis legume, karena tanaman ini mengandung hara yang relatif tinggi, terutama nitrogen dibandingkan dengan jenis tanaman lainnya.[4] Tanaman legume juga relatif mudah terdekomposisi sehingga penyediaan haranya menjadi lebih cepat.[4] Pupuk hijau bermanfaat untuk meningkatkan kandungan bahan organik dan unsur hara di dalam tanah, sehingga terjadi perbaikan sifat fisika, kimia, dan biologi tanah, yang selanjutnya berdampak pada peningkatan produktivitas tanah dan ketahanan tanah terhadap erosi.[4]

Pupuk hijau digunakan dalam:[4]

  1. Penggunaan tanaman pagar, yaitu dengan mengembangkan sistem pertanaman lorong, di mana tanaman pupuk hijau ditanam sebagai tanaman pagar berseling dengan tanaman utama.[4]
  2. Penggunaan tanaman penutup tanah, yaitu dengan mengembangkan tanaman yang ditanam sendiri, pada saat tanah tidak ditanami tanaman utama atau tanaman yang ditanam bersamaan dengan tanaman pokok bila tanaman pokok berupa tanaman tahunan.[4]

Kompos

Kompos

Kompos merupakan sisa bahan organik yang berasal dari tanaman, hewan, dan limbah organik yang telah mengalami proses dekomposisi atau fermentasi.[5] Jenis tanaman yang sering digunakan untuk kompos di antaranya jerami, sekam padi, tanaman pisang, gulma, sayuran yang busuk, sisa tanaman jagung, dan sabut kelapa.[5] Bahan dari ternak yang sering digunakan untuk kompos di antaranya kotoran ternak, urine, pakan ternak yang terbuang, dan cairan biogas.[5] Tanaman air yang sering digunakan untuk kompos di antaranya ganggang biru, gulma air, eceng gondok, dan Azolla.[5]

Beberapa kegunaan kompos adalah:[5]

  1. Memperbaiki struktur tanah.[5]
  2. Memperkuat daya ikat agregat (zat hara) tanah berpasir.[5]
  3. Meningkatkan daya tahan dan daya serap air.[5]
  4. Memperbaiki drainase dan pori - pori dalam tanah.[5]
  5. Menambah dan mengaktifkan unsur hara.[5]

Kompos digunakan dengan cara menyebarkannya di sekeliling tanaman.[5] Kompos yang layak digunakan adalah yang sudah matang, ditandai dengan menurunnya temperatur kompos (di bawah 400 c).[5]

Humus

Humus

Humus adalah material organik yang berasal dari degradasi ataupun pelapukan daun-daunan dan ranting-ranting tanaman yang membusuk (mengalami dekomposisi) yang akhirnya mengubah humus menjadi (bunga tanah), dan kemudian menjadi tanah.[6] Bahan baku untuk humus adalah dari daun ataupun ranting pohon yang berjatuhan, limbah pertanian dan peternakan, industri makanan, agro industri, kulit kayu, serbuk gergaji (abu kayu), kepingan kayu, endapan kotoran, sampah rumah tangga, dan limbah-limbah padat perkotaan.[6] Humus merupakan sumber makanan bagi tanaman, serta berperan baik bagi pembentukan dan menjaga struktur tanah.[6] Senyawa humus juga berperan dalam pengikatan bahan kimia toksik dalam tanah dan air.[6] Selain itu, humus dapat meningkatkan kapasitas kandungan air tanah, membantu dalam menahan pupuk anorganik larut-air, mencegah penggerusan tanah, menaikkan aerasi tanah, dan menaikkan fotokimia dekomposisi pestisida atau senyawa-senyawa organik toksik.[6] Kandungan utama dari kompos adalah humus.[6] Humus merupakan penentu akhir dari kualitas kesuburan tanah, jadi penggunaan humus sama halnya dengan penggunaan kompos.[6]

Pupuk organik buatan

Pupuk organik buatan adalah pupuk organik yang diproduksi di pabrik dengan menggunakan peralatan yang modern.[7] Beberapa manfaat pupuk organik buatan, yaitu:[7]

  1. Meningkatkan kandungan unsur hara yang dibutuhkan tanaman.[7]
  2. Meningkatkan produktivitas tanaman.[7]
  3. Merangsang pertumbuhan akar, batang, dan daun.[7]
  4. Menggemburkan dan menyuburkan tanah.[7]

Pada umumnya, pupuk organik buatan digunakan dengan cara menyebarkannya di sekeliling tanaman, sehingga terjadi peningkatan kandungan unsur hara secara efektif dan efisien bagi tanaman yang diberi pupuk organik tersebut.[7]

Manfaat

Berbagai hasil penelitian mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan pertanian intensif menurun produktivitasnya dan telah mengalami degradasi lahan, terutama terkait dengan sangat rendahnya kandungan karbon organik dalam tanah, yaitu 2%.[8] Padahal untuk memperoleh produktivitas optimal dibutuhkan karbon organik sekitar 2,5%.[8] Pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan.[8] Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan.[8] Sumber bahan untuk pupuk organik sangat beranekaragam, dengan karakteristik fisik dan kandungan kimia yang sangat beragam sehingga pengaruh dari penggunaan pupuk organik terhadap lahan dan tanaman dapat bervariasi.[8] Selain itu, peranannya cukup besar terhadap perbaikan sifat fisika, kimia biologi tanah serta lingkungan.[8] Pupuk organik yang ditambahkan ke dalam tanah akan mengalami beberapa kali fase perombakan oleh mikroorganisme tanah untuk menjadi humus.[8] Bahan organik juga berperan sebagai sumber energi dan makanan mikroba tanah sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroba tersebut dalam penyediaan hara tanaman.[8]

Penambahan bahan organik di samping sebagai sumber hara bagi tanaman, juga sebagai sumber energi dan hara bagi mikroba.[8] Bahan dasar pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman sedikit mengandung bahan berbahaya.[8] Penggunaan pupuk kandang, limbah industri dan limbah kota sebagai bahan dasar kompos berbahaya karena banyak mengandung logam berat dan asam-asam organik yang dapat mencemari lingkungan.[8] Selama proses pengomposan, beberapa bahan berbahaya ini akan terkonsentrasi dalam produk akhir pupuk.[8] Untuk itu diperlukan seleksi bahan dasar kompos yang mengandung bahan-bahan berbahaya dan beracun (B3).[8] Pupuk organik dapat berperan sebagai pengikat butiran primer menjadi butir sekunder tanah dalam pembentukan pupuk.[8] Keadaan ini memengaruhi penyimpanan, penyediaan air, aerasi tanah, dan suhu tanah.[8] Bahan organik dengan karbon dan nitrogen yang banyak, seperti jerami atau sekam lebih besar pengaruhnya pada perbaikan sifat-sifat fisik tanah dibanding dengan bahan organik yang terdekomposisi seperti kompos.[8]

Pupuk organik memiliki fungsi kimia yang penting seperti penyediaan hara makro (nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan sulfur) dan mikro seperti zink, tembaga, kobalt, barium, mangan, dan besi, meskipun jumlahnya relatif sedikit.[8] Unsur hara makro dan mikro tersebut sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, terutama bagi pencinta tanaman hias. Banyak para pelaku hobi dan pencinta tanaman hias bertanya tentang komposisi kandungan pupuk dan prosentase kandungan nitrogen, fosfor dan kalium yang tepat untuk tanaman yang bibit, remaja, atau dewasa/indukan.

Fungsi unsur-unsur hara makro :

Nitrogen (N):
  • Merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan
  • Merupakan bagian dari sel (organ) tanaman itu sendiri
  • Berfungsi untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman
  • Merangsang pertumbuhan vegetatif (warna hijau daun, panjang daun, lebar daun) dan pertumbuhan vegetatif batang (tinggi dan ukuran batang).
  • Tanaman yang kekurangan unsur nitrogen gejalanya: pertumbuhan lambat/kerdil, daun hijau kekuningan, daun sempit, pendek dan tegak, daun-daun tua cepat menguning dan mati.
Fosfor (P):
  • Berfungsi untuk pengangkutan energi hasil metabolisme dalam tanaman
  • Merangsang pembungaan dan pembuahan
  • Merangsang pertumbuhan akar
  • Merangsang pembentukan biji
  • Merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan sel
  • Tanaman yang kekurangan unsur fosfor gejalanya: pembentukan buah/dan biji berkurang, kerdil, daun berwarna keunguan atau kemerahan
Kalium (K):
  • Berfungsi dalam proses fotosintesis, pengangkutan hasil asimilasi, enzim, dan mineral termasuk air.
  • Meningkatkan daya tahan/kekebalan tanaman terhadap penyakit
  • Tanaman yang kekurangan unsur kalium gejalanya: batang dan daun menjadi lemas/rebah, daun berwarna hijau gelap kebiruan tidak hijau segar dan sehat, ujung daun menguning dan kering, timbul bercak coklat pada pucuk daun.

Pupuk organik juga berfungsi meningkatkan kapasitas tukar kation tanah dan membentuk senyawa kompleks dengan ion logam yang meracuni tanaman seperti aluminium, besi, dan mangan.[8]

Pelestarian lingkungan

Tanaman penutup tanah (cover crop) dapat digunakan sebagai pupuk organik.

Penggunaan pupuk organik saja, tidak dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan ketahanan pangan.[9] Oleh karena itu sistem pengelolaan hara terpadu yang memadukan pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik perlu digalakkan.[9] Sistem pertanian yang disebut sebagai LEISA (Low External Input and Sustainable Agriculture) menggunakan kombinasi pupuk organik dan anorganik yang berlandaskan konsep good agricultural practices perlu dilakukan agar degradasi lahan dapat dikurangi dalam rangka memelihara kelestarian lingkungan.[9] Pemanfaatan pupuk organik dan pupuk anorganik untuk meningkatkan produktivitas lahan dan produksi pertanian perlu dipromosikan dan digalakkan.[9] Program-program pengembangan pertanian yang mengintegrasikan ternak dan tanaman (crop-livestock) serta penggunaan tanaman legum baik berupa tanaman lorong (alley cropping) maupun tanaman penutup tanah (cover crop) sebagai pupuk hijau maupun kompos perlu diintensifkan.[9]


Referensi

  1. ^ Sutanto, Rachman. (2002). Pertanian organik: Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan. Jakarta:Kanisius. ISBN 979-21-0187-X,9789792101874
  2. ^ a b c Suriadikarta, Didi Ardi., Simanungkalit, R.D.M. (2006).Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Jawa Barat:Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Hal 2. ISBN 978-979-9474-57-5.
  3. ^ a b c d e f g h i (Inggris) Honcamp, F. 1931. Historisches über die Entwicklung der Pflanzenernährungslehre, Düngung und Düngemittel. In F. Honcamp (Ed.). Handbuch der Pflanzenernährung und Düngelehre, Bd. I und II. Springer, Berlin.
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w Parnata, Ayub.S. (2004). Pupuk Organik Cair. Jakarta:PT Agromedia Pustaka. Hal 15-18.
  5. ^ a b c d e f g h i j k l Djuarni, Nan.Ir, M.Sc., Kristian.,Setiawan,Budi Susilo.(2006). Cara Cepat Membuat Kompos. Jakarta:AgroMedia. Hal 36-38.
  6. ^ a b c d e f g (Inggris) FNCA Biofertilizer Project Group. 2006. Biofertilizer Manual. Forum for Nuclear Cooperation in Asia (FNCA). Japan Atomic Industrial Forum, Tokyo.
  7. ^ a b c d e f g (Inggris) Subba Rao, N.S. 1982. Biofertilizer in Agriculture. Oxford and IBH Publishing Co., New Delhi.
  8. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r (Inggris) Kloepper, J.W. 1993. Plant growth-promoting rhizobacteria as biological control agents. p. 255-274. In F.Blaine Metting, Jr. (Ed.). Soil Microbiology Ecology, Applications in Agricultural and Environmental Management. Marcel Dekker, Inc., New York.
  9. ^ a b c d e (Inggris) Cattelan, A.J., P.G. Hartel, and J.J. Fuhrmann. 1999. Screening for plant growth-promoting rhizobacteria to promote early soybean growth. Soil Sci.Soc.Am.J. 63: 1.670-1.680.

Lihat Pula

Pranala Luar