Lompat ke isi

DDT

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
DDT
Chemical structure of DDT
Nama
Nama IUPAC
1,1,1-Trichloro-2,2-bis(4-chlorophenyl)ethane
Penanda
Model 3D (JSmol)
3DMet {{{3DMet}}}
ChEBI
ChEMBL
ChemSpider
Nomor EC
KEGG
Nomor RTECS {{{value}}}
UNII
  • InChI=1S/C14H9Cl5/c15-11-5-1-9(2-6-11)13(14(17,18)19)10-3-7-12(16)8-4-10/h1-8,13H YaY
    Key: YVGGHNCTFXOJCH-UHFFFAOYSA-N YaY
  • InChI=1/C14H9Cl5/c15-11-5-1-9(2-6-11)13(14(17,18)19)10-3-7-12(16)8-4-10/h1-8,13H
    Key: YVGGHNCTFXOJCH-UHFFFAOYAJ
  • Clc1ccc(cc1)C(c2ccc(Cl)cc2)C(Cl)(Cl)Cl
Sifat
C14H9Cl5
Massa molar 354,48 g·mol−1
Densitas 0.99 g/cm³[1]
Titik lebur 1.085 °C (1.985 °F; 1.358 K)
Titik didih 260 °C (500 °F; 533 K)
Bahaya
Beracun T Beracun bagi lingkungan N
Frasa-R R25 R40 R48/25 R50/53
Frasa-S (S1/2) S22 S36/37 S45 S60 S61
Dosis atau konsentrasi letal (LD, LC):
113 mg/kg (rat)
Kecuali dinyatakan lain, data di atas berlaku pada suhu dan tekanan standar (25 °C [77 °F], 100 kPa).
N verifikasi (apa ini YaYN ?)
Referensi

DDT (diklorodifeniltrikloroetana/dichlorodiphenyltrichloroethane) adalah senyawa kimia organoklorida berbentuk kristalin yang tidak berwarna, tidak memiliki rasa, dan hampir tidak berbau.[2] Awalnya ia dikembangkan sebagai insektisida dan terkenal akan dampak lingkungannya. DDT pertama kali disintesis oleh ahli kimia Austria Othmar Zeidler di tahun 1874, dan kemampuan DDT sebagai insektisida ditemukan oleh ahli kimia Swiss Paul Hermann Müller di tahun 1939. DDT digunakan pada masa Perang Dunia II untuk membatasi penyebaran penyakit malaria dan Rickettsia yang disebarkan oleh serangga kepada tentara dan masyarakat umum. Müller dianugerahi Penghargaan Nobel Fisiologi atau Kedokteran tahun 1948 atas jasanya tersebut.[3]

Ahli Kimia Swiss Paul Hermann Müller dalam 1948 mendapatkan penghargaan nobel atas penemuan DDT yang ampuh melawan serangga.[4] Penggunaan DDT berkembang pesat setelah perang dunia kedua, tetapi konsekuensi ekologis belum begitu dirasakan.[5] Tahun 1950, ilmuan telah mempelajari bahwa DDT akan tetap bertahan dalam lingkungan dan ditransportasi oleh air menuju area yang lebih jauh dari tempat.[5]

Dampak yang pertama kali dirasakan pada tahun 1950 adalah penurunan populasi burung pelikan, elang tiram, dan elang, burung-burung tersebut merupakan puncak dari jaring-jaring makanan.[5] Setelah diteliti, ternyata DDT dapat menurunkan jumlah kalsium pada cangkang telur.[5] Ketika burung tersebut mengerami telur, telur tersebut pecah karena tidak mampu menahan bobot inang.[5] Sehingga pada tahun 1971, DDT dilarang dari Amerika Serikat.[5]

Penggunaan saat ini

[sunting | sunting sumber]

Hingga saat ini DDT masih digunakan untuk mengendalikan nyamuk yang menyebarkan malaria dan penyakit lainnya, tetapi jumlahnya sudah semakin berkurang dengan adanya alternatif seperti penggunaan kawat nyamuk.[5]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Toxicological Profile: for DDT, DDE, and DDE. Agency for Toxic Substances and Disease Registry, September 2002.
  2. ^ DDT and its derivatives, Environmental Health Criteria monograph No. 009, Jenewa: Organisasi Kesehatan Dunia, 1979, ISBN 92-4-154069-9 
  3. ^ NobelPrize.org: The Nobel Prize in Physiology of Medicine 1948, accessed July 26, 2007.
  4. ^ (Inggris) Nobelprize.org. 1979. The nobel prize in physiology or medicine 1948 [terhubung berkala]. http://www.nobelprize.org/nobel_prizes/medicine/laureates/1948/ [29 Mei 2014]
  5. ^ a b c d e f g (Inggris) Reece et al. 2011. Campbell Biology. Ed ke-9. New York: Springer.