Lompat ke isi

Hamengkubuwana VI

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Hamengkubuwana VI
ꦲꦩꦼꦁꦑꦸꦨꦸꦮꦟ꧇꧖꧇
Sri Sultan Hamengkubuwana VI
Sri Sultan Hamengkubuwana VI
Sultan Yogyakarta
ke-6
Bertakhta5 Juli 1855 - 20 Juli 1877
Penobatan5 Juli 1855[1]
PendahuluSultan Hamengkubuwana V
PenerusSultan Hamengkubuwana VII
KelahiranGusti Raden Mas Mustaja
10 Agustus 1821 (Ahad Pon, 21 Dulkaidah Ehe 1748)
Kraton Yogyakarta, Yogyakarta
Kematian20 Juli 1877(1877-07-20) (umur 55)
Kraton Yogyakarta, Yogyakarta[1]
Pemakaman
Permaisuri
  • Gusti Kangjeng Ratu Kencana
  • Gusti Kangjeng Ratu Sultan
Nama lengkap
Ngarsa Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengkubuwana Senapati-ing-Ngalaga 'Abdurrahman Sayyidin Panatagama Khalifatullah ingkang Jumeneng Kaping Enem ing Ngayogyakarta Hadiningrat
WangsaMataram
AyahSultan Hamengkubuwana IV
IbuGusti Kangjeng Ratu Kencana[1]
AgamaIslam

Sri Sultan Hamengkubuwana VI (Bahasa Jawa: Sri Sultan Hamengkubuwono VI, 10 Agustus 1821  20 Juli 1877) adalah sultan keenam Kesultanan Yogyakarta yang memerintah pada tahun 18551877, bergelar Sinuhun Mangkubumi. Dia menggantikan kakaknya, Hamengkubuwana V, yang meninggal di tengah ketidakstabilan politik dalam tubuh Keraton Yogyakarta.

Riwayat Pemerintahan

[sunting | sunting sumber]

Nama asli Sultan Hamengkubuwana VI adalah Gusti Raden Mas Mustaja, merupakan putra kedua belas Sultan Hamengkubuwana IV yang lahir pada tahun 1821 dari permaisuri Gusti Kangjeng Ratu Kencana.

Hamengkubuwana VI naik takhta menggantikan kakaknya, yaitu Hamengkubuwana V pada tahun 1855, setelah Hamengkubuwana V tewas dibunuh oleh selirnya sendiri (istri ke-5) Kangjeng Mas Ayu Hemawati ditengah ketidakstabilan politik di kesultanan Yogyakarta.[2] Pada masa pemerintahannya terjadi gempa bumi yang besar yang meruntuhkan sebagian besar Keraton Yogyakarta, Taman Sari, Tugu Golong Gilig, Masjid Gedhe (masjid keraton), Loji Kecil (sekarang Istana Kepresidenan Gedung Agung Yogyakarta) serta beberapa bangunan lainnya di Kesultanan Yogyakarta.

Pada masa Hamengkubuwana V, GRM Mustaja adalah seorang penentang keras kebijakan politik perang pasif kakaknya yang menjalankan hubungan dekat dengan pemerintahan Hindia Belanda yang ada di bawah Kerajaan Belanda. Namun, setelah kakaknya meninggal dan dia dinobatkan menjadi raja, semasa pemerintahannya dia justru melanjutkan kebijakan dari kakaknya yang sebelumnya dia tentang keras.

Semasa pemerintahan Hamengkubuwana VI Hubungan dengan berbagai kerajaan pun terjalin, apalagi setelah beliau menikah dengan putri Kesultanan Brunai.

Walaupun sempat menimbulkan beberapa sengketa dengan kerajaan-kerajaan lain, tercatat bahwa Sultan Hamengkubuwono VI dapat mengatasinya dengan arif bijaksana. Akan tetapi, lambat laun hubungan dengan pemerintahan Hindia Belanda agak mulai menuai konflik terutama karena keraton Yogyakarta kala itu banyak menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan yang menjadi musuh pemerintah Hindia Belanda dan Kerajaan Belanda.

Pemerintahan Hamengkubuwana VI berakhir ketika ia meninggal dunia pada tanggal 20 Juli 1877. Ia digantikan putra tertuanya, GRM Murteja, sebagai sultan selanjutnya bergelar Hamengkubuwana VII.

Naiknya Hamengkubuwana VII menggantikan ayahnya Hamengkubuwana VI sebagai raja Yogyakarta yang baru mendapat tentangan dari permaisuri almarhum Sultan Hamengkubuwana V, GKR Sekar Kedhaton, karena seharusnya yang naik takhta adalah GRM Timur Muhammad putra Hamengkubuwana V. Keduanya lalu ditangkap dengan tudingan telah melakukan pembangkangan terhadap raja dan istana. Hukuman pun dijatuhkan, sekaligus untuk menghapus trah Sultan Hamengkubuwana V dan demi melanggengkan kekuasaan Sultan Hamengkubuwana VII beserta keturunannya nanti. GKR Sekar Kedhaton dan GRM Timur Muhammad harus menjalani hukuman pengasingan ke Manado, Sulawesi Utara, hingga keduanya meninggal dunia di sana.[2]

Kehidupan Pribadi

[sunting | sunting sumber]

Permaisuri (garwa padmi)

  1. Gusti Kangjeng Ratu Kencana
    putri Pakubuwana VIII dari Surakarta. Ia kemudian bergelar Gusti Kangjeng Ratu Hamengkubuwana.
  2. Gusti Kangjeng Ratu Sultan
    putri Ki Ageng Prawirarejasa. Ia kemudian bergelar Gusti Kangjeng Ratu Hageng.

Selir (garwa ampeyan)

  1. Bendara Raden Ayu Tejaningrum
  2. Bendara Raden Ayu Pujaratna
  3. Bendara Raden Ayu Ratnaningdia
  4. Bendara Raden Ayu Sasmitaningrum
  5. Bendara Raden Ayu Puspitaningrum
  6. Bendara Raden Ayu Murtiningrum
  7. Bendara Raden Ayu Ratna Adiningrum
  8. Bendara Raden Ayu Dewaningrum

Anak

  1. Gusti Raden Mas Murteja
    lahir dari GKR Sultan. Naik takhta sebagai Hamengkubuwana VII
  2. Bendara Raden Mas Sulaiman
    lahir dari BRAy Pujaratna, meninggal di usia muda
  3. Bendara Pangeran Harya Purbaya
    lahir dari BRAy Ratnaningdia
  4. Gusti Pangeran Harya Surya Mataram
    lahir dari GKR Sultan
  5. Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Mangkubumi
    lahir dari GKR Sultan. Ia adalah kakek Hamengkubuwana IX dari pihak ibu.
  6. Bendara Pangeran Harya Hadiwinata
    lahir dari BRAy Puspitaningrum.
  7. Bendara Pangeran Harya Hadiwijaya
    lahir dari BRAy Ratna Adiningrum
  8. Gusti Pangeran Harya Buminata
    lahir dari GKR Sultan
  9. Gusti Pangeran Harya Puger
    lahir dari GKR Sultan
  10. Gusti Pangeran Harya Suryaputra
    lahir dari GKR Sultan
  11. Gusti Pangeran Harya Anom
    lahir dari GKR Sultan
  12. Bendara Raden Ajeng Samilah
    lahir dari BRAy Tejaningrum, meninggal di usia muda
  13. Gusti Kangjeng Ratu Hangger
    lahir dari GKR Sultan. Menikah dengan Kangjeng Raden Adipati Danureja VI, Patih Yogyakarta.
  14. Gusti Kangjeng Ratu Pembayun
    lahir dari GKR Sultan. Menikah dengan Kangjeng Raden Adipati Danureja V, Patih Yogyakarta[3]
  15. Gusti Kangjeng Ratu Anom
    lahir dari GKR Sultan. Menikah dengan Kangjeng Raden Tumenggung Dhanuningrat
  16. Bendara Raden Ayu Purwadiningrat
    lahir dari BRAy Sasmitaningrum. Menikah dengan Kangjeng Raden Tumenggung Purwadiningrat
  17. Gusti Kangjeng Ratu Hayu
    lahir dari GKR Sultan. Menikah dengan Paku Alam IV, bercerai, kemudian menikah lagi dengan Raden Mas Adipati Harya Hadiningrat, Bupati Demak (putra ke-6 dari Pangeran Arya Tjandranagara IV).
  18. Gusti Kangjeng Ratu Bendara
    lahir dari GKR Sultan. Menikah dengan Kangjeng Raden Tumenggung Wijil
  19. Gusti Raden Ajeng Kusdilah
    lahir dari GKR Kencana, meninggal di usia muda
  20. Gusti Kangjeng Ratu Sasi
    lahir dari GKR Kencana. Menikah dengan Kangjeng Bendara Pangeran Harya Suryaning-Ngalaga putra Hamengkubuwana V, kemudian dengan Kangjeng Raden Tumenggung Suryadirja atau Kangjeng Raden Tumenggung Jayawinata
  21. Bendara Raden Ayu Natayudha
    lahir dari BRAy Murtiningrum. Menikah dengan Kangjeng Raden Tumemggung Natayudha
  22. Bendara Raden Ayu Mangkuyudha
    lahir dari BRAy Ratna Adiningrum. Menikah dengan Kangjeng Raden Tumenggung Mangkuyudha
  23. Bendara Raden Ayu Suryamurcita
    lahir dari BRAy Dewaningrum. Menikah dengan Kangjeng Raden Tumenggung Suryamurcita

Galeri foto

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]

Kepustakaan

[sunting | sunting sumber]
  1. 1 2 3 Biografi singkat HB VI Diarsipkan 2019-04-07 di Wayback Machine.. Website resmi kraton Yogyakarta. 2019. Diakses tanggal 22/07/2019
  2. 1 2 Tragedi pembunuhan Hamengkubuwana V Diarsipkan 2019-06-15 di Wayback Machine.. tirto.id. 5 Juni 2019. Diakses tanggal 22/07/2019
  3. crew, kraton. "Pepatih Dalem Kesultanan Yogyakarta". kratonjogja.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari asli tanggal 2022-09-30. Diakses tanggal 2022-09-30.
  • M.C. Ricklefs. 1991. Sejarah Indonesia Modern (terj.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
  • Purwadi. 2007. Sejarah Raja-Raja Jawa. Yogyakarta: Media Ilmu
  • Fredy Heryanto. 2007. Mengenal Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat
Gelar kebangsawanan
Didahului oleh:
Hamengkubuwana V
Raja Kesultanan Yogyakarta
1855-1877
Diteruskan oleh:
Hamengkubuwana VII